DAVIANA

DAVIANA

Chapter 1

Chapter 1

Matahari berganti bulan, siang berganti malam. Sebuah rumah mewah yang dihuni oleh keluarga harmonis sedang melakukan makan malam bersama.

"Sayang, ayo makan malam dulu", panggil Anggun kepada anak perempuannya.

"Iya ma", jawab Ardina yang sedang menonton tv di ruang tengah.

"Abang mana ma?" tanya Ardina.

"Bentar lagi juga turun".

Tak lama seorang pria muda berjalan menuruni tangga.

"Malam ma, pa", sapa Samuel.

"Malam sayang", jawab jawab Dikra.

"Malam baby girl kesayangan abang", sapa Samuel sembari mencium pucuk kepala Ardina.

"Malam my brother".

"Makanan sudah siap, ayo kita makan malam sekarang", ucap Anggun sembari membawa masakannya ke meja makan.

Mereka pun menikmati makanannya.

"Sayang, kapan pertandingan basket kamu?" tanya Dikra.

"2 minggu lagi, pa".

"Emang pihak universitas ngebolehin kamu ikut pertandingan dek?, kan kamu bentar lagi mau skripsi", tanya Samuel.

"Ya ngebolehin lah, kan aku gitu lho", ucap Ardina dengan pedenya.

"Idih pedenya", ucap Samuel.

"Biarin", ucap Ardina.

"Oh ya, setau mama kalo ngga salah dekan kamu bakal ganti ya dek?" tanya Anggun.

"Iya ma, kalo ngga salah besok deh perkenalannya".

Setelah menyelesaikan makanannya, Ardina meminta ijin untuk pergi menuju kamarnya.

"Pa, ma adek ke kamar dulu", ucap Ardina.

"Iya sayang", jawab Anggun.

"Bye abang jelek".

"Bye Adek jelek".

Ardina pun menuju kamarnya yang terletak di lantai 2 menggunakan lift.

Ceklek...

"Ah, enaknya" ucap Ardina sembari merebahkan dirinya di ranjang yang berukuran queen miliknya.

Ting.. ting... ting...

Tiba tiba handphone milik Ardina berdering.

Tut...

"Halo, ada apa?" tanya Ardina.

"Ar, besok berangkat kuliah gue bareng lu ya motor gue masuk bengkel" ucap Keano.

"Oke, lu yang nyetir mobil gue ya, gue lagi males nyetir soalnya" ucap Ardina.

"Okelah" ucap Keano.

Tut...

Panggilan pun terputus.

Karena merasa mengantuk, Ardina pun memilih untuk tidur.

"Ma, pa, Samuel pergi ke kamar dulu", pamit Samuel yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.

"Iya sayang", jawab Anggun dan Dikra.

Setelah mendapatkan ijin, Samuel pun pergi menuju kamarnya yang ada di depan kamar Ardina di lantai 2.

Sebelum masuk ke kamarnya, sepetti biasa ia akan masuk ke kamar Ardina untuk memastikan keadaan adiknya sebelum tidur.

"Good night my baby girl", ucap Samuel sambil mencium pucuk kepala Ardina.

Ia pun keluar dari kamar Ardina dan berjalan masuk ke kamaranya.

Sementara dirumah mewah milik keluarga Victor, para penghuninya tengah bersantai di ruang keluarga.

"Davian, ada yang ingin daddy tanyakan padamu", ucap Darka.

"Ada apa, dad?" tanya Davian.

"Bagaimana kondisi perusahaan yang ada di Negara C?" tanya Darka.

"Jauh lebih baik", ucap Davian.

"Jangan lupa besok kamu harus datang ke universitas buat ngecek perkembangan disana ", ucap Darka.

"Iya dad".

"Davian" panggil Viona.

"Iya mom".

"Kapan kamu akan memperkenalkan calon istrimu?" tanya Viona.

"Ayolah mom, Davian masih ingin sendiri", ucap Davian.

"Tapi mau sampai kapan, mommy juga pengen cepet nimang cucu", ucap Viona.

"Mom umur Davian itu masih 27 tahun", ucap Davian.

"Lalu kenapa kalo umur kamu masih 27 tahun?" ucap Viona.

"Lihat temen kamu yang tahun lalu kita pergi ke acara pernikahannya, umurnya dibawah kamu kan, lalu apa masalahnya".

"Mom, Davian masih ingin fokus kekarir dulu".

"Pokoknya mommy ngga mau tau dalam waktu dekat ini kamu harus memperkenalkan calon istrimu kepada kami atau mommy akan mencarikanmu jodoh", ucap Viona.

"Terserah mommy saja" jawab Davian.

Matahari terbit, sinarnya memaksa masuk memenuhi ruangan. Burung berkicau saling bersautan satu sama lain. Tak lama suara alaram menggema di sebuah ruangan dan membangunkan seorang gadis cantik.

"Tak.."

"Hoam"

Ardina pun bangkit dari tidurnya, ia langsung merapikan tempat tidurnya kemudian menuju kamar mandi untuk bersiap siap berangkat kuliah.

Tak lama seseorang mengetok pintu kamarnya.

Tok... tok... tok...

"Dek ayo sarapan, abang tunggu di bawah" ucap Samual.

"Iya bang", jawab Ardina.

Setelah siap, Ardina pun menganbil tasnya dan berjalan keluar dari kamarnya.

"Pagi ma, pa", sapa Ardina.

"Pagi sayang", jawab Anggun.

"Pagi princess", jawab Dikra.

"Pagi abangku yang tercinta", sapa Ardina sembari duduk di kursinya.

"Pagi my sweety abang", jawab Samuel.

"Sayang kamu mau selai strawberry, chocolate, apa keju?" tanya Anggun sembari memegang roti di tangannya.

"Keju aja ma", jawab Ardina.

Anggun pun memberikan roti isi keju kepada Ardina.

"Ma, pa nanti adek pulang terlambat", ucap Ardina.

"Tumben, ada apa?" tanya Anggun.

"Adek mau ke toko buku, ma".

"Yaudah, pulangnya jangan malem malem", ucap Dikra.

"Iya pa".

Seorang pria muda yang mengenakan hoodie abu abu menghampiri mereka berempat di ruang makan.

"Pagi mi, pi", sapa Keano yang memang sengaja memanggil Anggun dan Dikra dengan panggilan mami papi.

"Pagi sayang, kok tumben kesini pagi pagi mau berangkat bareng Ardina ya?" tanya Anggun.

"Iya mi, sebenernya Keano mau nebeng soalnya motor Keano lagi di bengkel", ucap Keano.

"Oh gitu, nih anaknya lagi makan, oh ya kamu sudah sarapan belum?" tanya Anggun.

"Udah kok mi", jawab Keano.

"Ma, pa Adek berangkat dulu", pamit Ardina setelah menyelesaikan sarapannya.

"Hati hati sayang", ucap Dikra.

"Titip Ardina ya No", ucap Anggun.

"Iya mi", jawab Keano.

"Bang adek berangkat dulu, muach", pamit Ardina sembari mencium pipi Samuel.

"Hati hati", ucap Samuel.

"Mi, pi, bang, Keano berangkat dulu", pamit Keano.

"Iya sayang, hati hati ya", ucap Anggun.

Mereka berdua berjalan menuju mobil milik Ardina.

"Ini kuncinya", ucap Ardina sembari melempar kunci mobil kepada Keano.

Mobil sport berwarna hitam itu pun berjalan meninggalkan Mansion.

Mobil sport hitam milik Ardina memasuki area universitas dan berjalan menuju parkiran. Setelah mobil hitam itu terparkir, Ardina dan Keano turun dari mobil itu.

"Nih kuncinya", ucap Keano sembari melemparkan kembali kunci mobil kepada sang empunya.

"Thanks".

Tak lama seorang perempuan berlari kearah mereka berdua, lebih tepatnya kearah Keano.

"Keano sayang", ucap Agnez sembari bergelayut di lengan Keano.

Keano yang melihat tingkah Agnez pun merasa risih, perasaannya yang tadinya happy kini hancur seketika karena kedatangan Agnez.

"Sayang kok kamu bareng upik abu sih?" tanya Agnez.

"Nez, lepasin dong", ucap Keano sembari melepaskan genggaman Agnez.

"Ih jawab dulu, kenapa kamu bareng upik abu sih, kan kamu bisa bareng aku", ucap Agnez.

"Rumah kita ngga searah Nez", ucap Keano.

"Ih tapikan kamu bisa bareng aku, daripada bareng sama upik abu ini", ucap Agnez.

Keano yang sudah malas menghadapi Agnez pun mengkode Ardina untuk menolongnya. Ardina yang mendapat kode dari Keano pun hanya menaikan bahunya lalu berjalan pergi.

"Eh, Ar tunggin woi", ucap Keano sembari berlari mengikuti Ardina.

"Keano, ih dasar upik abu awas aja nanti", ucap Agnez lalu berjalan pergi.

Keesokan harinya, ditengah teriknya matahari Ardina berada di lapangan basket bersama dengan anak club basket lainnya. Mereka tengah berlatih untuk persiapan pertandingan basket yang akan mereka ikuti.

"Ren, oper sini ren", ucap Ardina saat melihat temannya tengah dikepung oleh lawan.

Rena langsung mengoper bola basket kearah Ardina, Ardina pun menangkap bola itu.

Dengan lincah Ardina mendrible bola hingga kedepan ring lawan. Tanpa berlama lama ia pun memasukkan bola itu kedalam ring.

"Goalllllll", sorak mahasiswa yang tengah menonton pertandingan itu.

"Yeyyy", Ardina pun berlari kegirangan.

Suara peluit menggema di tengah lapangan.

"Istirahat 5 menit", ucap pelatih.

"Baik".

"Nih minum", ucap Claudia yang sedang berada di pinggir lapangan karena ia kebagian menjadi tim cadangan.

"Thanks", ucap Ardina.

"Lu ada lap ngga, keringetan nih gue", ucap Rena.

"Nih", ucap Claudia sembari memberikan handuk kepada Rena.

"Minta minum", ucap william yang tiba tiba datang dan mengambil minuman yang ada di genggaman Rena.

"Ck, nih anak kebiasaan banget", gerutu Rena.

"Bukannya lu kebagian minuman di grup lu ya, kok lu ambil punya kita?" tanya Claudia.

"Males kesana, jauh, cari yang deket".

Memang benar posisi William saat pertandingan dekat dengan tempat Ardina dkk istirahat, jadi ia memutuskan untuk bergabung dengan mereka.

"Mana Keano?" tanya Ardina.

"Iya mana dia, biasanya ngikut lu Will", ucap Rena.

William pun mengedarkan pandangannya.

"Tuh dia", ucap William sembari menunjuk kearah Keano yang sedang bersama dengan Agnez.

"Lagi diganggu ma kucing garong", ucap William.

Ardina, Claudia dan Rena pun melihat kearah yang ditunjuk William.

Terlihat Agnez sedang bergelayut manja di lengan Keano, tetapi Keano mencoba untuk mencari jalan keluar agar Agnez berhenti mengikutinya.

"Nez, lepasin".

"Aku ngga mau lepasin kamu, pasti kamu mau kesana kan?" ucap Agnez sembari menunjuk kearah Ardina dan yang lainnya berada.

"Aku ngga mau kamu deket deket sama upik abu itu, aku ngga rela", ucap Agnez.

Mendengar ucapan Agnez, Keano hanya memutar bola matanya malas.

Dan tanpa diduga Dewi keberuntungan berpihak kepada Keano. Tak lama seorang mahasiswi menghampiri mereka.

"Nez, dipanggil sama Bu Dian, suruh ruangannya", ucap Cia.

''Akhirnya dewi keberuntungan berpihak padaku", batin Keano kegirangan.

"Nanti aja, aku mau berduaan ama yayang bebeb", ucap Agnez.

"Nez, kamu tuh dipanggil Bu Dian, cepetan kesana", ucap Keano yang sudah merasa sangat jengkel dengan kelakuan Agnez.

"Ih yaudah, demi kamu aku temuin Bu Dian", ucap Agnez.

"Yaudah sana", ucap Keano dengan wajah datarnya.

Agnez pun pergi meninggalkan Keano dengan ikuti oleh Cia. Keano pun berjalan menuju Ardina dan yang lainnya berada.

Keano langsung merebut minuman yang ada di tangan Ardina. Ia pun meminumnya hingga habis tak tersisa.

"Napa sih lu ngga terima aja dia jadi pacar lu", tanya William.

"Dih ogah gue pacaran ma mak lampir, yang ada idup gue suram" ucap Keano.

"Kalo lu mau ambil aja, gue ikhlas lahir batin", ucap Keano kembali.

"Dih ogah, mending gue ama yayang Rena", ucap William.

"Dih apaan lu, ogah gue ama tukang playboy, najis", ucap Rena.

"Tapi kan sayang", ucap William sambil menaikkan kedua alisnya.

"Dih mending gue sama dadang, orangnya diem, pinter, baik lagi, kagak kayak lu yang gebetannya udah kayak padi disawah", ucap Rena.

Dadang adalah salah satu teman kelas mereka yang berpenampilan culun.

"Hahaha, sukurin", ejek Keano.

William pun hanya bisa menekuk wajahnya.

"Eh ayo kesana, udah mau dimulai lagi pertandingannya" ucap Ardina.

Claudia dan yang lainnya mengikuti Ardina menuju tengah lapangan. Dan langsung mengambil posisi masing masing.

Pertandingan pun dimulai.

Di depan pintu mansion keluarga Xaver, asisten Davian dan beberapa bodyguar tengah menunggu bosnya yang sedang bersiap.

"Lho Kevin, sedang apa kamu disini?" tanya Viona.

"Hai mom, sedang menunggu King selesai bersiap".

Seorang pria muda yang mengenakan setelan formal yang dipadukan dengan jas abu abu tengah menuruni anak tangga sembari membawa sebuah tas kulit di tangan kirinya.

"Ayo berangkat", ucap Davian.

"Yaudah mom, dad, kita berangkat ke universitas kalo gitu", pamit Davian.

"Kevin juga".

"Hati hati dijalan" ucap Darka.

"Iya dad, bye mom dad" ucap Kevin sembari berjalan Davian yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobil.

Di tengah lapangan suasana semakin memanas, bukan karena cuaca hari ini yang memanas tetapi karena kedua belah tim yang tengah melakukan pertandingan belum juga berhasil mencetak poin.

"Cin, oper ke gue, Cin", teriak Ardina.

Karena sudah terkepung lawan Cintya pun mengoper bola ke arah Ardina dan Ardina pun menangkapnya.

Dengan lincah Ardina pun menggiring bola mendekati ring lawan. Tetapi tanpa diduga, Keano muncul dan mencoba menghalangi Ardina.

"Duh, pakek acara muncul segala nih tuyul", batin Ardina.

Ardina mencoba mencari celah, agar bisa memasukkan bola yang sedang ia drible ke ring lawan, tetapi ia masih belum menemukan celah.

"Mau kemana lu, enak ae mau kabur", batin Keano.

"Ar, lempar bola ke gue", teriak Rena.

Tanpa aba aba Ardina pun melempar kearah Rena. Dan tiba tiba...

Duk...

"Aduh" pekik seorang pria.

Flash back on...

Sebuah mobil mewah terparkir rapih di parkiran sebuah univetsitas swasta. Setelah memarkirkan mobilnya, Davian langsung keluar dari dalam mobil disusul Kevin dan beberapa bodyguardnya. Ia berjalan sembari melihat lihat keadaan universitanya dulu.

"Banyak sekali yang berubah", ucap Kevin.

Saat mereka melewati lapangan basket, tiba tiba

Davian dikejutkan dengan bola basket yang terbang ke arahnya, karena kaget bola itu pun mengenai kepalanya.

Flash back off...

Mendengar pekikan Davian, Kevin beserta bodyguardnya langsung menghampirinya. Bodyguard Xavier langsung mengelilingi atasan dan asistennya membentuk sebuah pertahanan.

"Aduh, pakek kena kepala orang lagi" batin Ardina.

"Eh King, lu ga kenapa kenapa kan?" tanya Kevin sembari membantu Davian untuk berdiri.

"Kena bola gitu aja kok letoy sih lu?" ejek Kevin.

"Mulutnya", geram Davian sembari memberikan tatapan tajam.

Karena merasa bersalah Ardina langsung mengdekati kerumunan pria bertubuh tegab itu.

"Aduh maaf pak, saya ngga sengaja, pasti sakit ya" ucap Ardina.

"Ya jelas sakit lah, lu ini gimana sih Ar" batin Ardina.

Mendengar ucapan Ardina, Davian dan Kevin langsung menatap kearah Ardina.

"Cantik" guman Kevin.

"Lumayan", batin Davian.

"Pak, pak, PAK!" ucap Ardina sembari memegang bahu Davian.

"Eh" ucap Davian yang sadar dari lamunannya.

"Hmm, lain kali hati hati", ucap Davian datar.

Davian pun pergi dari tkp dan disusul oleh asisten dan bodyguardnya meninggalkan Ardina yang tengah menatapnya bingung.

"Aneh", ucap Ardina.

"Woi Ar, bawa sini bolanya", ucap Keano.

Ardina langsung mengambil bola basketnya dan masuk kedalam lapangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!