Malam yang kelam telah berlalu matahari mulai menampakkan sinarnya.
Pagi itu Luna mulai membuka matanya dengan perlahan, kepalanya terasa pusing badannya sakit tulangnya terasa seperti patah matanya melirik kesemua ruangan tak ia dapati lelaki itu, sekuat tenaga Luna bangun dari tempat tidurnya dengan menahan rasa sakitnya.
dengan tergopoh - gopoh dia meraih bajunya matanya masih tetap mencari sesuatu
"Kemana lelaki itu, siapakah sebenarnya dia?" tanyanya dalam hati
Saat hendak keluar kamar matanya menangkap sesuatu diatas meja ada setangkai mawar hitam dengan sebuah amplop berwarna merah hati, ada sebuah cek dan sepucuk surat didalamnya perlahan dia mulai membuka dan membacanya.
"BILA KITA BERTEMU KEMBALI ITULAH TAKDIR CINTA KITA
TERIMAKASIH MALAM INI AKU BAHAGIA
SALAM MR. B"
Itu isi suratnya
"B siapa dia sebenarnya"
"Ahh aku tak peduli yang penting aku harus cepat meninggalkan tempat ini"
Dia melangkahkan kakinya dan keluar dari kamar, pintunya tak terkunci saat hendak pergi dia melihat seseorang yang tergeletak dengan sigap dia langsung mendekatinya sosok itu terlihat tidak asing benar saja orang itu adalah Adam.
"Adam... Adam bangun, Dam kamu gak papa bangun Dam, ini aku Luna"
Dengan cepat Luna membuka ikatan dari tubuh Adam, namun adam tak kunjung sadar
"Dam sadar kumohon Dam sadarlah" Dia mulai menangis Luna memeluk Adam dengan erat
"Ahhh aku dimana" Suara Adam terdengar begitu berat
"Adam kamu sadar, ini aku Luna"
"Aku kenapa Lun?" tanya Adam yang belum sadar sepenuhnya
"Kamu bodoh Dam kenapa kamu lakuin ini"
Kini Adam mulai menyadari dengan yang sudah terjadi melihat Luna yang kacau dan berantakan Adam menangis kemudian ia memeluk Luna dengan sangat erat Adam sangat kecewa Wanita yang ia cintai telah terluka.
"Maafin aku Lun, aku gak bisa bebasin kamu ini semua salah aku Lun"
"Gak Dam aku yang minta maaf, kamu begini karna aku"
"Aku gak bisa jaga kehormatan kamu, aku emang gak berguna"
"Ini bukan salahmu semua ini kesalahnku kamu gak salah Dam"
Mereka menangis dengan saling berpelukan, rasa kecewa dihati Adam membuatnya sangat membenci lelaki bejad itu, ingin rasanya dia membunuh lelaki itu namun apadaya semua itu tak bisa ia lakukan.
"Kita keluar dari sini ayo jangan sampai ketahuan"
Mereka saling bantu bersama melangkah keluar dengan susah payah merekapun berhasil lolos dari tempat itu namun aneh tak ada satu orangpun disana bahkan penjaga pun tak ada, mereka tak memperdulikan itu semua mereka hanya ingin segera pergi dari tempat terkutuk ini.
Dengan mengendarai sepeda motor milik Adam mereka segera melesat meninggalkan tempat itu, sepanjang perjalanan mereka diam membisu suasananya sangat hening dan canggung, hati Adam dipenuhi dengan rasa marah, benci dan kecewa. Luna menyadari Adam sangat marah dia tahu keputusannya ini salah sehingga membuat Adam marah namun ia lakukan ini demi Bapaknya.
"Maafin aku Dam, Maafin aku udah kecewain kamu" Ucap luna diatas motor itu
Mendengar ucapannya hati Adam semakin sakit, Luna memeluk Adam dari belakang merasakan hal itu Adam merasa sedih air matanya menetes sepanjang jalan dia tak rela wanita yang sangat ia cintai tak bisa ia jaga kehormatannya. Mereka menangis di atas motor tanpa saling berkata apapun.
"Maafin aku Dam, Maaf, maafin aku Dam"
Hanya kata maaf yang terlontar dari bibir Luna, Sesampainya dirumah Adam langsung pergi meninggalkannya dia melajukan motornya dengan sangat cepat
Sepanjang perjalanan dia menyalahkan dirinya sembari tetap melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Akkkhhhh ,, Akkkhhhh "
Teriak Adam diatas motor dia sangat marah dia tak perduli dengan keadaan sekitar.
"Aku akan membunuhmu Bajingaaannnnn"
Motornya semakin cepat melaju, namun notornya melaju bukan kearah pulang melainkan ke arah rumah sakit. segera dia memarkirkan motornya
Dengan cepat dia berjalan kedalam rumah sakit dia terlihat sangat marah dia mencari cari sesuatu hingga akhirnya dia menemukan ruangan Dokter Danise namun ruangan itu kosong Dokter Danise tak ada disana, dia kembali mencari Dokter Danise akhirnya mereka bertemu dikoridor rumah sakit, tanpa berpikir panjang Adam Langsung menghantamkan bogem mentah ke wajah Dokter Danise
Bugh, bugh,bugh Berkali kali Dokter Danise dihantam oleh Adam, dokter Danise berusaha melawan perkelahianpun terjadi diantara mereka berdua, melihat keributan itu pak satpam penjaga rumah sakit memisahkan mereka, semua yang ada di ditempat itu menyaksikan perkelahian mereka
"Hentikan kalian semua ini rumah sakit bukan ring tinju" Teriak pak satpam sambil memisahkan mereka
"Lepaskan, Dokter bajingan ini harus mati, Dia harus membayar semuanya"
Adam yang dipegang oleh pak satpam mencoba memberontak namun sia-sia kekuatan satpam itu lebih besar darinya
"Bajingan, kamu telah menghancurkan hidupnya, akan aku bunuh kamu"
"Akan aku pastikan kau membayar setiap luka dan tetes airmatanya" Adam terus memberontak dan mengancam Dokter
"Usir dia pak satpam bikin ribut ajah"
"Aku akan menuntutmu karna telah melakukan penganiayaan dan perbuatan yang tidak menyenangkan" Dokter Danise mengancam Adam
"Bajingan dasar a****g" Adam terus berteriak
"Untuk kali ini aku biarkan, anggap saja aku berbaik hati tapi tunggu saja aku akan buat perhitungan denganmu" Dokter Danise mengancam Adam
"Jangan pergi, urusan kita belum selesai aku akan menghajarmu"
Adam terus berusaha melawan dan memberontak namun dokter Danise tak menghiraukannya
Dokter Danise menyuruh satpam mengusirnya dan diapun melaju pergi meninggalkan Adam, untungnya dia hanya diusir dari rumah sakit dan tidak dibawa keranah hukum. Kejadian ini membuat gempar seisi rumah sakit.
*****
Sesampainya dirumah Luna langsung Mandi dia masih tetap menangis dia menyesali semuanya namun ini sudah terjadi dia merasa bersalah karna telah mengecewakan Adam. Luna merasa takut jika Adam berubah padanya karna hanya dia yang mengerti Luna, selama ini Luna memang tidak pernah menggubris perasaan Adam namun dalam hatinya Adamlah segalanya. Luna merasa lelah pikirannya kacau badannya masih terasa sakit tulang-tulangnya terasa linu dia tak tau harus apa dia hanya diam dirumah sampai ia tertidur.
******
Doorr Dooor Doorrrr Dooorrr
Bunyi pintu digedor
"Adam apa benar tadi kamu membuat kekacauan di rumah sakit ?"
Teriak bapak Adam dengan keras Adam yang sedari tadi dikamar tak menjawab bapaknya dia masih termenung
"Keluar kamu, maksud kamu apa, kamu mau jadi jagoan, beruntung Dokter itu baik tidak melaporkanmu kepolisi bisa-bisa kamu dipenjara karna ulah konyolmu"
Adam tak sedikitpun menjawab, pintu Adam masih terus digedor oleh bapaknya namun tak kunjung Adam membuka pintunya
"Ini pasti karna pengaruh buruk si Luna, Mulai hari ini jangan pernah dekat - dekat lagi dengan dia"
"Dengar itu Adam jangan sampai bapak melihat kamu dengan dia, Paham"
Bapak Adam sangat marah namun adam tak berani menjawab dia hanya terdiam dikamarnya.
Haripun berganti malam waktu terus berlalu dengan penuh kekecewaan, mentari pagi terus bersinar menghangatkan seluruh Alam ini.
"Adam bangun nak sini sarapan dulu ibu udah masak kesukaan kamu" Ibu Adam membujuk adam agar mau keluar dari kamarnya
Pintu kamar terbuka Adam pun keluar
"Wajah kamu memar semua Nak sini biar ibu kompres dlu"
"Gak usah bu Adam pergi dulu"
"Mau kemana nak, muka kamu ibu obatin dulu"
"Adam pamit dulu bu"
"Adam mau kemana kamu, dengar kata ibumu jangan pergi obati dulu lukamu" teriak bapak Adam
"Gak usah pak Adam baik-baik aja" Langsung pergi meninggalkan mereka
"Dasar yah anak tidak tau di untung mau diurusin malah kabur, dia pasti mau ketemu si Luna itu"
"Udah pak sabar jangan dimarahin kasian Adam"
"ini gak bisa dibiarin bu, Luna itu bawa pengaruh buruk buat anak kita"
Adam pergi menemui Luna dia memastikan kalau Luna baik-baik saja
Tok tok tok
"Lun apa kamu didalam"
"iya Dam masuk aja pintunya gak dikunci"
"Gimana keadaan kamu?"
"Ya seperti ini, Tunggu bentar yah aku ambil air hangat buat kompres muka kamu"
Tak berselang lama air kompresanpun sudah siap
"Sini mukanya"
Luna langsung menempelkan kompresannya ke wajah Adam
"Ahhh sakit pelan-pelan" ucap Adam
"Tahan Dam ini gak sakit kok, udah pelan pelan banget"
Luna mengompres wajah Adam dengan sangat berhati-hati agar Adam tak merasa sakit
Wajah mereka begitu dekat baru kali ini mereka bisa sedekat ituh mata mereka saling berpandangan satu samalain tiba-tiba air mata keluar dari mata Luna
"Kenapa nangis ?"
"Maafin aku Dam, semua gara-gara aku"
"Ini bukan salah siapa-siapa ini udah takdir hidup kita"
"Andai aku tak melakukannya kamu gak akan seperti ini, aku benar-benar bodoh"
"Aku janji apapun yang terjadi dengan mu, aku takan pernah meninggalkanmu"
Adam mendaratkan kecupan dikening Luna
"Kita lupain semua masalah ini, anggap gak terjadi apa-apa"
Luna menganggukkan kepalanya dan langsung memeluk Adam erat-erat.
Dua minggu kemudian rumah sakit memperbolehkan bapak Luna pulang kondisinya pasca operasi sudah mulai membaik namun tak normal seperti dulu kala, kini Bapak Luna menggunakan kursi roda kakinya tidak bisa berjalan.
Namun ada yang aneh selama dua minggu ini Luna tak melihat Dokter Danise sama sekali
"Suster mau tanya Dokter Danise kenapa gak kelihatan yah beberapa hari ini?"
"Oh dia sedang cuti, dia bilang mau liburan ambil cuti panjang"
"Oh begitu, terimakasih yaah kami semua mohon pamit, terimakasih selama ini atas perawatannya ya bu suster"
"Eh iya tunggu hampir lupa, ini ada titipan dari Dokter Danise buat kamu"
Suster itu menyodorkan amplop coklat
"Apa ini suster ?"
"Saya tidak tau waktu itu pas Dokter pamit mau cuti dia nitip ini katanya buat kamu dia bilang ini sangat rahasia, hampir aja kan saya lupa ngasiinnya"
"Ohh iya makasih ya suster, saya pamit dulu"
"Iya sama-sama cepat sehat yah pak jangan lupa kontrolnya yang rajin"
"Iya bu suster, mari bu"
Merekapun pulang kerumah dengan sabar dan telaten Luna merawat ayahnya dengan penuh cinta dia tidak pernah lelah ataupun mengeluh baginya bisa melihat ayahnya sehat lagi sudah cukup membuat dia bahagia.
baru beberapa minggu dia berada dirumah merawat bapaknya muncul gosip tentang dirinya banyak tetangga yang menggunjingkannya bahkan para tetangga kini mulai sangat sinis pada Luna, Luna tak mengerti apa yang terjadi dia tidak memperdulikan semua itu dia hanya fokus dengan kesembuhan bapaknya.
Tak selang beberapa lama beberapa keluarga Luna datang
"Luna masuk kami semua mau bicara denganmu" Paman luna bicara tanpa basa basi
"Bicara apa kenapa harus ramai-ramai begini ?"
"Coba kamu jelaskan apakah benar gosip diluar sana itu tentang kamu?"
Luna sangat bingung gosip apa yang mereka maksud
"Maksud paman apa saya gak ngerti"
"Jangan pura-pura bego kamu jawab yang bener"
"Saya emang gak ngerti gosip apa yang paman maksud"
"Alah gak usah ngelak kamu Lun bikin malu keluarga ajah" salah satu bibi Luna menimpali pembicaraan
"Maksud Bibi apa sih emang apa yang saya lakukan?"
"Kamu itu Pelacur" ucap Bibi Luna
Bagaikan disambar petir Luna sangat kaget dia terkejut mendengar ucapan bibinya
"Bibi bilang apa pelacur, saya buka pelacur" Luna menjawab dengan nada tinggi
"Halaah ngeles aja, kamu pikir kita semua gak tau apa yang kamu lakukan"
"Apa memangnya saya melakukan apa?"
"Kamu Pelacur, kamu jual diri kamu kan demi mendapatkan uang untuk biaya operasi bapakmu kamu jual diri kamu dasar pelacur"
"saya bukan pelacur" bentak Luna
"Lalu apa namanya dasar pelacur cilik"
Luna menangis, bapaknya pun ikut menangis mendengar apa yang dikatakan bibinya ituh, badannya memang tak bisa bergerak namun pendengaran dan penglihatannya masih normal, bapaknya tak bisa berbuat apa-apa mendengar semua itu dia hanya bisa menangis.
"Diam yah kalian semua, kalian tidak tau apa-apa tentang saya jadi jangan berkomentar apapun tentang saya"
"Kamu udah bikin malu keluarga, semua orang tau kamu pelacur"
"Diaaammmmm,,,, dengar yah kalian semua harusnya kalian semua mikir kenapa saya bisa melakukan ini, saya terpaksa melakukannya, apakah kalian pernah peduli pada keadaanku apa kalian peduli dengan keadaan bapak ? Tidak, kalian tidak pernah peduli"
"Ingat kalian semua lah yang membuat hancur keluarga ini kalian semua yang menginginkan bapak dan ibu berpisah, dari dulu kalian tidak pernah suka dengan ibu sampai kalian memfitnah ibu dan menyuruh bapak menceraikannya, terus apakah kalian peduli dengan semua ini ?"
"Seandaikan kalian dulu tidak memaksa bapak untuk bercerai mungkin semua ini tidak akan terjadi mungkin keluargaku baik-baik aja"
Semua nya terdiam mendengar apa yang dikatakan luna, memang dulu mereka yang menyuruh untuk bercerai mereka tidak senang dengan ibunya Luna.
"Lihat bapak, lihat ini semua terjadi karna ulah kalian, kenapa kalian begitu tega pada kami apa salah kami pada kalian?"
"Jangan menyalahkan kami semua itu sudah pilihan bapakmu" Ucap paman Luna
"Ini semua memang salah kami, iyaah ini salah saya, kenapa saya harus membiarkan keluarga ini hancur karna kalian" Teriak Luna
"Jadi apa peduli kalian dengan masalah kami, pergi kalian semua jangan pernah datang menginjakkan kaki lagi dirumah ini" Luna mengusir mereka
"Baik mulai hari ini kalian bukan keluarga kami lagi" Bibi luna dengan sangat ketus berbicara
"Tunggu, dari mana kalian tau semua ini" tanya luna
"kamu tidak perlu tau kami dapat info ini dari siapa?"
"Saya perlu tau siapa orangnya"
"Adam, kami semua tau dari dia" celetuk salah satu paman Luna
Mendengar nama Adam Luna merasa tak percaya
"Gak mungkin Adam aku yakin bukan dia"
"Terus siapa lagi kalau bukan dia kalau gak percaya tanya ajah orang-orang"
"Bohong kalian pasti bohong"
"Terserah, kamu percaya atau tidak kami tidak peduli"
Merekapun pergi meninggalkan rumah Luna,
Luna mencoba menepis perasangka itu tidak mungkin Adam yang menyebarkan berita ini dia tau Adam bukan orang seperti itu namun hatinya berkecamuk dia berpikir memang hanya Adam yang tahu semua ini. teganya kamu Adam melakukan ini dibelakangku.
Luna pergi kerumah Adam namun Adam tak ada disana, hanya ada bapaknya Adam dirumah
"Permisi pak Adamnya ada?"
"Adam gak ada dirumah, ada urusan apa kamu sama anak saya ?"
"Nggak pak saya hanya ada perlu sebentar sama dia"
"Asal kamu tau yah gara-gara kamu sekarang anak saya hidupnya jadi tidak karuan"
"Maaf pak saya tidak pernah macam - macam sama Adam"
"Alah sudahlah pokoknya kamu yang udah buat Adam jadi berantakan"
"Memangnya apa yang sudah saya lakukan pada Adam pak ?
"Dasar pelacur yah banyak bicara pokoknya mulai saat ini jangan berani kamu dekati Adam anak saya"
Mendengar perkataan itu hati Luna semakin sakit kata pelacur terlalu menusuk untuk Luna, Luna semakin marah dia berlari meninggal rumah Adam sambil menangis kakinya terus berlari dia tak tau hendak kemana kakinya terus melaju tanpa henti hingga sampai ditepi danau akhirnya dia melihat Adam seorang diri.
Tanpa berpikir panjang dengan diselimuti rasa marah Luna langsung menghampiri Adam
PLAAAKKKK
Tamparan yang keras mendarat dipipi Adam,
Adam merasa kaget apalagi yang menamparnya adalah Luna Dia bingung apa yang salah dengannya
"Kenapa kamu tega lakuin ini semua sama aku Dam?"
"Aku kenapa Lun, aku gak ngelakuin apa-apa"
Adampun merasa bingung dan heran kenapa Luna bersikap demikian
"Bohong, Kamu kan yang nyebarin Gosip kesemua orang kalau aku jual diri demi biaya operasi bapak?"
"Gak aku gak pernah bicara pada siapapun"
"Tega kamu Dam teganya kamu sama aku"
"Siapa yang bilang, sumpah Lun aku gak pernah cerita kesiapapun"
"Dari mana orang-orang itu tau, cuman kamu Dam yang tau"
"Aku gak tau Lun"
"Hanya kamu Dam yang tau maslaah ini"
"Tapi bukan aku orangnya Lun aku gak pernah cerita kesiapapun"
"Aku kecewa sama kamu Dam"
"Sumpah Lun bukan aku orangnya"
"Cukup, aku gak mau dengar apa pa lagi dari kamu"
"Lun aku harus gimana supaya kamu percaya"
"Mulai detik ini jangan pernah lagi menemui aku, anggap kita tak saling kenal"
Luna langsung pergi meninggalkan Adam, semua penjelasannya tak ada gunanya Luna tak percaya, dia lebih percaya apa kata orang lain.
Setiap kali bahkan berkali kali Adam mencoba ingin menjelaskan kepada Luna, Luna tak mau mendengar dia selalu menghindar jika bertemu dengan Adam. hari-hari berlalu namun mereka belum kunjung jua berbaikan, rasa kecewa yang begitu besar membuatnya tak bisa memafkan Adam, Adam yang tanpa henti berusaha meyakinkan Luna akhirnya lelah jua.
Sampai beberapa minggu kemudian tak sengaja mereka berpapasan ditengah jalan keduanya saling bertemu dan saling bertatapan,dan Luna tak bisa mengelak lagi dari Adam.
"Hai Lun apa kabar ? Aku mau pamit"
Adam mulai percakapan namun Luna masih terdiam
"Aku akan pergi ikut bersama saudaraku dan kuliah disana"
"Lalu apa peduliku" Jawab Luna, dia masih terlihat sangat marah pada Adam
"Jaga diri kamu baik-baik Lun jangan lupa makan jaga kesehatanmu, aku mungkin tak akan bisa disisimu lagi"
Mendengar perkataan itu luna terdiam dia merasa perasaannya berubah dia merasa mulai takut kehilangan Adam
Adam memegang tangan Luna dan berkata untuk terkahir kalinya dengan Luna
"Ingat janjiku apapun yang terjadi aku takan pernah meninggalkanmu"
Cukup lama mereka saling terdiam perlahan Adam mulai melepaskan tangan Luna selangkah demi selangkah dia meninggalkannya.
Luna masih tetap mematung dia terus menatap Adam yang pergi meninggalkannya, Air matanya menetes kini Luna merasa sendiri merasa sepi tak ada lagi kehangatan yang akan Ia dapatkan dari Adam.
Ingin rasanya Luna mencegah kepergian Adam ingin sekali rasanya Luna memeluk Adam untuk terakhir kalinya namun kaki ini terasa kaku tak mampuh mengejar Adam sampai pada akhirnya Adam benar-benar hilang dari pandangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Zham Zham
😭😭😭😭😭😭😭 sedih banget ko aku yg ngerasa sakiiiiit
2021-04-19
0
Ririend Edy
kok amplok dri dokter denis g dibuka thor hingga berminggu2..
2021-04-06
0
Finanda Putri
pasti dokter danise
2021-02-09
0