Cinta Satu Malam Sang CEO
Tok... tok... tok...suara ketukan palu pak hakim Menandakan Bapak dan ibuku resmi bercerai. aku hanya bisa diam terpaku, ingin rasanya aku menangis meneteskan Air mata ini aku sungguh benci dengan keadaan ini.
2 adikku ikut bersama ibu, aku Anak pertama tinggal bersama Bapak, Saat itu kami tidak bisa memilih tak bisa melawan hanya bisa mengikuti apa mau mereka keegoisan Lah yang membuat kebahagiaan ini hancur seketika.
"Bangun dipagi hari Biasanya Sudah tersedia makanan diatas meja Namun kali ini aku sadar itu tidak akan ada lagi menyadari hal itu aku langsung bergegas menyiapkan sarapan untuk Bapak"
"Ini udah jam setengah 7 kamu gak berangkat sekolah Lun ?" sambil nyeruput kopi buatan Luna.
"Bentar lagi Pak masuknya juga masih lama kok tanggung lagi nyuci piring dulu"
"Nasi goreng buatan kamu enak, walaupun sedikit asin" sambil menyantap makanan yang sudah disiapkan.
"Udah dimakan ajah pak yang penting kenyang, maklum baru belajar"
"Iyah segini juga udah mantap masakan anak Bapak"
"Luna berangkat dulu ya Pak, Bapak juga hati - hati kerjanya, Luna pamit dulu yah, Assalamualaikum" sambil mencium tangan Bapaknya.
"Waalaikumsalam, belajar yang rajin yah biar jadi orang sukses"
Luna adalah gadis berusia 17 tahun dia kini sudah duduk kelas 3 dibangku SMA, diusianya uang terbilang muda ia harus menghadapi hidup yang sulit, permasalahn mulai menghampiri hidupnya semenjak kedua orang tuanya bercerai lala merasa hidup tak pernah adil baginya. kehangatan keluarga kini tak lagi bisa ia rasakan. masalh demi masalah muncul ia sudah terbiasa dengan segala masalahnya.
Setiap hari kakiku melangkah menuju sekolah tanpa lelah, dari rumah hanya 15 menit saja
"Lun, tungguin donk kita berangkat bareng" Adam menghampiri Luna.
"Ekkh kamu kok udah ada dibelakang aku ajah sih kapan datengnya? "
"Kamunya ajah dari tadi ngelamun sampe gak sadar gituh aku dibelakang, ngelamunin apaan sih ini masih pagi juga?" tanya Adam pada Luna.
"Mm gak kok biasa ajah"
"Ngelamunin aku yaah," seraya adam menghibur Luna.
"Ikkh apaan sih masih pagi gak usah gombal"
"Gak usah masuk yuk, sesekali bolos gak papa kayanya lagian juga bosen tiap hari sekolah sekali bolos gak bakalan bikin kita bodoh"
"Hah kok gituh sih, kenapa?" Luna bertanya pada Adam.
"Kamu lagi gak baik-baik ajah aku tau kamu pasti butuh bahu untuk bersandar, aku siap dan selalu ada buat kamu, kalau kamu mau curhat aku siap"
"Aku gak papa aku baik-baik ajah ikkh sok tau deh kamu"
"Aku tau Lun kamu pasti sedih apalagi masalah perceraian keluarga kamu itu pasti berat, kamu selalu aja bersikap seperti tidak terjadi sesuatu"
"Hahahaaa... sejak kapan kamu perhatian sama aku?"
"Aku selalu perhatian sama kamu, kamunya aja yang terlalu cuek" Sambil menatap Luna penuh tajam.
"Adam ini masih pagi please yah aku gak mood buat becanda"
"Aku serius, Liat mata aku" Adam memegang tangan Luna sambil mengedip ngedipkan matanya.
"Apaan sih malu kalau diliat orang" menepis tangan Adam.
"Ya gak papa emang kenapa kalau ada yang lihat, kitakan bukan maling ngapain malu"
"Udah akh sana kamu masuk kelas bentar lagi bel berbunyi"
"Oke okee, nanti pulangnya bareng yah awas kalau duluan gua jitak palalu"
Adam salah satu teman baikku disekolah dia orang yang sangat asik dan humoris Kita 1 sekolah dan kelas kita bersebelahan dia memang sangat perhatian padaku tapi aku tidak ada perasaan padanya apalagi saat ini aku hanya ingin fokus belajar supaya dapat nilai bagus dan bisa melanjutkan ke jenjang kuliah yang aku impikan.
Dua bulan berlalu aku sudah terbiasa mandiri bisa melakukan banyak hal dalam rumah tangga semua aku lakukan karna tidak ada lagi seorang ibu yang biasanya melakukan semua ini. aku jadi tidak manja tidak cengeng bahkan aku cenderung menyendiri, bukan karna tak ingin bermain tapi banyak waktu yang aku habiskan untuk belajar dan mengurus rumah, aku sangat optimis untuk masa depanku yang baik.
"Assalamualaikum, permisi apa ada orang dirumah ?"
"Waalaikumsalam" jawab Lala sembari membuka pintu dan melihat ada orang asing didepannya.
"Neng apa bener ini anaknya pak hasan ?"
"Iya benar saya anaknya, kenapa yah pak kok Bapak tergesa gesa gitu?" tanya Lala penasaran.
"Ini neng, Bapak tadi di kantor tiba tiba pingsan sekarang bapak di bawa ke rumah sakit neng"
"Ya Allah, Bapak emang kenapa Pak, dia sebelumnya baik-baik ajah"
"Kurang tau neng kita juga bingung bapak neng tiba-tiba ajah pingsan, ini temen yang lain lagi nunggu di rumah sakit"
"Rumah Sakit mana pak ?"
"Ayo neng langsung aja Bapak anter ke Rumah Sakit Harapan Sehat, tadi Bapak dibawa kesana"
"Iya pak saya siap-siap dulu yah"
Tanpa pikir panjang langsung Lala mengunci semua rumah dan menaiki motor Pak Aryo temen kerja Pak Hasan yang akan mengantar ke Rumah Sakit.
Perjalanan itu terasa sangat lama Lala tidak tau apa yang terjadi Ia mencoba menahan tangisnya dan berusaha tenang Ia harus siap dengan segala yang akan terjadi.
Sesampainya diparkiran Ia langsung berlari menuju Ruang Icu disana ada temen Bapak yang lain yang menunggu.
"bapak kenapa Pak?"
"Itu neng kata Dokter sih tadi katanya Bapak kecapean, baru aja Bapak dipindah keruangan Alhamdulilah kata Dokter tadi bilang Bapak baik-baik ajah"
"Alhamdulilah bapak semoga gak kenapa napa, ayo Pak kita keruangan Bapak"
Sepanjang perjalanan menuju ruang rawat Bapaknya dari bibir Lala tak pernah henti berharap dan berdoa memohon kesembuhan untuk Bapaknya.
"Mba pasien atas nama Hasan diruang berapa yah ?" tanya Lala pada Perawat.
"Diruang 5 paling pojok sebelah kiri" menunjuk ke ruangan.
"Terimakasih" ucap Lala sambil meninggalkannya dan menuju ke ruangan tempat Bapak dirawat
didalam sana masih ada Dokter dan Perawat yang sedang memasang Infus.
"Maaf jangan berisik dulu yah, Bapaknya barusan tidur"
"Bapak saya kenapa Pak Dokter?"
"Dia hanya kecapean sementara ini Pasien perlu istirahat sambil menunggu hasil lab keluar pasien dirawat inap dulu"
"Ohh iya syukurlah klo bapak gak kenapa napa, makasih ya Pak Dokter"
Lala menatap wajah Bapak yang tertidur pulas, air mata yang sedari tadi Ia tahan kini menetes membasahi pipi, Ia bingung apa yang harus Ia lakukan Ia sendirian tak tau harus berbuat apa, selama ini selalu ada ibu disampingnya namun kali ini Ia sendirian Lala benar - benar tak tau harus berbuat apa.
"Neng kami pamit dulu yah masih banyak kerjaan dikantor"
"Iya pak makasih yah udah ngerepotin Bapak-Bapak semua"
"Gak neng kitakan saling bantu, nengnya yang sabar yah"
"Iya pak sekali lagi terimakasih atas bantuannya"
"Gak papakan neng ditinggal sendirian?" tanya pak Slamet padaku.
"Gak papa Pak, nanti saya kabari orang rumah supaya ada yang nemenin disini"
"Ohh ya udah kalau gitu kami pamit dulu yah, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Lala mengabari sodara sodaranga yang dirumah satu persatu Paman dan Bibi mulai datang Ia mulai merasa lega karna merasa tidak sendirian lagi, Bapak masih belum sadarkan diri kami masih menungu malam ini Ia disuruh pulang oleh Bibinya karna besok Luna harus sekolah. Saat Luna sudah pulang Bibiku menabari kalau Bapak sudah sadar Luna merasa senang dan bahkan Dokter bilang setelah hasil lab Keluar kemungkinan Bapaknya sudah bisa diperbolehkan pulang.
**********
"Temen-temen ke kantin dulu yuk aku laper kebetulan belum sarapan lagian jam istirahat masih lama" ajak Luna pada teman temannya.
"Ayo Lun gua juga mau beli Seblak hehe" saut Rina teman Luna.
Saat sedang lahapnya makan Adam tiba-tiba datang.
"Lun, bapak kamu masuk Rumah Sakit?"
"Tau darimana dam?, iya kemaren bapak kecapean katanya, jadi dia pingsan"
"Iyah Bapak tadi pagi bilang katanya semalem Bibi sama Paman kamu pada pergi kerumah sakit buat jenguk om Hasan"
"Iya doain yah mudah-mudahan gak papa dan hari ini semoga udah bisa pulang kerumah"
"Iya aku selalu doain yang terbaik buat kamu, karna kamu adalah nama yang selalu aku sebut dalam setiap doaku"
"Huhuuuhhhh moduuss aja lu" saut Rina dan Lila teman Luna.
"akkh kalian Iri Bilang Bosss" Saut Adam.
Mereka saling tertawa dan saling ejek sampai tak terasa waktu pun menunjukan pukul 14:00 Wib Luna bergegas pulang, niatnya dia ingin langsung kerumah sakit, sesampainya dirumah Luna merasa kaget karna ramai orang dirumah.
"Assalamualaikum, Bi kenapa ramai banget dirumah tetangga pada dateng" tanya Luna heran pada Bibi.
"Waalaikumsalam, iya ini Bapakmu udah dibawa pulang jadi mereka ingin tau keadaan Bapak kamu, itu Bapak ada dikamar lagi istirahat tadi udah Bibi kasih makan dan minum obat"
"Iya bi makasih ya Bi" Ia langsung bergegas masuk kamar menemui Bapaknya.
"Bapak udah sembuh yah ?" tanyaa
Lala pada Bapak sambil memeluk dengan erat.
"Wis gak usah nangis malu udah gede diliatin banyak orang, Bapak gak papa" sambil membelai rambut Lala.
"Jangan sakit-sakit lagi ya Pak, Neng takut pak sendirian kalau Bapak sakit siapa yang nemenin Neng"
"Iyah iyah Bapak gak kemana mana bapak bakalan nemenin kamu terus, udah sana ganti baju dulu terus makan"
Aku sangat bahagia bisa melihat Bapak sehat lagi dan harus ekstra tenaga untuk menjaga bapak agar lekas pulih.
"Seandainya saja ibu masih bersama kami mungkin ini tidak terjadi pada bapak, akkh sudahlah semua ini sudah terjadi"
"Luna, im coming" Adam mengetok ngetok Pintu Suara Adam yang khas itu terdengar sangat jelas.
"Ngapain malem-malem kesini?" sambil membukakan pintu.
"Ya jenguk Bapak donk sekalian pengen ketemu kamu juga sih , hehehhee"
"Hmmm Modus aja kerjaannya, bapak udah tidur barusan minum obat jangan diganggu biar bapak istirahat"
"Ya udah Ngobrol aja yah ama kamu, ini aku bawa roti bakar mumpung masih anget kita Santap dulu" sambil mengeluarkan sebungkus roti bakar dari kresek yang ia bawa.
"Ya ampun niat banget sih gak usag repot-repot lagian juga udah pada maka , tapi makasih yaah rotinya enak kebetulan emang Laper hehee "Luna langsung menyantapnya.
Sambil menikmati roti bakar merekapun terhanyut dalam obrolan sampai tak terasa Jam menunjukan pukul 11.45 Wib.
"Udah malem gih sana pulang udah ngantuk mau tidur gak enak juga sama tetangga, lagian besok kan kita harus sekolah"
"Kalau gak enak kasih kucing ajah hahaha" jawab Adam seraya bercanda.
"Bisa aja yah jawabnnya kalau dibilangin"
"Hahaha iya iya gak usah sewot, ya udah pamit pulang yah, besok sekolah berangkat bareng"
"Oke Hati-hati yah awas diculik tante-tante"
"Haha Tante-tantenya aku bawa pulang, mau donk digodain" sembari berjalan meninggalkan rumah Luna.
Keesokan harinya.
"Pak Ini sarapannya abis itu minum obat bapak jangan ngapa-ngapain dulu pokoknya bapak harus istirahat total"
"Iya neng bapak paham bapak Bakalan nurut kata kamu neng"
"Ya udah Aku berangkat sekolah dulu ya pak, inget yah istirahat dan obatnya diminun"
"Siap neng, yang rajin yah belajarnya"
"Ayo berangkat Dam" sedari tadi Adam sudah menunggu diluar rumah.
"Kamu semanget banget hari ini?" tanya Adam.
"Tiap hari juga aku selalu semangat, gak ada yang anehkan "
"Pasti karna semalem aku apelin yah jadi kamu semangat gini?"
"Diih apaan sih mulai deeh Modus teruss kerjaannya hahahaa "
"Tapi kamu senengkan aku modusin hahaa"
"Udah akh berisik cepet jalannya takut ketinggalan" sambil melangkah dengan cepat ke sekolah.
"Makasih yak Dam kamu selalu buat aku tersenyum"
"Gak usah bilang makasih aku tulus sama kamu, bagiku membuatmu bahagia adalah kewajibanku" sembari memegang pundak Luna.
"Kewajiban. !!! Gak salah denger"
"Mmm iya kewajibanku membahagiakanmu"
"Emang kamu anggep aku apa ?" tanya Lala pada Adam.
"Kamu adalah segalanya bagiku, aku akan terluka jika kamu sedih"
"So sweet banget yah kamu, kamu kaya gini kesemua cewekan bukan cuman sama aku doank"
"Ya elaah jelek mulu deh pikirannya, kurang tulus gimana lagi sih aku ini coba tatap aku sebentar ajah rasakan ketulusan aku ini, apa aku ada diruang hatimu? " Adam memegang tangan Luna dan menempelkan di dadanya mata mereka saling bertatapan.
Luna menepis tangan Adam dan meninggalkannya berjalan cepat munuju kelas.
"Jangan pergi dulu jawab dulu pertanyaan aku" Adam mengejar dan memegang Tangan Luna seraya menahannya.
"Aku gak paham maksudnya apa udah deh kita masuk kelas"
"Jangan pura-pura gak ngerti deh jangan buat aku penasaran klo aku mati penasaran kamu aku hantui tiap hari mau? hmmm,,, "
"Emmm kamu mau aku jawab apa?, udah ah aku mau masuk kelas udah lepasin tangan aku"
"Jawab apa ajah yang penting jujur dari hati kamu aku gak bakalan lepasin sebelum kamu kasih kepastian"
"Ya ampuun kalian ini lagi ngapain bukannya pada masuk kelas masing - masing malah asik pada pacaran" celetuk Pak Iwan yang ternyata sedari tadi memperhatikan kami.
"apaan sih pak orang kita lagi ngobrol siapa juga yang pacaran Bapak suudzon ajah, tapi ya aku seneng banget sih kalau kita beneran pacaran" jawab Adam.
"Kamu yah jawab ajah, kids zaman now emang susah dibilanginnya pinter ngeles"
"Bapak kaya gak paham anak mudah aja sih pak" jawab Adam.
"Napak emang pernah mudah tapi bapak gak kaya kalian gak tau waktu dan tempat, ini waktunya belajar ini tuh sekolah tempat belajar bukan tempat pacar-pacaran paham" pak Iwan sedikit sewot menjelaskan.
"Ya elah pak ganggu aja sih segini lagi usaba juga gak ngerti banget sama anak muda"
"Udah gak usah banyak omong bubar bubar masuk kelas masing masing"
"Iya ini kita juga mau masuk kelas pak, aku duluan yah Dam" celetuk Luna sambil berjalan meninggalkan mereka dan mendadahkan tangannya ke Adam.
"Udah sana kamu juga masuk kelas Adam, kesekolah tuh niatnya belajar bukan pacaran" jelas pak Iwan pada Adam.
"Iya pak iya siap bang Jago ampun bang jago" Adam menggoda pak Iwan.
"Dasar kida zaman now ada aja kelakuannya buruan masuk" pak Iwan pun meninggalkan Adam dan menuju kelas.
Adam belum beranjak dari tempatnya sedari tadi berdiri dia masih melihat Luna yang berjalan menuju kelasnya.
" Kalau Luna balik badan berarti Dia Cinta sama gua" ucap Adam dalam Hati.
"Gua itung yaah satu.... dua... Ti.. tii. . . tiiigaaa,
yah gak balik badan apek banget dah gua"
Adam terlihat sedikit kesal dan dia pun menuju kelasnya, saat baru sampai dipintu kelasnya terdengar suara dari Luna memanggilnya.
"Adam, Dam... " Luna memanggil dengan nada sedikit berbisik.
Saat Adam menoleh dia melihat Luna berdiri sambil melebarkan senyumannya pada Adam.
"Semangaat yaaah" sambil mengangkat tangannya memberikan semangat pada Adam.
"Oke" balas Adam dengan senyumannya.
"Saranghae" Ucap Luna dengan Lembut sambil tersenyum malu.
Luna Mengacungkan kedua tangannya dengan kode Love (saranghae) pada Adam dan Lunapun langsung masuk ke kelasa.
"Yesss, akhirnyaaa" Adam kegirangana.
"Yas Yes Yas Yess kenapalagi sih Adam, bukannya cepetan masuk malah sibuk sendiri aja" Celetuk pak Iwan dari dalam kelas.
"Biasalah pak lagi kasmaran dia" sorak teman-temannya.
"Masih sekolah gak usah pacar-pacaran belajar aja dulu yang bener kalau udah sukses Cinta datang sendiri"
"Ashiiaaap Pak" anak-anak menjawab dengan serentak.
Adam merasa malu mukanya memerah dia langsung masuk kelas dan duduk dibangkunya, tanpa berkata apapun mukanya sangat sumringah sepanjang hari dia selalu tersenyum.
Adam memang paling bisa bikin Luna tersenyum dia orang yang paling dekat dengan Luna kmereka memang tidak berpacaran namun dia sangat dekat dengan Luna, Mereka fokus sekolah karna memang sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi Ujian tidak ada waktu untuk main-main dengan Cinta. blBisa dibilang seperti pacaran tapi mereka tidak berkomitmen namun sangat dekat Ia selalu tahu apa yang terjadi dengan Luna Dia sangat perhatian Dia lelaki yang benar-benar mengerti Luna, Dia baik sopan dan pintar juga yang paling membuat Lala tak bisa jauh dari Dia, Dia selalu membuat Lala tertawa Lala tak bisa menahan tawa jika sudah bersamanha, Lala tau dia melakukan hal itu hanya padanga tapi Ia tidak mau terlalu bawa perasaan takut jika terlalu dalam dan serius pada perasaan ini Ia akan terluka, Ia hanya ingin selalu dekat dengan Adam tanpa terluka atau melukai siapapun.
Pelajaran hari ini berjalan lancar seperti biasa namun dijam pelajaran ke tiga tiba-tiba paman Luna datang dengan tergesa gesa.
"Assalamualaikum, Buguru maaf mengganggu saya mau menjemput Luna"
"Waalaikumsalam, iya pak emangnya kenapa sama Luna?" tanya Buguru.
"Ini bu ada masalah dirumah Bapaknya luna sakit lagi"
"Ya udah Luna cepat bereskan semuanya kamu segera pulang"
"Iya bu, saya beres beres dulu"
Lula langsung berlari bersama paman bergegas pulang Ia sangat khawatir apa yang terjadi pada Bapak, Paman tak bilang sesuatu apapun namun wajahnya terlihat sangat cemas membuat Luna semakin takut langkah kaki berjalan sangat cepat Ia selalu berdoa dalam hati dan masih bertanya ada apa ini.
"Bapak kenapa kok bisa seperti ini Bi?"
"Gak tau tadi Bibi denger Bapak kamu menjerit terus langsung Bibi kesini Bapak kamu udah seperti ini, kayanya Bapak kamu terpeleset dikamar mandi"
"Ya Allah bapak kenapa seperti ini" teriak Luna.
"Bapak gak sadarkan diri sebaiknya kita bawa kerumah sakit ajah" ucap paman
Tanpa pikir panjang mereka langsung membawa Bapak ke Rumah Sakit bapak dari tadi tidak sadarkan diri dan banyak darah keluar dari kepala dan hidungnya, bapak langsung dibawa ke Icu dan dapat penanganan cepat oleh Dokter, kami menunggu sampai 2 jam lamanya bapak ditangani oleh dokter, kami semua hanya bisa berdoa sambil menangis.
Setelah menunggu lama akhirnya Dokter pun menghampiri kami.
"Istri atau keluarga yang bertanggung jawab pada pasien ini siapa?"
"Saya anaknya pak" ucap Lala menyela Dokter
"Ya udah kamu ikut keruangan saya"
Luna dan paman ikut keruangan Dokter.
"Silakan duduk dulu tunggu sebentar saya siapkan hasilnya dulu yah"
Dokter itu berkata dan kami mulai cemas menunggu hasilnya.
"Alhamdulilah pasien selamat untung cepat dibawa kesini jadi masih bisa diselamatkan, tetapi..."
"Tetapi kenapa Dok" langsung Luna memotong pembicarannya.
"Pasien koma karna benturan yang terlalu keras sehingga membuat gumpalan darah menyumbat syarafnya, kami berusahaha semampu kami pasien perlu perawatan Intensif"
"Tapi Bapak masih bisa sembuhkan Dok ?"
"Kemungkinan sembuh 50% hanya saja Bapak perlu cepat cepat dioperasi kalau tidak segera dioperasi bisa berakibat fatal untuk Bapak, Bapak bisa ajah tidak terselamatkan"
"Dokter menjelaskan banyak hal yang terjadi pada Bapak aku sebenarnya tidak begitu mengerti tetapi yang aku tau bapak koma Bapak perlu perawatan dan operasi dan biayanya sangat besar aku gak tau harus berbuat apa aku hanya bisa menangis" ucap Luna pada batinnya.
"Malam ini aku menunggu Bapak Sendiri tampa ditemani siapapun, Aku belum diperbolehkan melihat langsung kedalam kondisi Bapak masih kritis aku hanya bisa berdoa aku menangis sendirian, Maafin Luna Pak, Luna gak bisa berbuat apa apa buat Bapak"
"Ya Allah cobaan apa ini seandainya ada ibu disampingku dia akan menguatkan aku, aku sendirian aku gak kuat Ya Allah sembuhkanlah Bapak "
Ucap Lirih Luna dia menangis sembari menyenderkan badannya pada tembok, udara yang dingin dan malam yang sunyi tak Ia rasakan, dia hanyan ingin Bapaknya sembuh dan cepat melalui masa kritisnga. Ia bingung memikirkan dari mana uang untuk pengobatan dan operasi bapaknya biayanya tidak sedikit dia tak punya uang sebanyak ini gaji Bapaknya pun selalu habis untuk biaya hidup tak ada uang tabungan, biayanya sangat besar bahkan untuk operasi bapak tak bisa di cover oleh pemerintah, ini membuat dia sangat sedih dia tak tau harus dapat uang sebanyak itu dari mana.
Rasanya baru sekejap Luna memejamkan matanya kepalanya sedikit pusing namun suara berisik terdengar membuatnya terbangun.
"Bibi kapan dateng ? jam berapa sekarang ? kenapa berisik ?" tanya Luna sembari menahan kepalanya yang sakit.
"Udah jam sembilan Neng, Bapakmu Katanya kritis Dokter lagi menanganinya"
Luna hanya bisa menangis mendengarnya, Bibi Luna memeluknya ikut menangis bersama seraya menenangkannya.
"Sabar yah Neng, Bapakmu pasti bisa melewati kritisnya"
Bibi mencoba menyemangati namun Luna hanya bisa terdiam dan menangia.
Tak lama Dokter keluar dari ruang ICu dan Bapak berhasil melewati masa kritisnya.
Luna segera melihat bapak ia memeluk dan menangis hanya menangis dan menangis yang bisa Ia lakukan.
"Bapak janji yaah jangan tinggalin Luna, Luna janji gak nakal Luna akan berusaha buat kesembuhan bapak, Bapak cepet sehat yah kita pulang kerumah Pak"
Luna memandangi bapak yang terbujur di atas ranjang Luna menangis tak henti hentinya.
"Kamu makan dulu Lun aku bawain Makanan buat kamu, kamu pasti belum makan kan"
suara lelaki yang tak asing terdengar dari belakangku.
"Aku gak laper Dam" menoleh ke belakang.
"Udah makan sini aku suapin, kamu harus kuat kamu harus tetap sehat supaya kamu bisa tetep menjaga Bapak"
Adam langsung menyodorkan makanan dia langsung menyuapi Luna dengan sedikit memaksa.
"Aku gak laper"
"Buka Mulutnya jangan bandel"
Sedikit demi sedikit makanan masuk kemulutnya memang sedari malam Ia belum makan, perutnya lapar tapi dia tak berselera untuk makan.
"Enak kan, ini aku yang buat loh spesial buat kamu"
"Makasih yah, Ternyata enak masakannya"
Adam menghibur Luna dan dengan kedatangannya Luna merasa sedikit Lega dia tak terlihat sedih lagi, Adam selalu menyemangatinya dia selalu tulus semua dia lakukan asalkan Luna bisa bahagia.
Malam pun datang Dokter memanggil Luna sendirian diruangan itu hanya ada Pak Dokter dan Luna.
"Luna, kamu sudah taukan kalau Bapakmu tadi kritis, syukurnya Bapakmu bisa melewati masa kritisnya"
"Iya terimakasih berkat bantuan Pak Dokkter Bapak bisa melewati masa kritisnya"
"Yang perlu kamu tahu bapakmu harus segera dioperasi dan kalau terlambat bisa berakibat fatal, apakamu tidak ingin melihat bapak kamu sembuh?"
"Seratus dua puluh lima juta duit dari mana pak Dokter saya tidak punya uang sebanyak itu, saya sangat menginginkan Bapak sembuh"
"Iya terus apa yang akan kamu lakukan?"
"Saya gak tau Pak kalaupun saya bisa menghasilkan uang itu apapun akan saya lakukan asal Bapak bisa sembuh"
"Kamu yakin mau melakukan apapun?" tanya Dokter Denise.
"Demi kesembuan Bapak aku akan melakukannya"
"Kalau kamu tidak keberatan sebenarnya saya bisa bantu kamu"
"Serius Pak, Bapak bisa bantu saya?" Lala girang mendengar ucapan Dokter Denise.
"Iyah serius, Operasi bapak kamu bisa dilakukan"
"Caranya bagaimana Dok?"
"Tentunya tidak gratis ada syaratnya"
"Syarat apa?"
"Kamu masih perawan ?"
Luna kaget mendengar pertanyaan sang Dokter Dia menatap tajam pada Luna dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Saya gak ngerti maksud bapak apa?"
"Iya kamu masih Virgin kan ?, kamu bisakan melakukan pekerjaan semacam itu?"
Luna menatap tajam pak dokter dan Ia berdiri dari kursinya.
"Maksud bapak apa? Omongan bapak Sudah ngelantur"
"Hussh huusssh sabar kamu gak usah marah begitu, pelankan suara kamu"
Dokter itupun berdiri dan berusaha menenangkan Luna.
"Gak usah keras-keras nanti ada yang denger, saya hanya berusaha membantu kamu"
"Membantu apanya yang membantu, maksud Bapak berbicara seperti itu apa?"
"Saya tidak ada maksud apa-apa sekali lagi saya kasian sama kamu saya ingin menolong kamu"
"Bapak bermaksud meniduri saya?
"Hahahahahahaa,,, kamu salah faham saya tidak ada niat meniduri kamu"
"Teruusss apa maksud omongan Bapak"
"Duduk dulu saya jelaskan gak enak kalau suaranya keras nanti terdengar sama orang lain"
"Gak, saya tidak mau, jelaskan saja sekarang"
"Hahaha kamu agresif juga yah"
"Diam disitu saja gak usah mendekat cepat jelaskan maksud Dokter apa?"
"Mmmm saya yakin kamu masih virgin, saya bisa membedakannya saya sudah berpengalaman, Saya kasian melihat kamu saya mau bantu kamu dapatkan uang untuk operasi bapak mu, hmmmmmm kamu harus ,,,,"
"Cepat jelaskan harus apa?"
"Saya ada kenalan dia orang yang sangat kaya dia bisa memberikanmu uang seberapapun yang kamu minta asalkan kamu mau memberikan Virginnya untuk dia"
"Apah, saya gak ngerti maksudnya apa"
"Kamu cukup tidur menemani dia"
Luna menghela nafas dia tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Dokter tersebut.
"Hanya semalam saja kamu temani dia maka Operasi bapakmu berjalan"
"Aku gak bakalan melakukan itu" sambil menunjuk Dokter keparat itu.
"Hahaha Bapakmu sekarat dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi"
"Dokter bilang bapak sudah melewati masa kritis kenapa bapak tidak bisa bertahan"
"Melewati masa kritis bukan berarti dia bisa bertahan dia tetap perlu melakukan operasi, jika tidak dia tidak akan kuat dan bisa saja bapakmu pergi"
"Lihat bapakmu sekarang dia tak berdaya, apa kamu tega sebagai anak melihat bapaknya sekarat, dia sekarat dan dia sedang menunggu kematiannya tetapi anaknya tidak melakukan apa-apa"
Kaget mendengar pernyataan Dokter itu Luna pun kaku tak tau harus berbuat apa ingin rasanya dia berlari namun kaki ini terasa kaku tak bisa dilangkahkan dia merasa dadanya sesak menahan tangisan.
"Aku beri waktu dua hari untuk kamu berfikir, lebih dari itu kesempatan ini akan aku batalkan"
Dokter itu pergi meninggalkannya kini dia sendiri dia menangis dengan nada kecil menahan agar tak terdengar orang lain. Sungguh semua ini terasa berat Luna ketakutan dia tak ingin kehilangan ayahnya tapi diapun tak ingin melakukan hal itu. dia benar benar bingung.
Semalaman dia tak tidur rasa kantuk lelah semua tak lagi Ia rasakan. Luna kembali menemani Bapaknya dan memandanginya sepanjang malam. air matanya menetes jatuh membasahi tubuh Bapak, matanya terpaku melihat tubuh Bapak terbujur kaku tak berdaya.
Sepanjang malam dia terjaga dan bergelut dengan pikirannya Ia bangkit dari kursinya dan pergi keluar langkahnya sangat berat mendatangi sang Dokter.
"Kalau tidak ada yang ingin kamu bicarakan sebaiknya tak usah kesini" Dokter Denise langsung berkata dengan sinis saat Luna masuk keruangannya tanpa melihatnya.
"Saya bersedia melakukannya"
Duduk dikursi mendekati dokter sang Dokter Denisepun tersenyum sinis kepada Luna.
"Pulanglah tidur dan beristirahat jadwal operasi Bapakmu malam ini akan saya jalankan"
Luna masih terdiam tanpa berkata apapun Dia diam duduk mematung tak bersemangata.
"Ini obat dan vitamin untukmu, pulanglah dan istirahat dengan cukup, pastikan kamu terlihat fresh nanti malam"
Dokter memberikan vitamin dan obat tidur pada Luna dengan harapan Luna bisa istirahat dan tidur pulas agar Luna fresh dan tidak kelelahan nanti malam, Lunapun bergegas pulang tanpa pikir lama dia meminum obat dari dokter dan langsung terkapar tertidur pulas.
Malam pun datang Luna bersiap - siap pergi menemui dokter tetapi saat keluar rumah dia melihat Adam didepan rumahnya Adam hendak mengunjungi Luna.
"Dari mana aja dirumah sakit kamu gak ada aku telponin gak di angkat, kamu baik - baik aja kan ?"
Luna hanya memberikan senyuman kecil pada Adam.
"Makan dulu ini aku bawain makan, kamu harus jaga kesehatan kamu"
"Gak usah aku udah makan, aku mau berangkat kerumah sakit"
"Ya udah aku anter"
"Aku naik ojek ajah aku udah pesen ojek"
Luna langsung meninggalkan Adam dengan sedikit terburu-buru, Adam merasa curiga pada Luna dia takut kalau Luna melakukan sesuatu yang bodoh, Adam mengikutinya tanpa diketahui Luna.
Sesampainya dirumah sakit dokter Denise sudah menunggu di depan mobilnya Luna langsung masuk dan mobil itu langsung melaju dengan cepat.
"Kok Luna malah pergi sama siapa ituh ?"
Adam mengikutinya dengan menaiki motor, Adam sangat berhati-hati dia tidak mau ketahuan. Diapun sangat khawatir karna takut akan terjadi hal yang tak di inginkan pada Luna.
Sepanjang perjalanan Luna tak berbicara sedikitpun dia hanya diam mengikuti laju mobil, dalam hatinya berkecamuk apakah dia harus melakukan ini apakah ini jalan yang terbaik dia masih bimbang namun rasa sayang pada Bapaknya membuat dia terpaksa mau melakukan itu.
Setelah lama mobil itu berhenti di sebuah Villa yang mewah mereka turun dari mobil dan masuk kedalam, penjaga disana sangat banyak Adam tak bisa memasukinya dia hanya memperhatikan tempat itu dari kejauhan.
"Aku tinggal dia disini, aku bawa sesuai pesanan mu" Dokter berbicara dengan seseorang yang tak Luna kenal.
"Lun masuk ke kamar disana sudah ada yang menunggu kamu didalam, Dia orang yang akan kamu temani malam ini, jangan sampai mengecewakan ingat nasib Bapakmu ada pada keputusanmu saat ini"
Dokter mengantarnya ke kamar dan langsung meninggalkannya.
Beberapa lama ada yang keluar dari dalam rumah namun hanya dokter Danise dia keluar sendirian tanpa luna dan segera pergi melajukan mobilnya.
"Loh kenapa dokter hanya sendirian Luna kemana kenapa dia tidak ikut keluar" guman Adam dalam hati merasa penasaran dan perasaannya mulai tidak enak.
"Pasti ada apa-apa sama Luna"
Adam semakin penasaran dan dia mulai mendekati kedalam villa tersebut dia harus berhati-hati agar tak mencurigakan para penjaga, sementara didalam villa Luna kebingungan dia hanya berdiam diri didalam kamar tersebut, kamar itu sangat luas barang-barangnya terlihat sangat mewah makanan mewah dan mahal tersedia disana semuanya sudah tersusun diatur sedemikian rupa namun yang membuatnya aneh dan terheran disana dia bingung karna diatas kasur ada seorang lelaki tertidur, Ya lelaki itu tertidur pulas diatas kasur yang mewah dan megah itu dia penasaran dan mencoba mendekatinya.
"Apakah Lelaki ini yang harus aku layani"
Guman Luna dalam hati, dia memperhatikan dengan seksama, lelaki itu sangat tampan parasnya sangat menawan badannya terlihat sangat kekar dia tertidur hanya menggunakan celana tanpa baju sehingga Luna bisa melihat Badannya yang begitu atletis dia terpanah akan ketampanan Lelaki tersebut.
"Semoga Laki-Laki ini tertidur selamanya tak usah bangun aku berharap hanya menemaninya tidur seperti ini" doa Luna dalam Hati.
Namun rasa penasarannya yang tinggi membawa dia lebih dekat dengan lelaki itu tubuhnya dengan perlahan mulai mendekati lelaki itu sampai tak sadar wajahnya sangat dekat hanya berjarak satu cm dengan wajah lelaki itu, cukup lama Ia menatapnya memastikan kalau lelaki yang ada di atas kasur itu adalah manusia, sampai beberapa lama Luna terkaget mata lelaki itu terbuka, lelaki itu membuka matanya dan melontarkan senyum mautnya pada Luna.
"Selamat datang Baby"
******
Penasaran Lanjut Bab 2 yuukkk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Herina Zahira
itu lala apa luna si thor namanya bingung ampe bacanya bentar lala bentar luna
2021-07-24
0
Herina Zahira
itu lala apa luna si thor namanya bingung ampe bacanya bentar lala bentar luna
2021-07-24
0
Ellsye
woww
baru mampir blm sempat baca
tapi sdh buat saya suka
sblm tau isix pasti seru
ini pertama kali nya saya dpt novel yg satu eps panjng bngt
2021-07-12
0