Petualangan Mencari Jeruk Polkam

"Bagaimana ini, sudah semua mall dan pasar yang ada di Jakarta kita kelilingi. Tapi si bulat kuning itu ga ketemu juga"

Yudha menyelonjorkan kursi mobilnya. Meregangkan pinggang nya yang pegal berkeliling seharian. Dicky yang duduk disebelahnya asik menikmati segarnya AC mobil. Dia juga seharian keliling pasar-pasar tradisional demi kakak iparnya yang sedang ngidam.

"Cari kemana lagi, Kak"

"Entah lah, Kak Yudha juga kehabisan ide"

"Apa ga bisa di ganti dengan yang lain, Kak?"

"Nah, kalo bisa mah Kak Yudha ga pusing, dek. Risa kalo ngidam mah harus"

"Hehehe..."

Yudha mengambil ponselnya.

Tuuuut.... Tuuuuttt...

"Dimana posisi mu, Ken?"

"Saya sedang pusat kota, Pak. Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Benar sekali. Pertanyaan bagus, Ken. Aku mau kau cari jeruk polkam. Aku tahu nya kau dapatkan barang itu. Entah bagaimana caranya. Mau kau terbang ke China langsung kek, terserah. Aku tunggu dirumah"

"Baik, Pak!"

******

"Kamu yang bawa mobilnya, Dek"

Yudha turun dari pintu kemudi berpindah ke kursi di sebelah nya. Dicky menuruti perintah kakak sulung nya.

"Kita kemana, Kak?"

"Kayak nya lebih baik kita tunggu dirumah, sudah mau magrib, Dek"

"Iya, Kak"

Dicky mengambil alih kemudi mobil. Dia melarikan mobilnya ke arah rumah kakak nya. Sesampainya disana Risa yang sudah menunggu sejak tadi langsung menghampiri mereka.

"Dapet, Kak?"

"Maaf ya sayang, aku dan Dicky sudah keliling seluruh Jakarta. Tapi belum ketemu. Aku sudah suruh Ken mencarinya. Sabar ya", bujuk Yudha sambil mengusap lembut kepala istrinya.

Risa agak kecewa. Tapi ya sudahlah. Bersabar sedikit menunggu hasil pencarian Ken.

Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Sampai sudah pukul sebelas malam tak juga ada laporan dari, Ken. Ris mulai gelisah. Dia bolak balik turun kebawah. Mencari air segar di dapur.

"Kak Risa, belum tidur", tegur Dicky yang jiga bermaksud kedapur untuk minum.

"Belum ngantuk"

Dicky mengambilkan kakak iparnya segelas air. Risa meminumnya sampai habis. Helaan napas nya membuat wajah nya terlihat lesu.

"Kenapa, Kak? Masih ga enak badan?"

"Aku nunggu jeruknya. Lama sekali. Ken ko ga datang-datang"

"Ya, ampun. Kak Risa masih nunggu jeruknya ya. Lebih baik ga usah di tunggu. Kakak tidur saja. Nanti kalo, Ken datang, Dicky panggil Kak Risa"

"Bener, ya"

Dicky mengangguk dan tersenyum pada Risa. Dalam hatinya dia sedikit gundah, apa iya Ken bisa menemukan kan. Ini sudah larut malam. Dicky mengantar Risa sampai ujung tangga di lantai dua. Lalu dia kembalu kekamarnya untuk tidur.

******

"Kenapa, Del?"

Yulia yang tadi sempat melihat Risa menangis di bujuk Yudha di kamar, menanyakan perihal itu pada Adel yang baru turun dari lantai dua

"Kak Risa, ngidam jeruk Polkam, Ma. Kayak na belum dapet deh. Dia nangis tuh"

"Walah... Kenapa Yudha ga nyari sih. Kasian loh istrinya lagi ngidam begitu"

"Sudah, Ma. Kemaren Dicky dan Kak Yudha sudah keliling ke semua tempat di Jakarta ini. Tapi hasilnya nihil", sambung Dicky dari belakang.

"Hamil anak kedua ini, Risa sensitif banget ya. Lebih melow. Beda dengan anak pertama dulu"

"Barangkali anaknya perempuan kali, Ma", kata Adel sambil menghabiskan kue nya.

"Aamiin... Semoga aja. Jadi cucu mama pas sepasang"

Tak lama Yudha dan Risa juga turun dari lantai atas. Risa duduk disebelah Adel. Adel mengusap-usap punggung kakak ipar nya.

"Sabar ya, Kak"

Yudha membawakannya segelas jus jeruk. Risa menghabiskan nya sampai tak bersisa. Menangis tadi membuatnya merasa haus.

"Dhika kemana?, tanya Risa

"Lagi main diluar sama Papa, Kak?", jawab Adel.

Tak lama anak kecil yang ditanyakan itu muncul sambil berlari-lari, diikuti oleh Juan dari belakang. Napasnya ngos-ngosan mengikuti langkah lincah sang cucu. Adel bangkit dari duduk nya. Mengbilkan Papa nya segelas air.

"Papa, nyerah deh. Luar biasa tenaga nya seperti ga ada habisnya"

Adel tertawa melihat Papanya yang "KO" mengikuti Dhika. Adel duduk dibelakang Juan lalu memijat pundaknya.

"Selamat pagi, Pak", sapa Ken yang muncul dari ruang depan pada Yudha.

"Bagaimana, Ken?"

"Ini yang anda minta"

Ken menyerahkan satu keresek penuh jeruk polkam. Yudha tersenyum puas terhadap kerja Ken.

"Terima kasih, Ken. Tapi kau tak terbang ke China mencarinya kan?!"

"Nyaris saja saya melakukan itu, Pak"

"Baiklah. Terima kasih"

"Saya permisi, Pak"

Risa bukan main senang nya menerima sekantung penuh jeruk polkam yang diidamkannya. Diambilnya sebuah. Dielus-elus nya. Lalu dicium bau segar jeruk polkam tadi. Buru-buru dia kupas dan dimakannya satu ruas.

"Aahh... Segar sekali. Sudah aku sudah kenyang. Aku tak mau lagi"

Risa berjalan ke arah dapur, membuma kulkas dan mengambil jus dari dalamnya. Semua orang yang ada disitu saling pandang. Mau diapakan jeruk sebanyak ini?!

******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!