Awal dari Kisah

Sepulang sekolah, Hafidz terlihat sedang menunggu Hanun di depan gerbang sekolah. Begitu melihat Hafidz di depan seorang diri, Sarah langsung berlari-lari kecil dan datang menghampirinya.

“Elo mau ke mana? Ko, tadi ninggalin gue gitu aja di kelas?”

“Mau kencan."

“Sama siapa? Emangnya lo udah punya pacar?”

“Masih calon belum resmi.”

"Kenalin dong sama gue calon pacarnya, masa temen sendiri nggak kenal.”

“Nanti gue kenalin. Pokoknya anaknya cantik, nggak dekil kaya lo!"

“Kampret lo!” seru Sarah yang langsung merangkul leher Hafidz dengan kasar dan mengacak-ngacak rambutnya.

Begitu melihat Hafidz dengan Sarah sedang bercanda bersama dan saling merangkul ketika Hanun datang untuk menghampirinya, ia sempat menghentikan langkahnya. Namun, setelah itu Sarah pergi sambil melambaikan tangannya kepada Hafidz.

Setelah Sarah pergi, Hanun langsung menghampiri Hafidz dengan langkah perlahan.

“Hai, cewe!” sapa Hafidz saat melihat Hanun berjalan mengarah padanya.

“Tadi itu pacar kamu?” tanya Hanun hati-hati.

“Pacar? Yang mana?” tanya Hafidz bingung.

“Tadi, aku lihat kamu lagi bercanda-canda gitu sama perempuan.”

Hafidz terlihat sedang berfikir. Namun, tiba-tiba saja ia tertawa begitu ia tersadar akan sesuatu.

“Oh, yang tadi itu Sarah,” katanya setelah mengingat pertemuannya tadi dengan Sarah.

“Sarah?” ulang Hanun bingung.

“Iya, Sarah itu sahabat gue dari kecil. Udah kaya lem sama prangko gue sama dia. Ke mana-mana selalu bareng, dari Sd sampai Sma satu sekolah terus."

“Oh, gitu.”

“Kapan-kapan gue kenalin deh sama Sarah."

“Ya udah, mau pergi kapan?”

“Nanti, pas lebaran haji,” candanya kembali.

“Ih, bercanda terus deh kamu, Fidz,” katanya terlihat kesal.

“Ya udah cepetan naik. Ini helmmya."

Hanun menerima pemberian helm dari Hafidz. Setelah memakai helmnya, ia langsung naik ke atas motor Vespa milik Hafidz.

Selama di dalam perjalanan, mereka terlarut dalam obrolan mereka. Bahkan, kali ini Hafidz kembali memberikan sebuah teka-teki unik kepada Hanun.

“Orang apa yang kalau nonton bioskop duduknya membelakangi layar?”

“Nggak tahu. Emangnya apa?” tanya Hanun balik.

“Orang yang kurang kerjaan,” jawab Hafidz kembali tertawa hingga membuat Hanun ikut tertawa bersamanya. “Apa bedanya kepala sama kelapa?”

“Apa?”

“Kalau kepala dicukur sampai botak, kalau kelapa dicukur jadi batok.”

Hanun kembali tertawa lebar. Bahkan, kali ini Hafidz sampai mengendarai motor Vespanya dengan berkelok-kelok karena tertawa geli mendengar tebakannya sendiri yang garing, nyeleneh tapi konyol.

“Hafidz, yang bener dong bawa motornya!” seru Hanun sambil memukul pundak Hafidz yang masih ada sisa-sisa tawanya di dalam ucapannya.

“Berat kalau bawa motor, Nun. Lebih ringan dikendarain.”

“Sama aja.”

“Beda, dong!” timpalnya tidak mau kalah “emangnya lo mau gue bonceng tapi duduknya di kepala gue?”

“Ya nggaklah, oon banget sih itu namanya.”

“Yang ngajarin oon siapa?”

“Siapa?"

“Elo.”

“Ko, aku?”

“Soalnya cuma elo yang bisa buat gue oon,” katanya yang kembali membuat keduanya tertawa.

Hanun dan Hafidz langsung turun dari motor begitu mereka sampai di tempat tujuan. Mereka berhenti tepat di sebuah tempat yang penuh dengan bebatuan.

“Ini nama tempatnya Stone Garden. Elo pernah ke sini?” tanya Hafidz dengan memicingkan matanya karena teriknya matahari sudah menyilaukan matanya.

“Aku jarang main. Paling kalau main ya ke Mall kalau gak ke bioskop gitu.”

“Anak Mall banget. Kali-kali, main dong ke tempat wisata alam kaya gini.”

“Kan, ini udah perdana sama kamu,” jawab Hanun yang membuat Hafidz tersenyum kecil begitu mendengarnya.

Hafidz langsung mengeluarkan sebuah topi dari dalam tasnya. Ia langsung memakaikannya ke arah kepala Hanun hingga membuat Hanun menatapnya bingung.

Setelah membayar dua tiket di loket, Hafidz dan Hanun langsung berjalan masuk ke dalam.

“Bagus tempatnya,” tutur Hanun saat melihat pemandangan disekitarnya.

“Nanti gue ajak lo ke tempat-tempat kaya gini.”

“Janji?” tanyanya sambil menatap wajah Hafidz.

“Janji,” jawab Hafidz yang membalas tatapan mata Hanun.

Sementara Hafidz dan Hanun sedang berjalan-jalan bersama di Stone Garden. Sarah tampak sedang menghabiskan siang harinya di Balai kota Bandung. Sepulang sekolah, ia tak langsung pulang ke rumahnya. Namun, ia lebih memilih untuk duduk-duduk di tempat teduh seperti Balai kota.

Begitu melirik ke arah kanan, Sarah mendapati Rama sedang bersama teman-teman basketnya. Mereka terlihat sedang berbincang-bincang dan menghabiskan waktu mereka untuk menggoda anak-anak Sma lainnya yang berada di Balai kota.

Begitu mata Sarah dan Rama saling bertemu, mereka langsung mengalihkan pandangan mata mereka secara bersamaan.

Sarah langsung beranjak dari tempatnya. Namun, Rama langsung berlari menghampirinya dan memanggil namannya.

“Rah, tunggu,” katanya yang membuat langkah Sarah terhenti.

“Mau apa lagi?”

“Pipi lo nggak apa-apa?"

“Ngapain lo nanyain soal pipi gue?”

“Tadi, gue denger katanya lo di tampar sama Revika. Elo baik-baik aja?”

“Nggak usah peduliin gue, Ram.”

“Gue emangnya gak boleh peduli lagi sama lo, Rah?” tanya Rama kembali hingga membuat Sarah langsung mengalihkan pandangan matanya.

“Kepeduliaan lo sama gue akan terbuang sia-sia, Ram. Gue gak butuh kepeduliaan lo. Yang gue butuh cuma hutang penjelasan dari lo.”

Sarah kemudian pergi meninggalkan Rama yang masih berdiri mematung memperhatikan kepergiannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!