****
Inilah kehidupan, kadang ada hal yang tidak kita inginkan terjadi. Ada yang menentang suatu kejadian dan berusaha merubahnya namun ada juga yang hanya mengikuti alurnya lurus.
Kemaren sore setelah pulang sekolah Mami langsung mengajak Nayla kerumah Kakek. Menurut Kakek lebih baik Nayla menginap dulu semalam dirumahnya sebelum menikah. Ternyata benar yang dipikirkan Reynand sebelum ini, yang lebih antusias disini adalah Kakek bukan kedua orang yang akan dinikahkan.
Nayla duduk terdiam didepan cermin. Menatap wajah sendunya yang datar. Tak tampak raut kebahagiaan disana. Kebaya putih yang dipilihkan Mami kini melekat ditubuhnya yang ramping. Ia tidak menyangka hari ini datang juga. Ia akan segera menikah. Entahlah dia bingung sendiri, Ia hanya bisa pasrah mengikuti jalan hidupnya saat ini. Sedikit pun Ia tidak menangis saat ini, mungkin karena hari-hari sebelumnya Ia sudah menguras habis air matanya.
Mami masuk kedalam kamar, Ia tersenyum memperhatikan Putrinya dari belakang. Setelah beberapa saat Mami berjalan mendekat kearah Nayla.
Nayla yang tau kedatangan Mami dari pantulan cermin, hanya diam tidak begeming.
“Nay, yuk keluar sayang. Reynand sudah nunggu kamu. Kita akan segera melakukan ijab Kabul.” Mami berusaha berbicara selembut mungkin kepada Nayla.
Nayla berdiri dari duduknya, kemudian berjalan tanpa ekspresi dengan digandeng oleh Mami. Tidak ada yang begitu Ia berdulikan saat itu. Dirinya hanya berharap semua ini segera selesai. Kain yang lumayan sempit membuat Ia agak kesulitan untuk melangkah.
Sementara itu Reynand yang sedari menunggu dengan malas tengah duduk diruang tengah rumah Kakeknya. Sedari tadi Ia hanya menunduk dengan memainkan game diponsel miliknya. Sebenarnya Ia agak ngantuk saat itu. kegiatan syuting yang begitu padat mengharuskan Ia untuk datang kerumah sang Kakek disubuh hari.
Kakek menghampiri Reynand selepas Ia menyelesaikan panggilan telponnya dengan seseorang.
“Rey, penghulunya sudah mau sampai. Ayo cepat duduk ketempat akad nikah.”
Reynand menghentikan kegiatannya bermain game, kemudian segera menuruti sang Kakek untuk duduk ketempat akad yang telah disiapkan. Ia agak terkejut saat melihat Nayla yang rupanya sudah duduk disana. Tanpa menyapa Ia langsung duduk disebelah calon istrinya itu.
****
Semua gembira dan bersyukur setelah kata sah terucap. Tetapi tidak dengan Nayla dan Reynand. Mereka berdua terdiam, tidak tau apa yang harus dilakukan. Terlebih lagi Nayla Ia merasa kikuk dan canggung dengan statusnya saat ini.
“Duh Mama nggak nyangka akhirnya kamu nikah. Perasaan Mama baru kemarin mama gantiin popok kamu, Rey. Waktu memang cepat berlalu ya.” Mama, Ibunda Reynand yang rupanya duduk disebelah sang suami dibelakang Reynand Ia berbisik dan menyentuh pundak Putranya itu. "Gimana gak sabar kan, buat ijab kabul sama Nayla?"
“Apaan sih Ma.” Reynand merasa risih dengan perkataan Mama.
“Malam pertamanya nggak usah buru-buru ya sayang.” Kembali mencoba membual, ingin mengakrabkan diri dengan sang anak.
“Ma.” Reynand menekan perkataannya. Kemudian melirik Nayla sebentar takut gadis itu mendengar perkataan yang menurutnya tidak penting dari Mama.
Tak berapa lama pernikahan pun berlangsung. Surat dan buku nikah pun ditandatangani. Tak lupa juga berpoto untuk meninggalkan jejak digital. Tak ada acara serius setelah itu. Hanya akad nikah. Tidak sampai lama.
“Mis nggak nyangka ya, akhirnya kita besanan.” Mama Reynand yang sedang bersama Mami mempersiapkan makanan didapur terlihat begitu senang. Terlihat beberapa asisten rumah tangga juga begitu sibuk disana.
“Iya, tapi gimana ya Del. Aku kepikiran sama Nayla, kayaknya dia masih belum bisa nerima pernikahan ini.” Mami Miska menghela nafas berat.
“Ah sudah itu urusan belakang. Nanti lama-lama mereka juga saling suka.” Mama tersenyum dengan ucapannya.
Sementara itu Mami menghela nafas panjang, dalam hatinya semoga apa yang dikatakan oleh Mamanya Reynand benar. Ia berharap nantinya Nayla dapat menerima semua ini.
****
Semuanya duduk dimeja makan, sudah mengganti pakaian dengan baju sehari-hari untuk dirumah. Nayla berusaha menelan makanan yang Ia masukan kemulutnya. Rasanya nafsunya benar-benar tidak ada, padahal sudah sejak tadi Ia tidak makan. Terlihat Mami sedari tadi melirik Nayla, memperhatikan makanan dipiring anak gadisnya itu yang belum juga berkurang.
“Nayla barang-barang kamu sudah dibawa kesini semua kan?” Kakek bertanya disela-sela aktivitas makan.
Nayla mengangkat kepalanya menggeleng pelan.
Merasa tidak enak karena Nayla tidak menjawab mami Miska lalu berdehem pelan. “Em belum, nanti sore biar Mami yang bawakan.” Mami mencoba menjawab, tentu saja Nayla belum membawa semua barang-barangnya. Untuk datang kerumah ini saja Mami harus susah payah membujuknya berkali-kali.
“Bagaimana, apa kalian akan langsung pergi bulan madu setelah ini?"
“Ah iya bulan madu, Mama tau loh tempat yang bagus.” Mama begitu semangat menyahuti perkataan Kakek barusan.
“Kek, Ma, jangan mulai deh.” Reynand menggeram kesal. Ya ampun mulai lagi deh orang tua mereka.
“Em, Nayla sepertinya belum bisa pergi kemana-mana sekarang. Soalnya sebentar lagi dia ujian.” Mami mencoba menjelaskan sambil melirik Nayla yang sudah semakin tertunduk malu dan merasa geli mendengar perkataan dari Kakek dan Mama.
Bulan madu yang benar saja. Memikirkan untuk tidur seranjang saja Nayla tidak sanggup.
“Oh Iya, kapan Nayla akan ujian?” Kakek bertanya lagi.
Mami yang menjawab sedari tadi tidak bisa memberitahukan apa-apa. Rupanya Ia juga tidak tahu kapan jadwal ujian kelulusan putrinya itu.
“Nay, kapan kamu mulai ujian?” Mami begitu hati-hati menanyai Nayla, sangat paham apa yang sedang dirasakan Putrinya saat itu.
Tidak ada jawaban.
“Sayang, Nayla nggak apa-apa kan. Apa kamu sakit?” Mama mencoba menunjukkan perhatiannya.
Nayla menggelengkan kepalanya pelan. Dirinya benar-benar sedang tidak mood saat ini.
“Mi Nayla ke kamar ya, kepala Nayla pusing.” Mencoba mencari alasan kemudian berdiri dari duduknya.
“Nay.” Mami menoleh kebelakang mencoba untuk menghentikan.
“Reynand kamu susul istri kamu, tanya dia kenapa.” Perintah Kakek.
Reynand tidak menjawab. Dalam pikirnya, apa Kakek tidak mengerti sebenarnya ada apa dengan gadis itu. Dia itu tidak menerima perjodohan ini dan sekarang Kakek malah memaksa untuk menemuinya, bisa-bisa gadis itu kabur kalau Ia dekati tiba-tiba. Begitulah yang dipikir oleh Reynand saat ini. Garpu dan sendok masih Ia pegang ditangannya, belum ada pergerakan untuk menyusul Nayla sedikit pun.
“Reynand!” Kakek mulai meninggikan suara matanya melotot karena Reynand belum juga berdiri mengejar Nayla. "Susul istri kamu!"
Semuanya kaget dan terdiam tak ada yang berani menjawab Kakek, bahkan Mama Reynand sekali pun. Ia begitu paham sikap sang ayah yang begitu keras, jangan pernah menjawab saat Ia sedang emosi itu yang selalu diingat oleh Mama.
Mama menyentuh lengan Reynand pelan. "Turuti perkataan kakek kamu."
Reynand pun segera berdiri. Terasa denyutan kesal didadanya. Dengan terpaksa Ia akhirnya menuruti perintah sang Kakek untuk menyusul Nayla kedalam kamar.
Kakek memperhatikan susana yang seketika hening itu. “Kenapa kalian tegang? Ayo lanjut makan. Tadi saya cuma menggertak Reynand. Kalau tidak seperti itu, kapan Ia bisa mulai mendekati istrinya.” Kakek mengakhiri ucapannya dengan tawa.
Semua yang ada dimeja makan yang tadinya terlihat sangat kaku dan tegang akhirnya terlihat lega, mereka tidak menyangka bahwa Kakek hanya bercanda.
•
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Zhiernaa Azhierr
neextt
2021-10-13
0
DE'RA'S
smpe d sni bgus ,,kata"x rapi
2021-10-10
0
Ayunita Rahman
ini komen pertama
aku pun tegang krn kakek marah marah
2021-09-24
1