****
Pagi itu dirumah keluarga besar Soeseno Prasaja, rumah mewah klasik bergaya Eropa. Tampak kesibukan dirumah yang dimiliki oleh seorang pengusaha kaya tersebut. Rumah itu terlihat begitu luas, besar dan megah. Tampak beberapa asisten rumah tangga yang tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing.
Soeseno, kala itu Ia sedang duduk sendirian diruang makan rumahnya. Terlihat dua orang aisisten tengah melayaninya menuangkan air dan menyendokkan makanan.
Tak berapa lama terdengar suara derap sepatu mendekat kearahnya. Soeseno menoleh kearah suara tersebut. Cucunya sudah datang.
Reynand menghampiri sang Kakek dan memeluknya. "Kek...."
“Lama sekali kamu datang.” Melepaskan pelukannya kemudian duduk kembali.
“Maaf kek, soalnya tadi aku agak sibuk.” Duduk berhadapan dengan sang Kakek. Kemudian ikut makan bersama.
“Hari ini kamu harus ikut Kakek buat melamar.” Berujar disela-sela kegiatan makan mereka
Reynand menghentikan aktivitasnya, Ia segera meletakkan garpunya kembali ke atas piring. Mengusap mulutnya dengan tissue dan diam sejenak berpikir. Menandakan dirinya tidak baik-baik saja mendengar ucapan kakek barusan.
Kemudian terdengar helaan nafas berat dari anak muda itu. “Kek, aku kan udah bilang, aku belum mau nikah. Aku ini masih muda kek, masih banyak hal harus aku lakuin dari pada hanya memikirkan tentang pernikahan."
Lalu suara berat kakek menimpali. “Kamu enak, usia kamu masih muda. Terus bagaimana dengan kakek? kamu tau, Kakek ini sudah tua, kakek nggak tau sampai kapan usia kakek akan bertahan. Kamu tahu bukan, sebenarnya apa alasan kakek menjodohkan kamu dengan dia."
Reynand mendengus kesal. Mendengar apa sebenarnya alasan kakek untuk menjodohkannya, sebenarnya Reynand merasa tidak enak untuk menolak. Namun, ia merasa tidak bisa menerima perjodohan dari ini. Reynand terlihat bingung harus bagaimana lagi menjelaskannya agar sang Kakek mengerti kalau dirinya benar-benar menolak dan tidak mau.
“Ini adalah janji Kakek dengan sahabat Kakek dulu. Kami ingin menikahkan anak-anak kami jika kami punya anak. Karena kami sama-sama memiliki anak perempuan janji tersebut tidak bisa kami tepati. Sekarang apa salahnya kamu menikah dengan cucu teman Kakek.”
Reynand masih bungkam, ia mengepal kedua tangannya. Nafasnya naik turun menahan kesal. Ia merasa sang Kakek terlalu memaksakan kehendak tanpa memikirkan perasaannya sedikit pun.
Mengambil air dari gelas lalu meminumnya cepat. “Sudah Kek aku mau pergi, hari ini lagi ada banyak kerjaan.” Reynand berdiri hendak pergi, ia merasa malas meladeni permintaan dari Kakeknya. Terburu-buru ia mendatangi sang kakek namun, Ia malah mendengar permintaan perjodohan secepatnya. Hal yang sama sekali tidak ingin dia dengar dan tidak ia inginkan.
“Reynand!!!!." Kakek berteriak kencang karena kepergian cucunya. Mendadak suaranya serak. Seorang asisiten rumah tangga bernama Mbok Yana bergegas mengambilkan air untuknya.
Reynand tidak menggubris, Ia tetap melangkah. Managernya sudah menunggu didalam mobil. Mengisyaratkan Reynand agar segera bergegas.
****
Saat itu dilokasi syuting, semua terlihat sibuk. Seorang make up artis saat itu tengah memoles wajah Reynand. Dari pantulan cermin terlihat Reynand masih menekuk wajahnya, rupanya perkataan sang Kakek tadi pagi masih terus menganggu dan terngiang ditelinganya.
Menikah? Hah, Kakek ada-ada aja. Gue bahkan sampai saat ini belum kepikiran sampai kesana.
Lagi-lagi Reynand mendengkus kesal.
“Oke scene berikutnya.” Seorang Asisten sutradara menepukan tangannya sekali.
Reynand berdiri dari duduknya hendak beradu akting dengan lawan mainnya. Para pemain sudah siap ditempatnya masing-masing. Tinggal menunggu arahan dari sang sutradara. Semuanya sudah bersiap tingggal menunggu arahan dari sang sutradara.
“Camera roll…. ACTION!!”
Kedua pemain sudah mulai memainkan perannya masing-masing dengan begitu professional.
“Sayang terimakasih untuk semuanya. Aku mencintaimu.” Mata sang wanita berbinar-binar menatap kekasihnya.
“Sama-sama sayang aku juga sangat mencintaimu.” Mencium kepala sang wanita. Dan berpelukan.
“Oke Cut!!”
Semua bertepuk tangan merasa puas akan akting kedua pemeran utama.
Selesai melakukan adegan tersebut Reynand kembali untuk duduk dan menuju ketempatnya. Terlihat dua orang stylish merapikan tampilannya. Dari jauh seorang wanita yang merupakan pasangannya difilm yang sedang dibintanginya itu memandang kearahnya, berusaha tersenyuman menggoda, mencoba berusaha untuk menarik perhatian dirinya. Reynand tidak menggubris, entah mengapa Ia malah menganggap wanita tersebut terlihat menggelikan.
Beberapa saat kemudian, ia adalah Dion, lebih tepatnya manager Reynand. Ia mendekat terburu-buru dan terlihat cemas.
“Rey, ada telpon. Ini soal kakek lo.” Dion menyodorkan ponsel milik Reynand.
Deg! Reynand merasakan jantungnya berdegun.
****
Reynand bergegas berlari mencari ruangan disebuah rumah sakit tersebut, terlihat Ia kebingungan celingak-celinguk. Nafasnya ngos-ngosan. Ia menggaruk kepalanya cemas.
“Rey ini dia ruangnya.” Dion yang berjarak tidak terlalu jauh dari Reynand menunjuk ruangan yang ada didepannya. Ia juga terlihat ngos-ngosan.
Reynand pun bergegas, Ia berlari langsung membuka pintu dan masuk kedalam ruangan tersebut. Ia mendadak menghentikan langkahnya saat masuk kedalam ruangan. Tubuhnya tiba-tiba lemas. Ia merasa tidak sanggup untuk melangkahkan kakinya.
Reynand berjalan lunglai menghampiri sang kakek yang tengah terbaring dengan selang infus ditangannya. Ia terus menatap dengan perasaan yang bersalah. Teringat kejadian tadi pagi kala ia mengabaikan sang Kakek yang tengah berbicara kepadanya. Reynand mendongakkan kepalanya rasanya ia ingin menangis saat itu.
“Reynand.” Sang Kakek yang sedang terbaring lemah rupanya tiba-tiba tersadar.
“Kakek!” menghampiri dan langsung menggenggam tangan sang Kakek dengan kedua tangannya.
Sang kakek tersenyum kearahnya. Mukanya terlihat pucat dan matanya sayu.
Reynand mencium tangan kakeknya berkali-kali lega sekaligus masih terselip rasa bersalah.
“Reynand minta maaf, tadi sudah kurang ajar sama kakek.” Tiba-tiba air matanya mengalir.
“Nggak apa-apa. Kamu nggak salah. Seharusnya kakek tidak memaksa kamu.” Berusaha berbicara ditengah tubuhnya yang begitu lemah.
Reynand menundukkan kepalanya dalam, entah mengapa Ia malah semakin bersalah mendengar perkataan kakeknya itu.
“Kakek hanya ingin kamu menikah dengan cucu dari sahabat karib kakek dahulu. Dulu kami sepakat untuk menjodohkan anak kami. Namun tidak bisa ,di karenakan yang lahir sama-sama perempuan.” Kakek kembali menoleh kearah Reynand tersenyum.
“Dulu kami selalu bersama dalam senang mau pun duka. Dia akan membantu kakek dikala susah begitu pun sebaliknya. Hingga akhirnya kami sama-sama menjadi orang yang berhasil.” Mata kakek nanar menerawang saat mengingat masa lalunya.
“Sejujurnya kakek masih berharap kamu akan menerima perjodohan ini. Kakek hanya ingin hubungan Kakek dengan sahabat karib Kakek dahulu tidak terputus, oleh karena itulah Kakek berniat menjodohkan kamu dengan cucunya. Walaupun kini sahabat Kakek tersebut telah tiada.” Terlihat matanya sedih mengenang sang sahabat.
Reynand terdiam beberapa saat, sampai akhirnya ia mendongak. “Baiklah kalau itu yang Kakek mau, aku akan terima perjodohan ini.” Akhirnya walaupun terpaksa, Reynand menundukkan kepalanya kembali. Sekarang ia telah menyutujui perjodohan yang diminta sang Kakek, walau hanya untuk menyenangkan hati Kakeknya untuk saat ini. Setidaknya hal ini membuat rasa bersalahnya terhadap sang Kakek sedikit menghilang.
Dia akan menikah dengan orang yang sama sekali tidak ia cintai.
*
*
*
*
Hai ini novel kedua aku. semoga suka😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
Sepetinya ini bru pertama kali aku membacanya.
2024-11-09
0
Geananda Sbrynaa012
aku udah baca dari 3 thn lalu
tapi udah aku ulang baca berkali2
2024-04-02
1
Geananda Sbrynaa012
suka banget
2024-04-02
1