****
Disebuah sekolah favorit yang ada dikota tersebut, terlihat aktivitas sekolah telah selesai sore hari itu. Semua murid-murid satu persatu keluar dari lingkungan sekolah melewati pintu pagar. Suasana sangat ramai, berisik dan berdesakan. Beberapa kali terdengar suara deru motor dan tingkah anak-anak SMA yang saling menjahili satu sama lain.
Kala itu suasana sudah sepi, semua anak hampir keseluruhan sudah meninggalkan lingkungan sekolah. Teman-teman Nayla pun sudah terlebih dahulu pulang. Tinggal Nayla seorang duduk sendirian dihalte bus sekolah. Ia tenggelam dalam lamunan, mendekap buku pelajarannya. Perkataan Ibunyanya terus terngiang-ngiang ditelinga. Membuat Ia merasa malas untuk kembali kerumah.
“Nay, nanti malam ada yang mau datang kerumah. Kamu siap-siap ya. Dandan yang cantik. Ingat kamu harus bersikap baik didepan tamu kita nanti. Sebelumnya Mami udah kasih tau kan, ada yang mau melamar kamu.”
“Mami ada-ada aja deh. Masak aku udah mau dinikahin.” Mendengus dengan kesal, suasana hatinya benar-benar suram.
Tak berapa lama seorang cowok ganteng yang mengendarai motor berhenti tepat didepan Nayla. Cowok tersebut merupakan teman sekelas Nayla. Mereka sering bersama, setiap hari Ia akan menwarkan tumpangan untuk Nayla baik saat pergi ataupun pulang sekolah.
“Nay….”
Nayla mendongak, suara tersebut mengehentikan lamunannya. Ia baru menyadari kalau yang berhenti dehadapannya itu adalah teman sekelasnya.
“Riko.” Berujar malas dengan raut wajah yang masih suram.
“Yuk naik.” Tersenyum sambil menepuk-nepuk jok motor belakang.
Nayla pun segera beranjak dari duduknya. Kemudian menghampiri Riko dan duduk menyamping di motor tersebut.
“Pegangan yang kuat nanti jatuh.”
“Em” menjawab dengan malas.
Tak berapa lama motor pun melaju. Hembusan angin sore terasa sangat dingin, menembus seragam tipis Nayla.
“Kamu kenapa?” Riko mencoba menunjukkan rasa perhatiannya disela deru motor yang sedang melaju.
“Nggak ada apa-apa.” Menjawab walaupun sebenarnya malas.
“Tapi kok mukanya ditekuk gitu.”
Pertanyaan tersebut rupanya malah membuat Nayla semakin malas untuk menjawab.
“Ya udah kalau kamu nggak mau jawab.” Riko pun mencoba untuk mengerti.
Motor terus melaju, namun tidak teralu kencang. Melintasi jalanan ramai di perkotaan. Angin kencang terus menerpa, membuat rambut panjang Nayla yang terurai melayang-layang diudara.
Tidak berapa lama akhirnya mereka pun sampai. Motor berhenti tepat didepan rumah Nayla. Nayla pun segera turun dari motor. Kemudian hendak berlalu masuk kedalam rumah. Mengabaikan Riko yang menatap penuh harap pada dirinya.
“Nay….”
Nayla menoleh.
“Hm….”
“Besok gue jemput.” Tersenyum menatap dalam.
Nayla hanya menjawab dengan anggukan. Kemudian segera berlalu meninggalkan Riko.
Riko memandangi Nayla, Ia merasa ada sesuatu dengan gadis pujaannya itu. Tidak biasanya Ia melihat Nayla dengan wajah begitu murung. Biasanya Nayla sangat ceria jika sedang bersamanya.
~
Nayla masuk kedalam rumahnya, tanpa salam. Tidak seperti biasanya, Ia akan bersemangat jika baru sampai rumah, mencari Ibunya didapur dan menghambur memeluk. Bahkan Romeo, adik laki-lakinya yang baru menginjak kelas dua SMP yang sedang duduk disofa sambil menonton serial kartun kesukaannya itu pun diabaikan. Setidaknya Nayla akan sedikit menjahili sang adik saat baru pertama bertemu setelah seharian disekolah.
“Kaak.” Romeo memanggil sang Kakak yang terlihat begitu muram dan kusam.
Nayla tidak menggubris, Ia melewati Romeo dan bergegas masuk kedalam kamarnya.
Ia menaruh sembarang tas sekolahnya. Membaringkan tubuhnya diatas kasur. Lelah, itulah yang dirasakannya saat ini. Sejenak Ia berpikir tentang perjodohan yang diminta Maminya. Memang si Maminya tidak memaksa dengan kekerasan, tetapi Nayla masih tidak bisa menerima ini semua. Menikah diusia 18 tahun saat dirinya masih kelas tiga SMA. Punya pacar saja tidak pernah ini malah disuruh menikah muda. Nayla gusar, Ia menghentak-hentakkan tangan dan kakinya dikasur.
Cklek….
“Nay.” Mami tiba-tiba membuka pintu dan masuk kedalam kamar.
Mendengar suara sang Mami, Nayla bergegas duduk. Ia menundukkan cemberut wajahnya enggan menatap Mami.
“Baru sampai ya.” Mendekat dan duduk mendekati Nayla. Mami membelai kepala Nayla, Ia tahu jika putrinya itu sedang marah padanya.
Mami menarik nafas pelan.
“Nayla, maafin Mami ya. Mami nggak bisa nolak permintaan Kakek Eno.” Masih membelai rambut Nayla.
“Ya tapi kan bisa nunggu Nayla tamat SMA kan Mi.” Nayla menyeka air matanya yang mulai mengalir tak terbendung lagi.
“Nayla masih mau kuliah Mi.” masih berusaha berucap, air mata Nayla mengalir semakin deras. Membuat wajah putihnya memerah dan sembab.
“Sayang maafkan Mami. Kakek Eno sudah tua, dia hanya ingin melihat cucunya dan kamu menikah selagi Ia masih ada.” Memeluk Nayla.
“Walupun sudah menikah, nanti kamu masih bisa kuliah kok sayang. Kamu tidak akan terkekang, kamu masih bisa bebas. Kamu masih bisa melakukan banyak hal. Mami janji.” Melepaskan pelukannya dan menyeka air mata Nayla.
Nayla hanya terdiam mendengarkan perkataan mami, air matanya masih mengalir. Walau apapun yang dikatakan Maminya, Nayla masih belum bisa menerima perjodohan ini. Namun Ia juga tidak enak menolak jika perjodohan itu adalah permintaan Maminya juga. Bagaimanapun Mami adalah pahlawan bagi Ia dan adiknya. Sedari kecil Mami mengurus serta membesarkan Nayla dan Romeo seorang diri. Nayla tidak ingin membuat Mami-nya kepikiran, Nayla tidak ingin membuat Maminya bersedih.
“Ya sudah mandi dulu gih. Usap air matanya, nanti jadi nggak cantik lagi kalau nangis terus.”
Nayla menyeka air matanya dengan kedua tangannya. Setelah itu Ia bergegas mengambil handuk dan segera pergi kekamar mandi.
“Maafkan Mami Nay, Mami nggak punya pilihan. Kakek Eno sudah banyak membantu Kakek kamu dulu.” Memandang nanar.
~
Saat itu pukul 07 malam. Nayla telah selesai mandi, Ia pun juga sudah berganti pakaian dengan baju tidur. Matanya masih merah dan sembab. Dapat terlihat jelas jika Ia habis menangis. Nayla tidak terlalu memikirkan hal tersebut, Ia segera mengambil buku pelajarannya hendak membuat tugas sekolah. Namun entah kenapa rupanya Ia tidak bisa fokus. Ia masih memikirkan kalau Ia kan segera menikah. Air matanya sudah ingin mengalir kembali, namun Nayla mencoba menahannya.
“Nggak bisa fokus belajar padahal sebentar lagi Ujian Nasional. Fokus Nay, Fokus. Nggak usah dipikirin Nay." Nayla terus menyemangati dirinya.
Nayla pun berniat keluar kamar, sepertinya Ia butuh air minum. Setelah menangis tadi ternyata membuat Ia lelah, kepalanya juga terasa pusing.
Saat membuka pintu Nayla dikejutkan dengan sang Mami yang tiba-tiba berada tepat dihadapannya.
“Eh, baru Mami mau ngajak kamu keluar kamar.”
“Kenapa memangnya Mami?”
Mami tidak menjawab Nayla, Ia malah fokus memperhatikan wajah Nayla yang masih sembab.
“Duh kok muka kamu gini sih sayang. Dandan dulu gih.” Mendorong Nayla masuk kedalam kamar.
Belum sempat nayla bertanya kembali Mami sudah memoleskan bedak tabur kewajah Nayla.
“Mmm…. Mami.” Nayla mencoba memundurkan kepalanya.
“Mami kenapa sih? Nayla nggak mau pakai bedak.”
“Kakek Eno sama cucunya udah datang. Mami kesini mau ngajak kamu keluar untuk nemuin mereka. Tapi, lihat muka kamu masih sembab begitu, nanti apa kata mereka kalu lihat muka kamu begini.”
“Ya udah dikit aja.” Ujar Nayla terlihat kesal. Kepalanya kembali dirasuki pikiran ketakutan akan segera menikah.
Beberapa saat kemudian, Mami mengajak Nayla keluar dari kamar. Diruang tamu sudah duduk Soseone bersama Reynand. Rupanya Reynand berpenampilan seadanya tidak terlalu menonjol, sehingga Ia terlihat sesuai dengan usianya.
Reynand memperhatikan Nayla yang berjalan mendekat bersama Mami-nya. Kesan pertamanya adalah, Ia melihat Nayla benar-benar seperti anak SMA pada umunya persis seperti yang diceritakan sang Kakek. Wajahnya sedikit familiar, seperti pernah bertemu tapi Ia lupa.
“Aduh maaf ya Om, nunggunya lama.” Mami duduk berhadapan dengan Kakek dan Reynand. Nayla pun juga ikut duduk disamping Mami.
“Nggak apa-apa.” Kakek tertawa renyah.
“Kamu salam dulu gih sama Kakek Eno dan Reynand.” Mami menyentuh lengan Nayla.
Nayla pun nurut menyalami Kakek. Namun saat menyalami Reynand Ia menundukkan kepalanya. Membuat Reynad yang ingin memperhatikan wajahnya terhalangi oleh rambut panjang Nayla yang terurai kedepan akibat terlalu menunduk.
“Nayla kamu sehat.” Kakek berusaha mengajak ngobrol.
Nayla tidak menjawab, Ia masih menundukkan kepalanya.
“Nay, jawab. Jangan nunduk gitu.” Mami menyenggol lengan Nayla.
“Sehat kek,” Akhirnya Nayla mengangkat kepalanya berusaha tersenyum. Namun tak lama Ia kembali menundukkan wajahnya.
Selintas Reynand dapat melihat wajah Nayla. Hidung yang bangir, matanya indah, bibirnya merah dan tipis, kulit putih dan juga mulus. Ia sering melihat wanita-wanita cantik sebelumnya. Tapi Nayla ini agak beda, seperti cantiknya sangat alami dan juga Ia terlihat polos. Sejenak Reynad terpesona dengan gadis berstatus pelajar yang akan dijodohkan dengannya itu.
*
*
*
*
*
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
sepertinya Reynad menyukai Nay
2022-12-14
0
Kawaii 😍
pandangan pertama 😍
2022-11-14
0
Dwi Hartati
ihiiiirrrr terpesona.....
2022-04-04
0