Ara mondar-mandir di dalam kamarnya. Tepat satu jam lagi dia akan pergi makan malam ke rumah keluarga bos ayahnya.
"Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus berbuat sesuatu supaya Tuan muda itu tidak bisa mengenaliku."
"Ini baju untuk kamu pakai nanti makan malam! jangan bikin Mama dan Papa malu, Ara. Kata papa, Tuan muda Lano sudah kembali." Bella masuk ke dalam kamar Ara dan meletakkan sebuah dress soft pink di atas tempat tidur putrinya.
"Ma, Ara mau tanya, kalau Ara dandan kayak cewek Mama bisa tidak bedakan dengan Ara yang begini?" Sebuah ide yang tiba-tiba terlintas di kepala Arabella.
Bella diam sejenak ia memperhatikan wajah polos sang putri yang masih menggunakan kaos oblong dan kolor kotak-kotak di hadapannya. Lalu ia melihat dress yang baru ia beli lalu menoleh lagi ke arah putrinya.
"Tergantung kamu dandannya seperti apa, kalau Mama mungkin akan tau itu kamu, tapi kalau orang luar mungkin bisa saja terkecoh."
"Serius, Ma?" Ara tiba-tiba berbinar.
"Memangnya kenapa?"
"Rubah Ara biar tidak ada yang kenal dengan Ara, Ma. Atau perlu panggil perias profesional sekelas tukang make up artis untuk dandan Ara."
Bella menggeleng kepala melihat tingkah putrinya padahal biasanya anak gadisnya itu tidak suka dibikin cantik. Sukanya dibikin macho.
"Kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari Mama 'kan?"
"Jangan pernah ragu akan kemurnian hati anakmu Mama, Ara tidak mau terlihat memalukan di depan Kak Lano." Si tomboy mulai mengeluarkan jurus andalan.
Namun itu sukses membuat Bella melengkungkan bibirnya. "Putri Mama memang terbaik, kalau maunya kamu begitu Mama akan kasih kamu uang untuk ke salon." Bella mencubit pipi anak gadisnya sebelum keluar dari kamar itu.
Kesempatan tentu saja tidak di sia-siakan si tomboy. Dia langsung mengambil sebuah ransel, memasukkan dress itu ke dalam tas lalu membawanya menuju salon kecantikan langganan mamanya. Namun ia berubah pikiran saat nominal uang masuk ke rekeningnya. Matanya berbinar saat melihat layar ponselnya.
Ara turun dari tangga tanpa mengganti pakaian, dilihatnya kedua orangtuanya sedang mengobrol di depan televisi.
"Mama sama papa nanti pergi duluan saja ya, nanti Ara menyusul." Gadis itu melewati kedua orangtuanya di ruang tengah.
"Mau kemana kamu?" tanya Boy pada putrinya.
"Dia mau ke salon Pa, biarkan saja," jawab Bella sembari menepuk lengan suaminya.
"Salon? Serius?" Boy menatap istrinya tak percaya.
"Mama serius, katanya biar nanti tidak malu kalau bertemu calon suami."
"Kamu percaya, Hun?"
"Sebagai orang tua ada saatnya kita percaya sama anak sendiri, Pa."
Boy mencoba untuk percaya pada perkataan sang istri, meskipun ia merasa ada yang tidak beres pada putri semata wayangnya itu, tapi saat ini ia lebih baik mengalah saja.
.
.
.
.
Ara melaju dengan Jojo kesayangannya menuju basecamp. Dengan hanya memakai kaos berukuran besar serta celana kolor selutut bermotif kotak-kotak dan sandal jepit merek swallow melengkapi penampilan sederhana gadis itu.
Ara memarkirkan motornya dan membuka helm setelah sampai di tempat para jomblo sejati yang suka kebebasan.
"Jod ... mau kemana? Mau pindah, bawa ransel?" tanya Baim yang kebetulan baru saja turun dari lantai dua.
"Kebetulan kamu datang Im, panggil sepupu kamu yang dandanannya kayak ulat keket itu, suruh datang kesini sekarang!"
"Buat apa, Jod?"
"Jangan banyak tanya, bilang juga pinjemin aku sepatu hak tinggi."
"Oke ... Oke, tunggu sebentar!"
"Ayo kita rapat darurat!" Ara menarik tangan Baim setelah laki-laki itu menelpon sepupunya.
Pembahasan lima manusia yang memiliki hobi yang sama ini tampak keluar dari tema biasanya.
"Bantu aku kali ini, kalau tidak ... seratus persen aku jamin besecamp kita akan diratakan sama papaku." Serius Ara dengan konsekuensi yang akan terjadi bila dia gagal mengelabui si Tuan muda.
"Wuih ... serem Jod, ya sudah kamu cepat dandan kayak Cinderella biar pangeran pangling, terus lupa kalau kamu itu sebenarnya cuma kurcaci snowhite hahaha," kelakar Alex Nurdin yang biasa dipanggil Udin tapi menolak keras ingin dipanggil Alex biar keren.
"Dasar Udin!" Ara mencapit mulut Alex dengan kuat.
"Sadis nih perempuan, bisa cacat Tuan muda kalau nikah sama kamu." Alex mengusap bibirnya yang sakit karena ulah Arabella.
"Sebelum aku bikin Tuan muda itu cacat, aku yang akan cacat di geprek sama papa, asal kalian tau keluarga bos papa itu lebih berharga dari anak semata wayangnya ini," ujar Ara mendramatisir.
Seorang perempuan muda dengan dandanan full makeup menyudahi rapat darurat mereka.
"Siapa yang mau di dandan?Ini sepatu yang diminta," katanya santai sembari melempar sepasang sepatu hak tinggi ke arah sofa.
Ara tak kalah santai ia melempar selembar uang biru ke arah gadis cantik sepupu Baim.
"Ini bayarannya."
"Cuma segini? Are you seriously?" Si gadis yang bernama Ayusita itu tak terima.
"Memangnya kalau upah tukang make up berapa?" tanya Ara yang memang tidak tau, padahal mamanya sudah mentransfer uang 1 juta untuk dia ke salon.
"Kalau segini ogah, buat beli lipstik saja tidak cukup," sungut gadis dengan lipstik merah menyala itu.
"Matre! Ini aku tambahin." Ara dengan terpaksa mengeluarkan gumpalan uang merah yang diikat karet gelang di dalam ranselnya.
"Aduh please Jodi, masa calon bini Sultan uangnya di ikat karet?" Galih tak habis pikir.
"Biar aman, biar tuyul kesusahan maling uang terus tobat." Si tomboy tak mau kalah.
"Ikat sama tali kolor saja Jod, sekalian hahaha." Baim menimpali.
Ara membuka segumpal uangnya lalu menghitung dengan serius, ini adalah uang jajan yang ia kumpulkan dari hasil majak sang ayah, sedangkan uang yang ditransfer mamanya akan ia simpan untuk dana darurat.
Puas menghitung akhirnya Ara merelakan selembar uang merahnya untuk diberikan pada sepupu Baim.
"Astaga ... Aku kira mau dikasih semuanya," Ayusita protes lagi.
"Kamu benar-benar matre ya." Dengan terpaksa lagi akhirnya Ara memberikan satu lembar uang merah lagi pada Ayu.
"Sudah, cukup. Bisa bangkrut kalau tiap hari aku dandan."
"Kalau mau cantik yang harus keluar duit 'lah, ada harga ada rupa sayang." Ayu menepuk pelan kedua pipi Arabella
"Cepat kamu dandan Jod, nanti biar aku yang anter kamu ke rumah Tuan muda itu, aku pinjem mobil papaku dulu, bisa luntur bedak kamu kalau naik motor ke sana." Bara berdiri dan pergi.
Sementara Baim, Alex dan Galih keluar bersama untuk membeli makanan di depan basecamp.
.
.
.
.
Seperti seorang profesional Ayu dengan gesit menempeli satu persatu ramuan yang memang selalu sukses mengelabui para kaum adam.
"Ternyata kamu cantik juga kalau di dandan," Ayu memuji hasil karyanya.
"Aku itu aslinya memang cantik, ibarat berlian walaupun ketutup lumpur tetap saja berlian, tidak berubah jadi batu."
"Cantik tapi tidak normal," ketus Ayu.
Ara mengepal tangan. Ingin sekali ia mengeluarkan jurus beladirinya untuk membungkam Ayu, sayang ia masih bisa menahan kesabaran.
"Taraa ... gimana hasil karya aku?" tanya Ayu pada ke empat pria jomblo yang duduk di sofa.
Arabella keluar dari kamar dengan penampilan berbeda sembari berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya yang terlihat kesulitan menggunakan sepatu hak tinggi. Ingin rasanya ia memakai sandal jepit saja agar lebih nyaman.
"Luar biasa." Ke empat pria itu kompak memuji penampilan Arabella.
"The power of make up."
~Like n vote~
Dukung cerita ini ya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
moemoe
😂😂😂😂
2022-10-25
0
Chobi Yati
visual nya mana😭😭😭
2022-01-07
0
Nuris Wahyuni
gak ada visualnya Thor
2021-06-12
0