Setelah berkendara dengan kecepatan sedang akhirnya sampailah Arabella di depan sebuah rumah mewah dengan halaman yang sangat luas, gerbang menjulang tinggi berwarna putih dengan ukiran warna ke emasan di beberapa bagian membuat Ara terkejut bukan main.
Bukannya ini rumah Tuan Dilan? Majikan tajir papa? Tunggu-tunggu ....
Ara mengerjap matanya, ia menoleh pria yang baru saja turun dari atas motornya. Ia bahkan menelan salivanya susah payah sembari menatap pria yang masih memasang wajah datar dari tadi. Bila apa yang ada dipikiran gadis itu benar adanya, maka bisa dipastikan dia akan mengalami masalah yang mungkin akan mempersulit hidupnya ke depan.
"Ini rumah siapa? Teman atau rekan kerja kamu?" Ara mengigit bibirnya kecil.
Jangan bilang ini rumah keluarga kamu.
Berharap pria yang ia bonceng bukan berasal dari keluarga majikan ayahnya, terutama berharap bahwa pria yang ada di hadapannya sekarang bukanlah Tuan muda yang sering diceritakan sang ayah.
Lano tak menjawab sama sekali. Laki-laki itu bergegas masuk setelah seorang penjaga membuka pintu gerbang untuknya. Tidak ada ucapan terimakasih dari bibir merah lelaki itu.
Semoga ini terakhir kali aku bertemu dengan perempuan seperti ini.
Lano meninggalkan Ara yang masih sangat penasaran dengan jawaban dari semua pikiran yang bergentayangan di otaknya.
Ara mendekati penjaga yang membuka pintu gerbang tadi setelah melihat pria yang ia bonceng sudah menjauh.
"Pak ... Laki-laki tadi anggota keluarga ini ya?"
"Oh iya Non ... dia Tuan muda Lano. Bukannya Nona ini__?" Penjaga itu seperti tidak asing dengan wajah Arabella.
Maklum saja, Arabella tidak pernah berpenampilan seperti ini bila bertamu ke rumah majikan ayahnya. Mamanya akan membuat ia seperti wanita pada umumnya.
Terlihat sedikit manis setidaknya, tidak berpenampilan seperti sekarang, yang jika saja dia tidak membuka helm orang akan menyangka dia adalah seorang laki-laki.
"Bukan ... bukan." Ara menggeleng cepat. "Saya baru sekali ke sini, maaf ya pak saya pulang dulu." Dengan cepat Ara naik ke motornya lalu melaju dengan kencang. Dia harus segera pulang sebelum ayahnya marah besar.
Rasa tidak tenang mulai menjalar di sekujur tubuh gadis itu. Bagaimana bila nanti Lano mengenalinya? Apa yang akan terjadi bila Tuan muda itu mengadu pada ayahnya tentang kelakuan buruknya di depan semua orang?
Arabella tidak bisa berpikir jernih. Sebelum bencana itu terjadi sebaiknya ia memikirkan cara supaya Tuan muda itu nantinya tidak bisa mengenalinya dengan baik.
***
"Kak Lano ... sayang." Ibu pengganti Lano yang ia panggil Mommy langsung memeluk tubuhnya setelah melihat ia masuk ke dalam rumah.
"Apa kabar kamu? Kenapa dengan baju kamu?" Sofia sedikit aneh dengan pakaian yang dikenakan putranya.
"Ada sedikit masalah di jalan, Mom."
"Tadi pak Udin telepon katanya mobil kalian bocor baru saja Mommy mau jemput kamu, tapi kata pak Udin kamu sudah ada yang mengantar." Sofia mengambil baju kotor dari tangan Lano.
"Iya Mom, tadi kebetulan ada seseorang yang mau mengantarku sampai rumah."
"Ouw ... orangnya mana? Tidak di ajak masuk?"
"Sudah pulang katanya sibuk. Daddy mana, Mom?"
"Daddy di ruang kerja, Mommy panggilkan ya."
"Tidak usah, biar aku yang kesana."
"Baiklah, Mommy mau menyiapkan makan malam, apa kamu mau makan sesuatu?"
"Siapkan apa saja, Mom."
"Baiklah, Mommy kangen sekali dengan kamu." Sofia memeluk putranya itu sekali lagi sebelum menuju dapur.
Lano pergi ke dalam kamar terlebih dahulu, ia ingin segera mandi lalu berganti pakaian. Tubuhnya terasa gerah dan lengket.
Setelah mandi dan berganti pakaian, lano menuju ruang kerja ayahnya.
"Jangan terlalu fokus bekerja, Dad." Dia mendekati ayahnya di meja kerja.
"Lano ... kapan sampai?" Dilan memalingkan wajahnya dari depan komputer.
"Daddy terlalu sibuk sampai-sampai tidak sadar anaknya sudah datang." Lano duduk di dekat sofa di dalam ruang kerja Dilan.
"Makanya Daddy menyuruh kamu kembali, Daddy ingin kamu yang menggantikan Daddy di perusahaan. Apa kamu tidak kasihan dengan Daddy dan paman Boy? Seharusnya kami tidak bekerja lagi sekarang." Dilan menatap penuh harap pada sang putra.
"Kenapa tidak menyuruh salah satu si kembar saja membantu Daddy?" Lano mulai membahas ketiga adik perempuan kembarnya.
Dilan memiliki tiga orang anak perempuan kembar hasil dari pernikahan keduanya. Mereka sekarang sudah berusia 24 tahun. Syahira, Syakila dan Syakira sedang melanjutkan S3 di Inggris, tapi ketiga gadis itu lebih sering pulang ketimbang sang Kakak. Dalam satu tahun ketiga anak gadis kesayangannya itu akan pulang empat sampai lima kali.
"Daddy akan membahas itu setelah mereka menyelesaikan pendidikan. Sekarang Daddy ingin kamu yang membantu Daddy lebih dulu, lagipula sudah cukup kamu mencari pengalaman di Jerman. Apa perusahaan fashion kamu dan Mama kamu baik?" Dilan mendekati Lano di sofa.
"Baik dan sangat lancar, mama dan papa sudah bisa melanjutkan perusahaan kecil itu tanpa aku."
"Baguslah, Daddy berharap sekarang saatnya kamu membantu Daddy di sini."
"Apa aku sanggup? Perusahaan Danuarta terlalu besar." Lano sedikit pesimis.
"Pasti bisa Lano, Daddy dan paman Boy akan membimbing kamu sampai bisa, lagipula Daddy sangat yakin padamu." Dilan menepuk pundak putranya.
"Baiklah, aku akan berusaha tidak membuat Daddy bangkrut." Lano tersenyum tipis.
"Daddy tidak akan bangkrut." Sombong Dilan.
"Ya ya ya, semua orang tau kalau kekayaan Daddy tidak akan habis tujuh turunan."
"Itu semua untuk kalian. Kamu sudah punya kekasih?" Dilan melirik lano yang duduk di sebelahnya.
"Jangan bahas itu lagi, Dad." Lano benar-benar sangat malas jika ayahnya sudah membahas tentang itu.
"Kamu tidak keberatan 'kan dengan tawaran Daddy waktu itu?"
"Terserah Daddy."
"Baiklah, ayo kita makan! kamu pasti sudah lapar." Dilan dan Lano keluar dari ruang kerja beriringan.
Lano dan dilan menuju ke ruang makan. Di sana Sofia sedang sibuk menyiapkan hidangan untuk makan malam.
"Daddy mengundang paman Boy dan keluarganya malam ini untuk makan malam, Daddy yakin kamu akan langsung suka dengan anak perempuan Boy. Bukannya kamu pernah lihat gadis itu waktu kecil?" Dilan menarik kursi lalu duduk.
"Gadis kecil itu pasti sudah berubah seiring waktu, aku tidak ingat lagi bagaimana rupa anak paman Boy." Lano duduk di seberang meja.
"Dia makin cantik dan manis saat dewasa Kak, Mommy yakin kamu pasti akan langsung suka dengan Arabella sekarang." Sofia memuji putri temannya.
Lano tak menghiraukan pendapat kedua orangtuanya. Sampai saat inipun dia belum tau pasti seperti apa kriteria wanita idamannya.
"Apa kamu punya tipe wanita idaman?" Dilan menaikkan sebelah alisnya.
Lano mengangkat kedua bahu.
"Yang penting dia bisa membuat Lano tidak benci saat melihatnya pertama kali, itu saja."
"Jelas sekali itu adalah Ara anak paman dan tante Bella. Dia anak yang lucu dan penurut, Kak. Pokoknya Mommy seratus persen yakin sama Ara untuk jadi calon pendamping kamu." Sofia begitu antusias ingin menjadikan anak sahabatnya sebagai menantunya.
"Jangan terlalu berharap, Mom."
"Setidaknya cobalah dulu meskipun nanti kalian belum saling cinta." Dilan tak kalah antusias untuk menjodohkan putri sang asisten dan putra semata wayangnya.
***
~ Bagaimana nasib Ara selanjutnya?
Jangan lupa like n vote ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
wkwkwwk yg ada saat ketemu ntar malah bagai tom and Jerry..😂😂😜😜
2023-09-05
0
Anie Jung
Nahhh .... Naahh Ara, itu Anak Tuan Dilan, kangett kan Luh Ra🤣🤣🤣
2022-08-25
0
Herlina Riansyah
waduhh kira2 suka ga ya lano sm arabela so diakn sdh ngliat tingkahnya waktu dishowroom mtr 🙈🙈
2021-10-15
0