Sinar matahari dari timur menerobos masuk ke jendela mengenai cermin rias di sisi ranjang Ayesha, memantul tepat ke arah wajahnya, silau, sehingga dia bangun dengan memicingkan mata, menoleh ke arah jam dinding berbentuk burung hantu berwarna abu-abu.
"Masih jam lima rupanya, namun pancaran sinarnya begitu hangat dan terang seperti pukul sembilan pagi." kata Ayesha sambil berjalan menuju kamar mandi dan setelahnya menuju meja makan, duduk disebelah Kakek.
"Nanti liburan semester main ke sini lagi ya nak, temani Kakek memanen tomat. Tomat nya sudah sebesar kedondong, bagus buat tubuh karena banyak mengandung lycopone, Penangkal radikal bebas agar awet muda terus dan bisa buat masker organik wajah mu." pinta Kakek
"Pasti Kakek, Ayesha akan sering menengok Kakek sambil merefresh pikiran, karena sebentar lagi wisuda, jadi banyak waktu luang. Di Ngawi sini tenang, bebas polusi, udaranya bersih sekali. Banyak pepohonan teduh, setiap hari mendengar musik alam dari kicauan burung, sebenarnya masih betah berlama-lama di rumah Kakek." jawab Ayesha.
Terdengar suara tawa dan canda renyah di luar pintu. Ya benar, itu tawa Ayah dan Ibu. Suaranya semakin terdengar jelas saat pintu terbuka dan mereka menapakkan kaki nya ke lantai.
"Kakek, ini aku bawakan mangga podang khas Kediri kesukaan Kakek, agar selalu lancar pencernaan, bebas sembelit." kata ibu Ayesha sambil mengupas nya untuk Kakek.
"Hm..mm...kalau pantat buah nya merah merona dan bau nya wangi, bulat ujungnya, rasa nya bisa manis begini ya...." timpal kakek.
Mereka berbicara dan bercanda untuk beberapa jam ke depan, dan Ayesha hanya tersenyum saja melihat mereka bercanda.
"Sudah jam sembilan pagi, Kakek kami izin pulang dulu, nanti liburan panjang kita ke sini lagi. Bisma tadi menunggu sendirian di rumah." pamit Ayah Ayesha bergegas membuka pintu dan menuju mobil nya.
Mereka bertiga melambaikan tangan kepada Kakek dari dalam mobil.
"Dah...Kakek...." kata ayah, ibu dan Ayesha.
Selama perjalanan Ayesha memandang ke luar jendela, melihat sawah hijau nan luas sepanjang jalan, kambing merumput berkelompok, sapi yang membajak sawah ditemani pak tani, serta barisan bebek yang digiring masuk ke kandang berjalan lenggok kanan lenggok kiri.
"Bagaimana satu minggu di rumah kakek, sayang?" tanya Ibu
"Menyenangkan Ibu, aku sering menghabiskan waktu di ladang padi kakek, bermain layangan dan menarik padi dengan gerobak kecil, melihat burung merpati dari dekat dan memberinya makan." jawab Ayesha riang.
Mobil melaju dengan cepat, karena jalanan lenggang bebas dari macet di hari Jumat pagi. Tak terasa melewati alas Caruban dan Saradan. Sepanjang jalan hanya terdapat deretan pohon jati dan sengon yang berderet rapi. Tiada rumah berpenghuni, hanya beberapa warung makan saja. Pom bensin juga tidak ada.
Kalau lewat di malam hari agak mengerikan, kondisi kendaraan harus benar-benar fit kondisi nya serta bahan bakar dalam kondisi penuh agar tidak kehabisan di tengah jalan. Tak ketinggalan bawa ban cadangan mobil dan alat sederhana seperti kunci inggris untuk antisipasi mogok di tengah jalan. Karena kondisi nya jalan yang menikung dan terjal, mobil berjalan sedikit pelan untuk menghindari kecelakaan, dan akhirnya sudah keluar dari area alas Caruban dan Saradan.
Mobil tetap melaju melewati bundaran kota Nganjuk dan kemudian sampai lah pada gerbang berwarna pelangi bertuliskan selamat datang di kota Kediri, the service city. Ada rasa tenang dan rindu pada rumah. Dan berhentilah mobil berwarna metalik itu di depan sebuah rumah, bangunan berukuran sedang sekitar lima belas kali dua puluh meter berlantai dua dengan ornamen batu alam motif bintang beraksen bali.
Ada sederetan tanaman pukul sembilan di teras rumah, bunga puspa indah yang harum sekali. Terlihat beberapa palem mawar Jambe di tengah, pohon blue berry dan pohon persik lokal menjalar, di tengah bunga anggrek berwarna-warni tergantung berjajar rapi. Ada kolam ikan dengan pancuran air bambu yang saling mengisi bergantian.Terlihat Nemo, lion fish bermain menggesekkan badannya ke anemon karpet, ada koral berbentuk bunga berwarna merah dan biru di samping life rock, tempat ikan-ikan kecil bersembunyi, si hitam dakocan, blue star dan zebra juga batu jeruk kuning dan polip ungu bersebelahan.
Ayah membuka gerbang pagar, dan mereka bertiga masuk ke dalam rumah, disambut oleh Bisma yang berlari ke arah mereka.
"Apakah bawa pesanan ku, Yah?" tanya Bisma
"Ya tentu tidak, Nak. Kami tidak melewati toko mainan, kamu juga sudah besar sebentar lagi mau dikhitan loh..." Canda Ayah sambil tertawa kecil.
Ah....sakit, aku tidak mau Ayah, nanti ke rumah kakek saja kalau dipaksa terus."jawabnya sambil menggigit bibir.
Ayesha meninggalkan mereka yang masih ngobrol sambil menyeret koper nya, berjalan gontai ke kamar nya.
"Oh, kasurku yang empuk, lega rasanya bisa mimpi indah lagi disini. Baru sebentar aku tinggal, kamu kesepian ya." Ledeknya pada kasur nya bermotif sprei bunga matahari, meja belajarnya sedikit berdebu, juga cermin rias nya sedikit buram.
Dia merebahkan tubuh nya, melihat ke sekeliling, tiga succulent di rak gantung dindingnya masih segar, tasbih batu marjan merah dari Kalimantan juga masih tergantung di sebelah foto keluarga sedang menaiki boat. Udara terasa pengap, kemudian dia menyalakan humidifier dan mengisikan esence melati sebagai pengharum sekaligus aromaterapi untuk mengatasi mabuk darat dari perjalanan tadi. Dia juga memutar music slow.
"just like me they long to be close to you....
"On the day that you were born, the angel."
Dia membuka kotak musik pemberian kakek, menarik tuas nya dan menaruh di depan nya. Balerina menari....berputar...
Kemudian dia turun dari kasur, duduk di atas permadani biru, di depan cermin, bersandar pada tepi kasur. Dia menggenggam liontin kristal dan memejamkan mata, membayangkan awal pertemuan nya dengan Dastan, namun tidak menyebut nama nya. Tidak terjadi reaksi apapun, tidak ada yang muncul. Kemudian dia duduk bersila melakukan yoga pose baddha konasana, sebuah pose tukang sepatu memegang ujung jari kaki dan mengepakkan seperti kupu-kupu, memejamkan mata, menarik dan menghembuskan nafas secara teratur, mengimajinasikan kejadian yang diperlihatkan Dastan.
Kesadaran nya sedikit demi sedikit menurun, tidak terdengar suara alunan lagu dari The Cranberries lagi. Udara disekitar terasa panas, berdebu, terdengar suara mendesis dari kejauhan. Kemudian dia tersadar dan membuka mata.
"Dimana aku sekarang?" gumamnya bingung dan menoleh ke sekeliling, banyak bebatuan besar dan cadas di tanah gurun, gersang, panas."
Tanah di depannya bergerak maju, ular derik keluar dari dalamnya, menuju ujung kaki Ayesha siap mematuk. Untung saja Ayesha melihatnya dan segera berlari menjauh, mengambil kerikil tajam dan melemparkan ke kepala ular derik, hingga dia pergi menjauh.
Ayesha berjalan tanpa alas kaki menyusuri bukit, mencari rumah atau seseorang yang mungkin bisa dimintai tolong. Nihil, sudah berjalan empat kilo meter, tidak ada bangunan atau orang sama sekali.
"Apakah ini dunia hampa?" jerit Ayesha.
Dua langkah ke depan, kemudian Ayesha berhenti melangkah dan bersandar pada batu besar di balik kaktus, nafasnya tersendat, dahaga mengisi tenggorokannya.
"Tidak ada sumber air disini," kata Ayesha.
Lalu dia melihat kaktus di balik batu tempatnya bersandar, langsung saja dia mematahkan beberapa kaktus, ada sedikit air didalamnya, lalu meminumnya. Kemudian dia berjalan lagi mencari tempat untuk berteduh, ada suara kepakan sayap berat, besar dan panas dari atas. Dia mendongak, seekor naga meluncur ke arah nya sama dengan naga dalam mimpi ketika bertemu dengan Dastan.
"Pasti ini pikiranku dalam yoga tadi, aku akan kembali menaikkan kesadaran ku agar kembali ke kamarku." keluh Ayesha.
Dia memejamkan mata nya, menarik dan menghembuskan napas dengan tenang, membayangkan berada di atas permadani di lantai kamarnya. Satu, dua, tiga. Dia buka mata, naga tepat terbang rendah di atas kepala nya. Cakarnya yang tajam menyentuh kerah belakang baju nya. Dia berlari sekuat tenaga namun terjatuh, telapak kakinya sedikit berdarah terkena batu, lalu ia bangkit berdiri dan berlari namun terjatuh lagi. Naga semakin dekat ke arah nya.
"Tolonglah aku Tuhan, aku tidak tahu mengapa aku disini. Kirimkan malaikat penjaga mu untuk menyelamatkan ku, kumohon." pinta Ayesha putus asa.
Ayesha mengambil kerikil di dekat nya dan melemparnya ke naga, sia-sia.
Naga menyambar pinggang nya dengan cakar yang mencengkeram erat.
"Tolong....tolong....siapa saja...tolong..." teriak Ayesha.
Naga membawa nya terbang tinggi ke langit. Ayesha berusaha melepaskan diri, tidak bisa.
Kemudian dengan putus asa dia berharap ada keajaiban untuk nya. Dia genggam liontin petir dengan lembut lalu mengecup nya, berkata dalam hati, Dastan tolonglah. Tidak ada reaksi apapun, dia mengulangi nya lagi dan tetap tak ada reaksi.
Naga mendarat di sebuah hutan, menurunkan Ayesha. Langsung saja dua ekor naga lainnya datang menyambut menghampiri nya dengan tatapan dan raungan kelaparan yang membuat nya merinding. Satu ekor mencengkeram bahunya, dua ekor lainnya siap memangsanya hidup-hidup. Dia hanya bisa pasrah, memejamkan mata berharap masih punya keberuntungan. Suara gigi naga bergemeretuk, dan air liurnya menetes ke rambut Ayesha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
intan puji astuti
bom like ku berikan untuk mu kk.
berikan bom like mu juga untuk ku Kk 🤗
2021-03-14
0
Si Friends
mampir kak, semangat kak jaga kesehatan ya kak
2021-03-01
0
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
Aku mampir ka...sukses selalu buat kakak😘
2021-02-28
1