Irene hanya tersenyum simpul menanggapi teriakan anak-anak Xavepa yang membahana ke seluruh penjuru ruangan. Irene sudah menebak resiko dari ketahuannya siapa CEO perusahaan Lovist International Company.
Ia sepertinya akan mendapat waktu yang cukup lama untuk sharing bersama kali itu. Karena, kemungkinan ia akan diserbu banyak pertanyaan dari murid-murid yang lain.
...***...
Benar saja. Baru sama ia selesai berpidato, sudah banyak murid yang bertanya kepadanya. Mulai dari ketua MPK Osis, Ketua Osis, hingga ke murid-murid yang jarang bertanya sekalipun. Dan, ia baru bisa selesai Sharing pukul 09.40 setengah jam lebih lama dari waktu yang telah ditentukan.
10.30, Istirahat sekaligus pulang sekolah.
"Astaga. Capek abis." ucap Irene sudah lemas. "Sabar aja Iyene." ucap Sinta sambil menepuk punggung Irene lumayan keras. "Sakit tau!" omel Irene merasa sakit di bagian punggungnya. Sinta hanya membalasnya dengan cengiran tanpa dosa.
Tak lama kemudian, Gita menghampiri mereka berdua. "Gimana tadi ce, pidato sharing nya?" tanya Gita penasaran. "Ya, gitu. Yang jelas capeknya ga ketulungan." ucap Irene cberut berat. "Resiko jadi CEO masih sekolah ya kayak gitu." ucap Gita sambil cekikikan.
...***...
"Yaudah, lain kali lo aja yang ngomong di depan hampir satu jam setengah." Ucap Irene cemberut. "Ga mau deh, Celucia. Yang ada pingsan duluan aku di depan." ucap Gita menolak mentah-mentah. "Mending pingsan dari pada harus berdiri pegel-pegel dan berpidato sampe berbusa-busa." ucap Irene sambil cemberut. "Tabah ya Iyene." ucap Sinta sambil cekikikan.
"Au ah. Ngomong-ngomong 4 hari lagi ultah Trans media ya?" tanya Irene pelan. "Iya." angguk Sinta polos. "Live kan?" tanya Irene lagi. "He eh." ucap Sinta lagi. "Sip. Dimana? Semarang? Bandung? Jakarta? Cibubur?" tanya Irene bingung. "Cibubur." jawab Sinta santai.
"Sip." ucap Irene sambil mengancungi jempol. "Emang kenapa?" tanya Sinta penasaran. "Daripada capek-capek nonton di tv. Mending nonton langsung di cibubur, kan ga capek bayar listrik nunggu iklan. Tinggal beli tiket VIP lagi." ucap Irene tenang. "Emangnya cukup buat pergi ke sana nya?" tanya Sinta bingung. "Cukup dong. Kan naik pesawat." ucap Irene tersenyum kecil.
...***...
"Beliin geh, Iyene." rengek Sinta yang emang suka banget sama dunia Kpop. "Enak aja lu. Ga mau gue. Kena amuk bapak lu adanya gue ntar." balas Irene menolak mentah-mentah. "Beliin aku juga geh Celucia." ucap Gita sambil cekikikan. "Yodah, yodah. Nanti gue urus. Yang penting lo bedua ijin dulu sama orang tua masing-masing. Gue sih ijin ga diijinin bodo amat gue yang beli ini." ujar Irene akhirnya mengalah.
"Yaudah nanti aku tanya mami sama papi/bapak ku." ucap Gita dan Sinta berbarengan. "Oke." angguk Irene santai. "Oh iya, emangnya tiket nya berapa?" tanya Sinta penasaran. "Kalau ga salah sekitar 350.000 an." ujar Irene tenang. "Pesawatnya?" tanya Sinta lagi. "Oh yang itu ga bayar. Gue cuma bayar tiket nonton konser doang." ucap Irene sambil mengibaskan tangannya santai.
"Lah kok bisa" tanya Gita kaget. "Bisa dong. Kan pakai pesawat pribadi neng." balas Irene terkekeh geli. "Ya in aja deh, orang kaya mah bebas " balas Sinta sambil geleng-geleng kepala.
...***...
"Emang cukup tah uangnya untuk tiket?" tanya Sinta lagi. "Cukup kok." angguk Irene santai. "Tau dari mana?" tanya Sinta lagi. "Ya, tinggal bawa silver card atau gold card atau black card aja nanti." jawab Irene sambil mengangkat bahu sekilas.
"Hilang kaya mah beda." ucap Sinta speechless. "Setidaknya gue ga sombong." ucap Irene tenang. "Ngomong-ngomong Celucia kenapa ga ngasih ke orang yang lebih membutuhkan aja? Daripada sayang di hambur-hambur in terus kan?" ucap Gita penasaran.
"Iya tuh Iyene." ucap Sinta mengompori walau nada bicaranya terdengar bercanda. "Lo berdua kira gue nraktir lo berdua sana-sini ga peduli sama orang lain apa? Lovist International Company selalu mengirimkan tiap bulan sekitar 5% penghasilannya ke desa-desa yang membutuhkan, 5% untuk donasi gereja, 5% untuk donasi sekolah, 5% ke panti asuhan, dan 5% ke panti jompo. Kalau di total kan, Lovist International Company menyumbangkan sekitar 25% penghasilan tiap bulannya ke orang-orang yang lebih membutuhkan. Itu baik dari kantor pusat maupun kantor cabang." jelas Irene panjang lebar.
...***...
"Dan... Karena gue perginya 4 hari lagi, gue mau mampir ke rumah oma gue dulu." ucap Irene lagi. "Memangnya Iyene bawa mobil?" tanya Sinta bingung. "Ya gue bawa lah. Kalau nggak gue pergi ke sekolah naik apaan!?" dumel Irene kesal. "Emangnya Iyene udah punya SIM?" tanya Sinta lagi.
"KTP, SIM, STNK, Pasport, lengkap. Apalagi yangmau di tanyain? Surat nikah? Ga ada." ucap Irene tenang. "Kok bisa?" tanya Gita bingung sekaligus kaget. "Ya... Bisa. 17 tahun." jawab Irene asal jeblak.
...***...
11.30, pulang sekolah.
"Nah, lo nunggu Made kan? Bareng Gita aja. Dia mau naik abudemen (kalo tulisannya ga salah) ke rumahnya. Gue mau langsung cabut ke rumah dulu ganti baju terus ke rumah oma." ucap Irene langsung kabur ke mobilnya. Ia memang berencana pulang ke apartementnya dulu baru ke rumah nenek nya tentu, setelah ia mampir ke mall untuk membeli buah tangan untuk sang nenek.
13.00, rumah nenek Irene
Irene POV
"Oma!" sapa ku begitu sudah berada di dalam rumah. "Lho, Ren. Lama ga ke sini. Tinggal di mana sekarang? Bareng bapak lo?" tanya Ako Tata. "Nggak, Ko. Tinggal sendiri kok. Di apartement. Di mana oma? Oh iya nih. Barusan ke mall. Sekalian beliin aja." ucapan ku sambil meberi sekantung plastik penuh.
"Borong ceritanya?" tanya Ako Tata bingung. "Ya... Gitu deh." jawabku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. "Dapet duit dari cowok lu ya?" tanya oma baru keluar dari kamarnya.
...***...
"Nggak kok, oma. Aku belum punya cowok. Itu aku beli pakai uang aku sendiri kok." ucapku jujur. "Kerja di mana kamu emangnya? Kaya amat." ucap Ako Tata kaget. "Rahasia dong.... Hehehe." balasku cekikikan. "Sekolah dulu baru kerja, Ren." ucap oma menasehati.
"Kalau nggak sambil kerja siapa yang bayar listrik sama PAM oma? SPP juga." ucapku pelan. "Kan SPP udah Acek Ahan yang bayarin Ren." ucap Ako Tata bingung.
"Apanya? Aku bayar sendiri lah." ucap ku tenang. "Bapak lo, kirimin duit?" tanya oma penasaran. "Nggak." geleng ku. "Cindy?" tanya Ako Tata lagi. "Cici, koko, mami, papi nggak." jawabku menyebutkan satu per satu anggota keluarga ku kecuali adikku.
...***...
"Terus, sekarang kamu udah jam pulang kerja?" tanya Ako Tata bingung. "Belom sih. Jam 4 atau jam 5 baru pulang." jawabku sambil menggaruk tengkuk kepalaku yang tidak gatal. "Lah, udah izin belom? Dicariin bos nya lho nanti." tanya Ako Tata lagi. "Belom. Siapa yang mau nyariin?" tanyaku berpura-pura bingung. "Lah, ya atasan elu lah." lanjut oma. "Lah. Kan aku yang punya perusahaannya." balasku enteng.
"Ya masa kamu ga punya... Apa!?" ucap Ako Tata seketika kaget. "Aku CEO nya Ako..." ulang ku sambil cekikikan. "Bercanda kamu, Ren?" tanya Ace Edy yang sedari tadi hanya menyimak. "Ngapain coba aku bercanda? Serius tau." jawabku tenang.
"Sebutin cabang perusahaan lo." ucap Acek Edy dengan nada menantang. "Total seluruh cabang perusahaan ±50. Itu semua tersebar di mancanegara." jawabku tenang. "Wihh terkenal dong." ucap Ako Tata. "Mungkin." ucapku dengan nada misterius.
...***...
Memangnya apa nama perusahaan nya?" tanya oma penasaran. "Namanya... Lovist International Company." jawab ku santai. "Oh... Perusahaan baru naik daun." ucapan Acek Edy yang sepertinya mencari di google barusan. "Iya." anggukku pelan.
"Ke mall terus dong tiap hari, Ren." tanya Ako Tata terdengar bercanda. "Ya, ga tiap hari juga lah, Ko. Sesekali aja. Kalau tiap hari ya bosen." balasku pura-pura cemberut. Tak lama setelah itu, ko Ashung, sepupu jauhku, masih terhitung saudaraku karena ia cucu dari kakaknya kakekku. Datang ke rumah oma.
"Ko." sapa ku padanya. "Weits! Tumben lu nongol, Ren." ucapan ko Ashung menghibur. "Iya lah ko sekali-sekali." jawabku sambil cekikikan. "Mau ikut nonton ga lu?" tawar Ko Ashung padaku. "Boleh." anggukku menyetujui.
...***...
Akhirnya, aku pun ikut nonton bersama dengan Ko Ashung di MBK. Tapi, aku menggunakan mobilku sendiri. Rupanya, Ako Tata dan Acim Siska memilih untuk se mobil denganku. "Yakin, acim? Ko? Aku nyetir mobilnya ngebut lho." tanyaku bingung. "Ga apa apa sekali-sekali. Seru juga kayaknya." ucap Ako Tata yang langsung disetujui dengan anggukan dari Acim Siska.
Sesuai ucapanku tadi, aku benar-benar mengebut membawa mobilku. Tak sampai 15 menit kami sudah tiba di lantai bawah gedung parkir MBK. "Cim, telponin Acek. Bilang aja, kita tunggu di Hokben." ucapku sambil berjalan menuju restoran cepat saji HokBen.
...***...
HokBen, Mall Beomi Kedaton, 18.30
Saat ini aku, Acim, dan Ako Tata sedang menunggu ko Ashung dan Acek Edy sambil menyantap makanan yang tadi kami pesan. Tentunya, aku yang membayar. Di meja sudah terhidang 3 minuman berbeda, chicken katsu, bakso, tahu, chicken teriyaki, pangsit goreng, dll.
Pukul 18.40, ko Ashung dan Acek pun tiba di HokBen. Mereka langsung memesan makanan tentunta ko Ashung yang membayar. "Udah dari tadi, Sis?" tanya Acek ke Acim. "Baru 10 menit yang laku, cek. Filmnya jam 19.15 kan?" ucapku tenang. "Tau dari mana, Ren?" tanya Acek bingung.
"Ya, kan biasanya kalau nggak jam 19.15 ya jam 20.30 kalo ko Ashung ngajak nonton." jawabku santai. "Udah hafal dia cek." ucap ko Ashung sambil terkekeh kecil. "Iya dong." balasku sambil tersenyum pura-pura sombong.
...*****...
Maaf baru bisa update sekarang ya
1461 words
2 Febuari 2021 finish
Selamat membaca
Jangan lupa vote dan commentnya yaaa
jangan lupa juga buat like lhooo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments