Sebenarnya, Ricky tak menyangka akan bertemu dengan Irene di Starbucks. Rencananya tadi ia pergi ke Starbucks untuk menemui klient yang mengajak perusahaannya untuk bekerja sama. Tentu saja, ia langsung menolaknya mentah-mentah mengingat ia yang ingin bekerja sama dengan perusahaan milik Irene.
Irene sendiri sebenarnya ingin mengetes sebesar apa naif Ricky untuk mengajaknya bekerja sama. Perusahaan Ricky memang tergolong biasa saja di Indonesia tapi, itu belum tentu di luar Indonesia.
...***...
"Apa yang anda lakukan disini?" Tanya Irene dengan nada formal. "Saya habis menemui klient. Anda sendiri?" Tanya Ricky berbasa-basi. "Seperti yang anda ketahui, mengurus masalah kantor." Jawab Irene terkesan santai.
"Begitu." Angguk Ricky sok paham. Sementara itu, Irene kembali fokus pada tablet di tangannya. "Lalu, setelah ini anda ingin kemana?" Tanya Irene tanpa mengalihkan pandangan dari tablet di tangannya.
"Mungkin saya akan langsung kembali ke kantor. Masih ada pekerjaan menunggu." Ujar Ricky berusaha terdengar sesantai mungkin. "Kalau begitu, saya hanya mengatakan hati-hati di jalan." Balas Irene santai. "Baiklah, saya permisi dulu kalau begitu, senang bertemu kalian." Pamit Ricky dengan bahasa yang formal.
...***...
Sepeninggal Ricky, Irene langsung kembali terfokus pada pekerjaan kantonya yang super duper merepotkan ini. "Ce Lucia kalau sama orang lain itu bahasanya formal banget, ya." Celetuk Gita.
"Tergantung. Kalau dia pemilik perusahaan sih, yes. Kalau preman ya, biasa aja kalau orang ga tau diri ya… ngegas." Ujar Irene tanpa mengalihkan pandangannya dari tablet di hadapannya.
"Tapi, Ce Lucia kalau lagi serius ga bisa di ganggu ya." Ucap Gita lagi. "Di ganggu bisa. Asal jangan ngeganggu aja. Kecuali, kalau emang uda ga sayang sama nyawa lagi sih, silahkan." Jawab Irene datar.
...***...
Setelah sekian lama berkutat dengan tabletnya, akhirnya pekerjaan Irene selesai juga. "Dia orang bego apa gimana sih? Ini cuma masalah kecil merembetnya kayak petasan aja. Gw aja kelar." Dumel Irene cemberut.
"IQ-nya beda, Ce." Ucap Gita sambil cekikikan. "Git, kalau berdasarkan IQ, ini orang IQ 95 aja bisa ngerjain. Itu karyawan emang kelewatan banget." Ujar Irene kesal.
...***...
"Jam 1 siang nih. Ce Lucia ga mau makan?" Tanya Gita bingung. "Ya udah. Mau makan apa?" Tanya Irene santai. "Ayam goreng." Jawab Gita santai. "Sepertinya yang terlintas di otakmu hanyalah ayam goreng." Ucap Irene datar.
Ia lalu memikirkan ingin makan siang apa. "Hm… ya sudahlah. Nais goreng aja." Ucap Irene akhirnya. "Mau nyari nasi goreng di mana?" Tanya Gita bingung. "Ngapain nyari kalo bisa masak?" Ucap Irene tenang sambil bangkit dari kursinya.
...***...
Sesuai ucapan Irene. Ia benar-benar memasak nasi goreng untuk makan siang mereka berdua. Bahkan, hasil masakannya benar-benar enak. Lebih enak dari masakan restoran malah. "Kenapa Ce Lucia ga jadi koki aja? Enak tau masakannya." Tanya Gita bingung.
"Nggak. Males. Masak nasi goreng mah gampang. Semua orang juga bisa kalau mau belajar." Ujar Irene pelan. "Nanti malam mau masak apa Ce?" Tanya Gita bingung.
"Hm…. Kayaknya sih masakanya besok aja. Kita makan di luar aja nanti malam." Ujar Irene santai. "Di mall beomi kedaton lagi?" Tanya Gita penasaran. "Nggak. Di Lampung Walk. Sekalian jam tiga sore ke sana main bulu tangkis." Ujar Irene tenang. "Oh. Oke." Angguk Gita santai. "Hari Sabtu sore kita ke Lampung Walk lagi. Renang." Ujar Irene santai.
...***...
19.00, Lampung Walk.
"Mau makan apa Ce?" Tanya Gita bingung. "Ya, terserah kamu. Tempat makan banyak. Bisa minta anter juga kan." Ucap Irene sambil mengangkat kedua bahunya sekilas dengan santai.
Berakhirlah dengan Irene dan Gita yang menikmati makan malam dengan di temani semilir angin malam. "Ce Lucia makan apa?" Tanya Gita penasaran. "Udah pesan hokben kok." Jawab Irene tenang. "Oo…" Gita pun manggut-manggut.
Sambil menunggu pesanan datang, Irene dan Gita sibuk bercanda ria tanpa menyadari kalau mereka berdua sedang di perhatikan oleh beberapa orang cowok yang sedang duduk tak jauh dari mereka.
...***...
Irene sepertinya mulai terusik dengan tatapan-tatapan yang dilayangkan kepadanya. Ia pun berbalik badan dengan cepat. Membalas tatapan-tatapan beberapa cowok yang menatap mereka berdua sedari tadi. "Apa kami berdua mengganggu kalian?" Tanya Irene tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Eng… nggak kok." Jawab salah seorang cowok di antara mereka dengan sedikit terbata lengkap dengan rona merah terlukis di kedua belah pipinya. "Lalu, kenapa sedari tadi kalian menatap kami berdua seperti itu?" Tanya Irene memincing curiga. "Tak apa… hanya saja… sepertinya kami tak pernah melihat kalian di sini sebelumnya apa kalian anggota baru?" Tanya salah seorang di antara mereka sedikit berbohong.
"Oh… kami bukan anggota baru. Kami anggota tetap. Hanya saja kami memang jarang kemari terutama aku." Jawab Irene lalu kembali mengalihkan atensinya kepada Gita yang sedari tadi hanya menyimak percakapan yang sedang Irene lakukan bersama dengan beberapa lelaki tadi.
...***...
Sabtu, 16.00, Lampung Walk, Swimming Pool.
Irene dan Gita cukup kaget. Mereka berdua tiba di Lampung Walk sudah ada Ricky dan teman-teman-nya. Walau sebenarnya Irene kurang mempedulikan keberadaan mereka tetap saja, ada rasa penasaran muncul di hatinya. Tapi, mau bagaimana lagi? Tujuannya sejak awal pergi ke Lampung Walk adalah untuk sekadar refreshing.
Jadi, Irene pun memutuskan untuk tidak memperhatikan Ricky serta kawan-kawan-nya. Seusai berenang di Lampung Walk pukul 18.00 Irene dan Gita pergi ke Mall Beomi Kedaton, lagi. Untuk makan malam sekaligus nonton Midway di XXI.
...***...
Hoka Hoka Bento, 19.00
"Filmnya jam berapa, Ce?" Tanya Gita penasaran. "Jam 20.30. Selesai mungkin sekitar jam 23.30-an." Jawab Irene tenang sembari menyantap hidangan yang telah mereka pesan.
"Lama amat, Ce." Ucao Gita kaget. "Jelas sih. Orang film Midway. Perang Amerika Serikat melawan Jepang aekitar tahun 1942 kalau nggak salah berakhirnya. Yang waktu kota Hiroshima dan Nagasaki di bom." Jelas Irene panjang lebar.
...***...
"Kenapa ga besok aja nontonnya?" Tanya Gita sambil memaka makanan yang telah ia pesan. "Nggak. Besok kita jalan-jalan aja." Ucap Irene sambil menyelesaikan makan malamnya. "Ooh… kura-kira si E dan kawan-kawan ikut nonton gak ya?" Tanya Gita lebih seperti kepada dirinya sendiri.
"Ga tau. Aku gak urus." Jawab Irene sambil memainkan hp Xiaomi Redmi 3 miliknya. "Ce, tu hp ga diganti? Udah hampir rusak kayak gitu." Tanya Gita bingung. "Besok di ganti di Center Point kalo nggak ya, di Mall Beomi Kedaton sekalian jalan-jalan." Jawab Irene terdengar tanpa beban.
Gita hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi ucapan Irene yang serba santai itu. Ia mana bisa menjawab sesantai Irene. Biarlah, yang penting selama ini ia gak kerepotan atau justru malah merepotkan Irene deh.
**********************************************************************************
jangan lupa vote, comment, favorite, dan like yaaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments