Chapter 3

Dante hanya dapat terbelalak kaget. Apa radanya kalau selama 6 hari sekolah pulang sore langsung kerja hingga malam hari? Ditambah lagi harus bimbingan? Dante saja mungkin akan lelah lahir batin. Audy hanya terkekeh geli melihat Dante syok mendengar ucapannya barusan.

Memang benar jika ia harus memforsir tenaga sekaligus otaknya tapi, ia sudah terbiasa melakukannya sejak ia masih kecil. Tepatnya, sejak kematian kedua orang tuanya. Jadi, bukan masalah besar kalau ia sering lembur. Beruntungnya, Audy terlahir dengan fisik,ental dan juga stamina yang amat baik jadi, ia jarang sakit karena terlalu banyak bekerja.

***

Awalnya, Audy mengira Dante akan langsung pulang tapi, sepertinya Dante cukup betah untuk berlama-lama di dalam ruangannya. Untungnya, Dante tak mengganggunya selama ia sedang bekerja. Akhirnya pukul 18.10, pekerjaan Audy hari itu selesai. Audy pun merenggangkan. Tubuhnya yang menurutnya sudah terasa seperti mau remuk itu.

"Eng..." ucap Audy di sela-sela merenggangkan tubuhnya. "Udah selesai?' tanya Dante sambil menghampiri Audy. "Iya." aungguk Audy tenang. "Ga pulang?" tanya Dante lagi. "Ntar." jawab Audy singkat. Posisi Dante saat ini berada di belakang kursi yang sedang Audy duduki. Dante pun membalik kursi sehingga saat ini Audy menghadap ke arah Dante.

"Kenapa?" tanya Audy bingung. Masalahnya kali ini posisi Audy sedang ditahan oleh Dante di kursi. "Lo... Ga ada mirip-mirip nya sama orang Indonesia." ucap Dante lugas. "Karena gue bukan Blasteran Indonesia, Dante." jawab Audy tenang. "Tapi, nama lo" ucapan Dante pun ditpotong.

"Clarissa Audy. Gue males panjanginnya. Tan Ran Clarissa Yoon Audy. Gue blasteran Tiongkok-Jepang-Amerika-Korea. Ga ada darah Indonesia di gue." jelas Audy malas. "Kalau lo tanya nama Audy itu, Audy cuma tambahan biar banyak yabg ngira orang Indonesia karena nama Clarissa ga cuma di America tapi di Indonesia juga banyak. Itu cuma menutup identitas aja." lanjut Audy datar.

Dante pun menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia paham dengan penjelasan Audy barusan. "Dan.... Bisa lo minggir dari depan gue?" tanya Audy datar. Namun, Dante tak menyingkir dari hadapan Audy. Audy pun menghela nafas pelan. "Lo mau apalagi?" tanya Audy masih berusaha menetralkan amarahnya.

"Gue anter lo pulang." ucap Dante tegas. "Ga perlu. Gue bawa mobil sendiri kok ke sini. Ga mungkin tu mobil gue tinggal." ucap Audy tenang. "Kalau gitu..... Besok gue jemput lo ke sekolah." ucap Dante lagi masih belum menyerah. "Lo kenapa kekeuh amat perasaan mau jemput gue?" tanya Audy curiga.

"Gapapa. Gue cuma mau mengenal elo lebih jauh." ucap Dante santai. "Ini... Ga ada sangkut-pautnya sama Gilbert kan? Gue ga mau di seret-seret masuk ke dalam masalah kalian deh." ucap Audy malas. "Nggak. Ini ga ada sangkut-pautnya dengan Gilbert. Ini murni keinginan gue sendiri." ucap Dante jujur.

***

Audy pun menghela nafas pelan. "Sampai ini ada sangkut pautnya sana Gilbert gue ga akan segan-segan ngebuat lo masuk rumah sakit dengan tangan gue sendiri." ujar Audy serius. Dante pun mengangguk yakin. "Oke. Besok lo bileh anter jemput gue. Khusus untuk besok." putus Audy akhirnya memilih untuk mengalah.

Dapat Audy lihat, Dante sedikit bersemangat. "Yaudah, sekarang sebaiknya lo pulang. Gue juga mau pulang soalnya." ujar Audy tenang. "Gue boleh liat rumah lo?" Tanya Dante pelan. "Boleh. Maksud lo mampir?" tanya Audy santai. Dante hanya membalas dengan anggukan. "Boleh. Ntar gue kirim alamatnya. Gue udah tau nomor hp lo kok. Tenang aja." ujar Audy terdengar santai.

***

TRCY Audy

P

Simpan ini nomor gue

Dante. E

Ok

TRCY Audy

Rumah gue di perumahan xx blok CA 20

Dante. E

Ok. Besok gue jemput lo di sana

Jam 6.05

TRCY Audy

Ok. Gue tunggu. Atau nggak lo sarapan

di rumah hue sekalian

Dante. E

Jam 5.50 gue sampe sana

TRCY Audy

Ya. Terserah elo mau sampe jam berapa.

Gue uda blg sama penjaga klo bsk lo jemput gue

Dante. E

Ok.

***

Keesokan harinya, Mansion Clarissa, 05.45

"Lo tiba 5 menit lebih awal." ucap Audy tenang. "Entahlah. Gue lagi gabut aja di rumah." jawab Dante santai. "Terserah lah. Yaudah. Lo mau makan apa?" tanya Audy mengalihkan pembicaraan. "Terserah elo aja deh." ucap Dante malas.

"Dasar. Omelet mau ga?" tanya Audy datar. "Boleh." angguk Dante santai. "Yaudah. Tunggu bentar. Gie suruh maid bawain dulu." ucap Audy sambil berlalu ke dapur. Sepeninggal Audy, Dante pun melihat ke sekeliling ruang makan di mansion Clarissa.

***

Erlangga Senior High School, 06.45

"Lo maksa banget sih. Masih 15 menit lagi tuh." ucap Dante kesal. "Jelas ini terhitung siang. Kalau kita berangkat jam segini yang ada telat. Kalau telat, lo pasti minta bolos. Dan, lo tau gue ga bakalan biarin itu terjadi." ucap Audy tenang.

Dengan tenang, Audy berjalan di koridor sekolah tanpa merasa terganggu dengan segala macam tatapan yang diberikan kepadanya dan 90% berjenis kelamin perempuan. Karena, menurutnya itu adalah hal wajar. Siapa yang tidak terkejut coba? Audy yang ga pernah ketahuan sebagai keluarga orang kaya hari ini ia berangkat bersama Dante Erlangga, Ice Prince-nya Erlangga Senior High School yang membenci setiap perempuan di sekolah ini.

***

XI IPS 2, Erlangga Senior High School, 06.51

"Heh! Kok lo bisa bareng Dante gue sih!?" bentak Izzi ketus. Salah satu teman sekelas Audy yang membencinya. "Pertama, dia yang maun. Kedua, gue ga ngelarang dia jemput gue. Ketiga, semua orang juga bisa berangkat bareng seorang Dante Erlangga. Keempat, kami kebetulan bertemu di depan rumahku. Dan kelima. Sejak kapan seorang Dante Erlangga milik Izzi Celestria Hendrawan layaknya barang yang bisa di beli." ujar Audy tenang.

"Lo makin lama makin ngajak ribut ya?" ucapan Izzi kesal. "Gue ga ngajak lo ribut. Gue cuma ngomong apa adanya sesuai dengan fakta yang ada." balas Audy santai. "Lo jadi cewek ngeselin banget sih!?" ujar Izzi semakin kesal. "Terus? Kalau gue ngeselin kenapa? Lo mau ngeluarin gue dari sekolah? Coba aja. Coba aja lo ngeluarin Clarissa Audy!" bentak Audy tegas.

Izzi seketika terdiam. Ia baru tahu kalau selama ini ternyata Audy adalah seorang putri dari keluarga kaya. "Mending lo pergi dari hadaoan gue sebeluk gue buat lo masuk ke kuburan dengan tangan gue sendiri." kecam Audy dingin. Seketika Izzi pergi dari hadapan Audy dengan terbirit-birit. Bagaimanapun juga ia tak mau terkena masalah dengan Clarissa Audy.

Sepeninggal Izzi, Audy berdecih pelan. Menghadapi Izzi cukup membuat emosinya semakin parah. Namun, sepertinya mulai hari ini satu sekolah akan gempar karena dirinya. Karena, bagaimanapun juga ia cukup lantang memaki Izzi dan meneriakkan namanya.

***

Istirahat, Erlangga Senior High School, 13.03, Kantin

"Lo ngasih tau nama lengkap lo?" tanya Dante sedikit kaget. "Keceplosan. Habis gue kesal." jawab Audy sambil mengangjat bahu sekilas. Tiba-tiba saja Gilbert datang menghampiri mereka berdua. "Kenapa lo nyebarin nama lengkap lo?" tanya Gilbert langsung. "Kesal dan keceplosan." jawab Audy tenang. "Tapi...." ucapan Gilbert terpotong. "Kenapa lo yang repot? Kan dia yang ngelakuin. Lo yang repot?" potong Dante malas. "Gue setuju." ucap Audy santai.

"Gue bukan anak kecil, Bert. Jadi tolong jangan segitunya, gue ga suka di perhatikan sampai se detail itu oke?" lanjut Audy menghela nafas pelan. "Maaf. Gue cuma khawatir sama lo diang." ucap Gilbert pelan. "Gue tau. Gue harap setelah ini lo ga terlalu khawatir sama gue. Kan, gue juga bisa jaga diri. Tenang aja kalau ada masalah gue pasti cerita." ucap Audy berusaha meyakinkan Gilbert. Gilbert tak ada pilihan lain selain mengangguk mengiyakan.

*****

1174 wordS

24 Januari 2021

Maaf baru selesai chapter nya hehehe

jangan lupa vote, comment, like dan favorite kan

berani baca berani vote like dan comment!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!