Episode 5

Sesuai janji, Dante menjemput Audy menunggu depannya pukul 8 pagi. Selama perjalanan menuju mansion Erlangga tak ada satupun dari mereka yang membuka pembicaraan.

Mansion Erlangga, 08.20

"Selamat pagi, om. Maaf, saya pergi kemari pagi-pagi sekali tanpa mengkonfirmasi dengan om." ujar Audy sembari tersenyum ramah. Audy pun menatap sekitar. Hingga, matanya bertatapan dengan seseorang berwajah pucat pasi yang sedang berdiri di pojok ruangan.

Audy pun tersenyum. Tersenyum sinis samar. "Halo om Stefanus Erlangga. Atau harus kupanggil Stefan Erlangga? Lama tak jumpa setelah 10 tahun lamanya." ujar Audy terdengar tenang namun tatapannya masih tajam. Stefan pun semakin pucat.

***

"Iya. Lama tak jumpa Audy." ucap Stefan, kalau diperhatikan sedikit bergetar. Suaranya. "Kalian saling kenal?" tanya Dante kaget. "Ya. Sekitar 10 tahun lalu. Kejadian pembunuhan terjadi." jawab Audy tenang. "Kok bisa?" tanya Dante bingung. "Hm... Coba kamu tanya sama Stefan sendiri." ucap Audy santai.

"Em... Paman ga sengaja nemu Audy di jalan. Audy nangis jadi Pama tolong deh." ucap Stefan gemetar, 100% bohong tentunya. "Benar gitu?" tajya Briant yang merasa curiga. "100% tidak tuan Briant yang terhormat. Jika anda mengijinkan, saya akan menjelaskan kronologi nya. Setelah saya berurusan dengan Stefan." ucap Audy tenang. "Kamu akan berurusan dengan Stefan setelah kamu jelaskan kronologi nya." balas Briant tegas. Audy hanya mengangkat bahu sekilas lalu dengan tenang ia duduk di sofa.

***

10 tahun yang lalu...

Ran kecil, Clarissa, dan Ren bermain di Dufan. Ran bermain riang. Hingga, sepulang dari Dufan di tengah perjalanan ada seseorang yang menghalangi mereka. Ran tak tahu itu laki-laki atau perempuan karena ia menutupi dirinya dengan jubah dan wajahnya terhalang dengan topi jubahnya. Awalnya, Clarissa dan Ren tenang-tenang saja. Hanya Ren yang maju untuk berbicara dengan orang tersebut.

Hingga, Ran menyadari wajah ibunya mulai memucat setelah orang tersebut melepas penutup topi jubahnya. Clarissa cepat menyadari keadaan. Ia langsung menyuruh Ran lari dari mobil. Awalnya Ran menolak. Tapi, Clarissa memaksanya.

Mau tak mau, Ran harus lari dari sana sejauh mungkin. Ran memucat saat ia mengintip dari persembunyian nya. Kedua orang tuanya dibunuh oleh lelaki itu. Bukan rasa takut yang muncul namun, kebencian yang amat sangat. Ia pun mengingat wajah itu. Dan mulai mencari tahu sosok itu. Tak peduli seberat apapun rintangan yang

***

"Lalu, pembunuh itu?" tanya Dante penasaran sekaligus was-was. "Ya, dugaanmu benar. Pembunuh itu berasal dari keluarga mu. Lebih tepatnya, keluarga angkat mu. Orang yang kamu benci dari keluarga ini. Stefanus Erlangga. Atau yang bernama asli Stevan Anggara. Lelaki yang iri pada keluarga ku tanpa kutau apa alasannya iri. Hingga 10 tahun yang lqlu ia membunuh mereka." jelas Audy serius.

Tak main kaget nya ketika Audy selesai menjelaskan, sebuah suara pukulan terdengar dengan jelas. Satu ruangan ayo berat dengan apa yang baru saja terjadi di hadapan mereka. Stefan meninju wajah Audy dengan keras.

Audy sengaja tidak mengindari pukulan dari Stefan. Dapat ia rasakan darah segar menetes dari sudut bibirnya. "Pukulanmu tak berasa apa-apa padaku. Sepertinya itu alasannya kamu lebih suka menyerang orang dengan senjata." jelas Audy tenang.

Tak disangka-sangka Audy balas meninju wajah Stefan. Bahkan Stefan sampai mundur beberapa langkah karena pukulan Audy. Dante saja tak dapat membayangkan seberapa keras pukulan yang diberikan Audy kepada Stefan barusan.

***

Tak di sangka-sangka, Audy membuktikan ucapannya 'nyawa dibalas dengan nyawa'. Dengan tidak berperikemanusiaan, Audy membunuh Stefan. Dihadapan banyak orang bahkan, Dante sendiri tak berani berbuat apa-apa setelah melihat paman angkatnya di bunuh tepat di depan matanya toh, ia juga benci pada Stefan.

"Saya minta maaf karena saya sudah memicu keributan di sini." ucap Audy tanpa terdengar menyesal sama sekali. "Jujur, awalnya saya tak senang dengan perlakuan mu pada adik angkat saya. Namun, setelah apa yang ia perbuat, kurasa kamu berhak melakukan itu." sahut Briant terdengar berwibawa walau dalam hati masih kaget. "Ya... Saya kurang puas jika Nanti dia hanya kan di hukum seumur hidup di penjara." ujar Audy tenang.

***

Saat ini Briant sudah tidak mempermasalahkan apa yang baru saja terjadi. Bahkan, ia cenderung akrab dengan Audy. Dante sendiri sampai geleng-geleng kepala melihat ayahnya akrab dengan kekasih nya.

"Jadi, om berencana membuat proposal penawaran kerja sama dengan Clarissa Company?" tanya Audy tenang. "Rencananya begitu." ucap Briant tak kalah tenang. "Maaf sebelumnya om, tapi saya tawarkan om bekerja sama dengan Luther Company saja. Selain karena perusahaan itu tingkatnya tidak terpaut Jauh dengan perusahaan Erlangga, saya juga sudah bekerjasama dengan Nakamura  International Company yang tak terpaut jauh dengan Clarissa Company." jelas Audy serius, tak enak hati, dan terlihat penuh wibawa.

"Begitu." ucap Briant kaget. "Om ga nyangka kamu juga Memperhatikan perusahaan lain." ucap Briant lagi dengan senyum tipis di wajahnya. "Iya. Agar tidak terjadi hal yang diinginkan antar perusahaan... Saya memperhatikan mereka." angguk Audy tenang. "Pa, Audy juga terkadang turut andil menangani perusahaan yang bermasalah." tambah Dante. "Iya. Jika memang harus mau tidak mau harus terjun. Tapi.... Kamu tahu dari mana soal itu?" tanya Audy bingung. "Pernah nongol di artikel. Nih." ucap Dante yang menunjukkan layar hp nya yang memperlihatkan sebuah artikel di internet.

"Oh.... Yang ini udah 5 tahun silam itu." ucap Audy manggut-manggut santai. "Papa juga tahu soal itu. Audy ini juga pernah membantu menyelesaikan masalah di perusahaan papa." ucap Briant tenang. "Ya. Kuakui itu benar. Clarissa Comapny sudah membantu Erlangga Company sebanyak 2x. Sekali oleh aku dan sekali lagi oleh ibuku. Clarissa Agatha." tambah audy membenarkan Ucapan Briant. "Agatha itu ibumu?" Tanya Briant kaget. "Iya. Dia ibu saya. Ayah saya Tan Ren-Ji meninggal dunia karena di bunuh oleh Stefan. Bukan penyakit mematikan." angguk Audy tegas. "Kalu gitu kamu..." ucapan syok Briant Audy potong. "Ya. Saya Tan Ran Clarissa Yoon. Salam kenal. Biasa dipanggil ran waktu kecil sekarang Audy." ucap Audy memperkenalkan diri dengan santai.

***

Briant benar-benar kaget mendengar penuturan Audy barusan. Ia tak menyangka, saat ini ia benar-benar sedang berhadapan dengan putri Clarissa Agatha. Ia pikir putri tunggal Agatha ikut meninggal dengan berita bunuh diri di artikel dan saat ini di gantikan oleh Audy yang dikabarkan sebagai putri angkat Mereka.

"Soal berita bunuh diri itu sepenuhnya hoax. Mereka meninggal saat umurku 7 tahun. Anak gila mana yang berpikiran untuk bunuh diri di saat umurnya masih kecil? Mending si titipin di panti asuhan." ujar Audy tenang. "Aku mengubah karakterku. KTP ku palsukan. Termasuk dengan KK. Sedangkan yang asli ku simpan rapat-rapat." ucapan Audy lagi.

"Kapan kamu ngelakuin itu?" tanya Dante kaget. "Umur 14 tahun aku merencanakan semua itu. Ku tutupi semua nya se rapat-rapat nya. Umur 16 tahun aku nekat membangun Clarissa Company dari bawah lagi di bawah naunganku langsung." jawab Audy tenang. Tak main-main, Dante dan Brian terkejut mendengarnya.

***

18.40, taman bermain

"Maaf sepertinya aju sudah terlalu banyak membuatmu dan ayahmu terlalu syok hari ini." ucap Audy pelan. "Ya, cukup mengagetkan memang. Tapi, setidaknya masalah ini cepat selesai." ucap Dante santai. "Ya. Beruntunglah aku sudah membiasakan diri untuk menangani berbagai macam masalahjadi sudah cukup tanggap untuk memikirkan jalan keluar kalau tidak, bisa-bisa masalah ini terus berlanjut entah sampai kapan." jelas Audy sambil menghela nafas pelan. Ia merasa lega.

"Em... Audy." panggil Dante pelan. "Ya?" tanya Audy tenang sambil menatap langit yang bertaburkan bintang. "Boleh.... Aku memanggilmu Ran? Seperti waktu kamu kecil?" tanya Dante pelan. Audy pun tersenyum kecil. "Aku memang trauma dengan masa kecil ku. Hanya sedikit. Tapi, bukan berarti panggilan masa kecil itu bisa membuatku kembali trauma bukan? Kamu boleh memanggilku Ran kalau kamu mau. Aku mengizinkan itu. Panggilan Ran itu.... Hanya boleh terucapkan dari orang-orang yang aku percaya dan aku kenal dekat saja. Jadi, ga banyak yang manggil aku 'Ran'." jelas Audy sambil tersenyum kecil kepada Dante.

***

Keesokan harinya, Istirahat makan siang, 12.05, Erlangga Senior High School

"Sejak kapan Dante memanggil mu 'Ran'?" tanya Chika bingung. "Sejak semalam." jawab Audy santai. "Artinya apa? Namamu kan tidak ada kata 'Ran'?" tanya Chika penasaran. "Ya,.... Sebenarnya ada. Lo tau sendiri gue blasteran. Nama gue udah nyebar di seantreo sekolah deh. Kan elo denger sendiri, Ka. Waktu di kelas 20 hari yang lalu." ucap Audy santai. "Iya deng. Buset, lo masih inget sampai se-detail itu?" ucap Chika kaget. "Ya... Ga tau juga. Masuk memory otak." ucap Audy sambil mengangkat bahu sekilas dengan tenang.

Tak lama kemudian, Dante dan Gilbert menghampiri mereka. Tentu, Dante datang dengan gaya cool nya. Dan Gilbert dengan gayanya yang santai. "Ayo ke kantin Ran/Audy." ucap Dante dan Gilbert berbarengan. Seketika Gilbert mengernyit bingung. "Sejak kapan Audy ngijinin lo manggil dia 'Ran'?" tanya Gilbert kesal. "Semalam." jawab Dante tenang. "Udah stop! Kalian berdua ini ga bisa berhenti bertengkar tah!?" ucap Audy sambil bertolak pinggang kesal.

******

Selamat membaca

1401 words

사랑해💜

Jangan lupa vote, Like, comment, dan favoritekan yaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!