Episode 2

Senin, Erlangga Senior High School, 06.47

Lagi-lagi, Audy harus berhadapan dengan Dante di pintu gerbang, "Lo kayaknya ga ada kapok-kapoknya deh gw omelin." Uca Audy datar. Ia sudah hampir mati bosan dengan Dante yang kekeuh mendekatinya terus-menerus sejak kejadian di perpustakaan waktu itu.

"Gw uda pernah bilang kan kalau lo itu menarik?" Ujar Dante tenang. "Ya gw belum pikun. Tapi, lo ga perlu ngikutin gw setiap saat juga." Balas Audy datar. "Kalau gw ga kayak gini , gw ga bakal bisa ketemu elu." Balas Dante tenang. "Astaga! Lo ini asalnya dari mana sih?? Kan kemaren pak Rian udah bilang. Lo itu harus gw bimbing. Ya, kita pasti ketemu lag waktu jam. Bimbingan. Lo ini kadang-kadang pikun." Ujar Audy geleng-geleng kepala.

"Kalau di luar jam bimbingan ga boleh?" Tanya Dante yang terdengar sok polos. Seketika Audy langsung menepuk dahi nya sendiri. "Lo bego banget sih kadang. Ya bolehlah. Tapi ga kek gini juga kalau mau ketemu sama gw, istirahat sama sekolah aja kalau mau ketemu." Jelas Audy pelan. "Sabtu Minggu?" Tanya Dante lagi. "Boleh tapi jangan terlalu sering." Jawab Audy lagi.

***

11 IPS 2, ERLANGGA SENIOR HIGH SCHOOL, 06.52

"Kayak biasa ya? Dimana ada lo pasti di sana ada Dante." Ledek Chika pelan. "Haha... Ga lucu, Chik. Yang ada juga gue bisa stress diikutin dia terus tiap hari berasa kek diikutin bodyguard aja." Ujar Audy malas. "Tapi, lumayan juga sih... Lo jadi punya bodyguard dadakan di sini. Anak kepala sekolah pula bodyguardnya." Ucap Chika sambil membayangkan sesuatu. "Lumayan buat lo! Kalau gue mah adanya bikin gue makin stress." Sungut Audy cemberut berat.

Belum sempat Chika membalas ucapan Audy barusan, Dante sudah lebih dulu menarik lengan Audy pergi dari kelas. Di kantin, Dante langsung mendudukkan Audy di salah satu bangku kantin. "Apaan sih?" Tanya Audy terdengar kesal. "Temenin gue bolos." Ucap Dante serius. "Temenin? Ga ada! Bolos aja sendiri!" Ujar Audy langsung beranjak dari bangkunya, namun Dante dengan sigap menahan lengannya. "Oke-oke, kita ke perpustakaan, Bimbingan." Ucap Dante tak putus semangat. "Nanti aja, pulang sekolah. Gue ga mau ketinggalan pelajaran!" Ujar Audy rada panik.

"Oke, tapi ada syaratnya." Ujar Dante sambil menunjukkan smirk miliknya. "Syarat-syarat an lagi. Apaan buruan!" Ujar Audy yang sudah ingin beranjak pergi ke kelasnya. "Gue masuk ke kelas lo." Jawab Dante Tenang. Lalu tanpa menunggu Audy membalasnya, ia sudah berjalan menuju je kelas 11 IPS 2 tentunya sambil menggandeng tangan Audy. Audy yang terseret mau tak mau menurut, lagipula ia sudah malas untuk memperdebatkannya lagi, terutama Dante bukan orang yang mudah untuk Diajak berdebat.

***

Semua penghuni di 11 IPS 2 syok melihat Dante dan Audy memasuki kelas terlebih lagi, Dante dengan tenangnya duduk di sebelah Audy. Bahkan, tak jarang Dante juga mengerjakan tugas milik Audy. Walaupun sudah beberapa kali Audy melarangnya.

Audy hanya dapat menghela nafas pelan menghadapi ulah Dante yang terkadang membuatnya kesal itu.

***

Istirahat, kantin Erlangga Senior High School, 13.05

"Bukan berarti lo masuk ke kelas gue terus ngerjain semua tugas gue juga." Omel Audy kesal. "Inti ucapan lo tadi pagi kan gue masuk kelas. Udah deh." Balas Dante tenang. Tiba-tiba saja, Gilbert datang ke meja mereka dan langsung meninju wajah Dante dengan keras. Bahkan Audy saja sampai terlonjak kaget melihat apa yang Gilbert lakukan terhadap Dante.

"Astaga! Gilbert! Lo ngapain sih!?" Ujar Audy syok. "Apa yang lo lakuin ke Audy brengsek!?" Umpat Gilbert marah. Audy langsung melerai Gilbert dan Dante sebelum mereka menghancurkan kantin. "Udah! Stop. Kalian berdua ini apa-apaan sih! Gilbert, lo kenapa coba?" Dateng-dateng langsung nonjok orang!" Omel Audy kesal.

***

"Dy, lo jangan mau belain buaya darat kayak dia!" ucap Gilbert tanpa mengalihkan pandangannya dari Dante. "Maksud lo apa!? Gue belain apaan coba!? Gue cuma disuruh sama pak Rian buat bimbing dia!" ucap Audy terdengar kesal. Sementara Audy dan Gilbert sibuk berdebat, Dante mengelus bekas tinjuan Gilbert yang cukup sakit di pipinya.

"L9 percaya bisa ngerubah anak iblis ini?" tanya Gilbert tak percaya. "Gil, ga ada salahnya mencoba sesuatu yang baru. Ga ada salahnya gue percaya Dante bisa berubah jadi lebih baik. Dia pasti punya kelebihan." Ujar Audy tegas.

Gilbert menggenggam erat kedua tangan Audy. "Untuk kali ini aja please, percaya sama gue. Dante bukan cowok baik-baik. Jauhin dia. Gue ga mau lo celaka karena cowok brengsek ini." ucap Gilbert terdengar serius dan sedikit memohon. "Bert, gue selalu percaya sama elo. Tapi, untuk kali ini biarin gue keluar dari zona nyaman gue, keluar dari perlindungan elo. Gue tau Dante bukan cowok baik-baik tapi, apa semua cowok badboy kayak dia ga bisa berubah? Justru 90% cowok badboy itu bisa sukses Gil. Asal ada usaha. Gue percaya sama elo. Gue juga percaya sama Dante. Gue bisa jaga diri gue Gil." Jelas Audy pelan.

***

"Gue tau lo bisa jaga diri, tapi ga gini caranya." ucap Gilbert memelas. Audy pun menghela nafas pelan. Ia tahu seperti apa Gilbert kalau sudah menyangkut soal dirinya. "Bert, untuk kali ini aja, please biarin gue melihat dunia bukan dari balik punggung elo." ucap Audy memohon dengan amat terpaksa.

Gilbert seketika tertegun. Untuk pertama kalinya, Ia melihat Audy memohon. Memohon kepada dirinya. Sebenarnya Audy sangat malas untuk memohon. Tapi, mau bagaimana lagi, ia harus melakukannya.

Dengan berat hati, Gilbert pun mengalah. Mau seperti apapun perdebatan nya, sudah dapat dipastikaj pada akhirnya ia akan mengalah. Audy tahu seperti apa kebencian yang Gilbert rasakan terhadap Dante. Namun, ia tak tahu apa yang memicu kebencian itu diantara mereka.

***

Pulang sekolah, lobby Erlangga Senior High School, 16.40

"Katanya lo mau bimbingan gimana sih!?" Dumel Audy kesal. "Gue maunya tadi. Kalau sekarang sih, gue males." jawab Dante tenang. "Emang lo itu ya, udah brengsek, pemalas, plin-plan juga!" Omel Audy kesal. "Terus lo mau apa?" Tanya Dante menantang. "Mau gue? Ya, gue mau pulang lah! Gitu aja ditanya." balas Audy ketus sambil melangkah pergi.

Sebenarnya Audy hanya berbohong. Ia tak pulang ke mansionnya. Lagipula, mansionnya sepi. Hanya ada sekumpulan Maid, penjaga dan, seorang Butler setianya. Sementara, Clarissa Agatha dan Tan Ren-Ji, kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Audy benar benar menuruni mereka berdua. Blasteran Tiongkok, Jepang, Korea, Amerika.

Agatha berasal dari AS, sementara ayahnya lahir di Indonesia namun, blasteran Tiongkok, Jepang dan Korea. Mereka bertemu di Bali karena Ibunya ada panggilan pekerjaan di Bali, Indonesia.

Audy tidak terlalu kesepian. Ia bahkan bisa dibilang cukup sibuk. Ayahnya seorang Pemilik restoran bintang 5 yabg saat ini Audy urus., ibunya adalah pemilik perusahaan C.A Company yang Audy jadikan perusahaan cabangnya Clarissa International Company, perusahaan miliknya.

Clarissa International Company adalah perusahaan yang sudah Audy bangun dengan jerih payahnya sendiri. Dan saat ini, Clarissa International Company sudah masuk ke dalam 3 besar perusahaan International terbesar di dunia. Oleh karena itu, ia berusaha sebaik mungkin untuk tetap berada di posisinya dan tidak turun peringkat.

Audy memang tidak pulang ke mansionnya tapi, ia pergi ke Clarissa Company atau C.C. salah satu perusahaan cabang yang ia bangun di kota Surabaya (abaikan author hanya ngasal wkwk) karena, Clarissa International Company ada di AS, ia tak mungkin terbang bolak balik AS-Indonesia bukan? Sedangkan C.A ia pindahkan ke London, Inggris.

***

Clarissa Company, 16.57

"Denno, apa yang terjadi selama aku tidak mengawas kemarin?"  tanya Audy serius. "Tidak ada nona, semua stabil tidak ada permasalahan yang serius." Jawab Denno sopan. "Bagaimana dengan perkembangan project yang kamu lakukan di Kalimantan Utara?" tanya Audy lagi. "Lancar nona. Bahkan beberapa warga disana akan ikut membantu project ini. Hari ini, saya akan mengirimkan beberapa anggota ke lokasi, untuk membantu project sekaligus mengawasi perkembangan secara langsung." Jawab Denno serius.

Audy yang mendengan penjelasan dari Denno pun mengangguk angguk paham. "Kalau begitu, aku juga akan mengirimkan beberapa orang kepercayaan ku untuk ikut serta dalam project mu dan terjun langsung ke lokasi project." putus Audy tegas. "Baik, nona. Dan terima kasih atas bantuannya." ucap Denno merasa senang karena Audy mau membantunya.

Setelah mengucapkan 'sama-sama' Audy pergi ke ruang kerja miliknya yaitu, ruang CEO. Alangkah kaget nya Audy, begitu ia membuka pintu ruang CEO, ia melihat Dante yang dengan tenangnya duduk di sofa yang memang sengaja ia sediakan di ruang kerjanya untuk tamu dan dirinya terkadang.

***

"Lo ngapain disini!?" ucap audy syok berat. "Gw? Gw disuruh bokap ke sini. Disuruh ketemu sama CEO." jawab Dante malas. "Ada perlu apa bokap lo sama CEO perusahaan ini?" tanya Audy lagi kali ini ia terdengar lebih serius. "Gw perlunya sama CEO perusahaan ini bukan elo!" bertepatan dengan bentakan itu, Clara, sekretaris Audy memasuki ruangan.

"Anu... Maaf nona. Ia Dante Erlangga putra dari Briant Erlangga. Ia ingin bertemu dengan nona. Dan tuan... Ini CEO yang anda maksud tadi." jelas Clara sopan. "Kamu boleh keluar. Terima kasih atas infonya." ucap Audy. Jika pendengaran dan penglihatan Dante cukup tajamia pasti menyadari ada aura yang berbeda dari Audy. Ia jadi lebih berwibawa.

Tapi, sepertinya indra penajam Dante hari ini sedang liburan. Ia justru syok mengetahui bahwa Audy CEO dari perusahaan Clarissa Company. "Lo CEOnya!?" ucap Dante kaget. "Iya lah. Udah jelas dari nama lengkap gue kali! Clarissa Audy putri dari pasangan Clarissa Agatha asal Amerika Serikat dan Tan Ren-Ji blasteran Tiongkok-Jepang-Korea yang lahir di Indonesia. Sekaligus pasangan itu sudah meninggal dunia dari 10 tahun yang lalu." jelas Audy datar. Seolah-olah ia sudah tidak punya lagi rasa sedih akan kematian kedua orang tuanya.

Dante terdiam mendengar ucapan Audy. "Sorry." ucap Dante pelan. "Ga masalah... Lagipula itu udah masa lalu. Omong-omong, ada apaan lo nemuin gue?" tanya Audy langsung back to the topic. "Begini, bokap gue mau ngadain acara di gedung. Lo bisa dateng ga?" tanya Dante sambil menyodorkan secarik kertas yang berisi alamat.

Audy pun mengambil kertas yang Dante sodorkan tersebut dan membacanya. "Kapan?" tanya Audy lagi. "Minggu, 19.00." jawab Dante datar. "Oke. Gue usahain dateng." ucap Audy tenang. Dante pun menjawab dengan anggukan kepala. "Aku jemput." ucap Dante pelan.

"Ke pesta itu? Tak perlu aku bawa mobil sendiri." tolak Audy lagi. "Ya sudah." ucap Dante pasrah. "Siapa aja yang diundang?" tanya Audy lagi. "Beberapa teman kerja bokap doang sama keluarganya Gilbert." jawab Dante datar. "Oo... Pesta perusahaan ya." ucap Audy pelan.

"Yaudah nanti gue berangkat bareng sekretaris. Thanks infonya." lanjut Audy tenang. Dante pun membalas dengan anggukan kepala. "Lo ...,pulang jam berapa?" tanya Dante penasaran. "Tergantung. Kalau cuma sedikit ya paling jam 5. Kalau banyak ya... Lembur. Jam 3 pagi mungkin." jawab Audy tenang.

****************************************************************************

Maafkan author yang jarang up ya hehehehe

Author sibuk sama sekolah udah amu lulus soalnya

Tolong vote dan comment nya yaaaa

1733 words kali ini hehe

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!