Sampai rumahnya Adrian melemparkan tubuhnya duduk di sofa ruang keluarga, Bapak sama Ibu nya yang lagi ngobrol sambil nonton tv saling pandang.
"Kelihatan sama Ibu kamu kesel banget ada apa,dari mana, apa sudah makan?"
"Saya mau tanya sama Bapak kenapa kartu kredit sama ATM ini nggak di isi, bikin malu aja."
"Loh emang siapa yang membekukan kartu kamu, coba tanya ke bagian keuangan."
Ibunya Adrian menimpali sambil memandang suaminya dan anaknya berkali kali.
Pak Surapraja mengangkat sebelah tangan ke hadapan istrinya memberi isyarat kalau dirinya yang mau bicara pada anaknya.
"Adrian, kamu marah hanya karena kartu kamu nggak di isi saldonya dan tak bisa digunakan, sedang di luar sana orang orang banting tulang peras keringat hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, mereka tidak marah dan marah pada siapa?"
"Ini tak seperti biasanya Pak aku sampai malu dan menyimpan SIM buat jaminan di restoran apalagi aku habis makan sama teman perempuan ku."
"Bagus, kalau kamu masih punya rasa malu, berarti kamu orang yang bertanggung jawab,semua itu instruksi dari Bapak karena Bapak sama Ibu ini sangat menyayangimu."
"Rasa sayang kok seperti itu bikin malu anaknya."
"Bapak sama Ibu ingin kamu merubah kebiasaan kamu menggampangkan masalah tanpa introspeksi diri."
"Maksudnya apa?"
"Mau kartu kredit sama ATM kamu isi? ya bekerja seperti orang lain, mau tiap bulan gajian ya bekerja sesuai pekerjaanmu, tiap hari orang orang ngantri melamar pekerjaan kamu nggak usah ngantri langsung di terima, nggak usah nyari pekerjaan semua ada di depan mata."
"Pak, Adri kan belum mau kerja."
"Lantas mulai kapan kamu maunya hah? Mau mendalami usaha yang Bapak rintis ini? setahun lagi? dua tahun lagi? apa nunggu usaha ini nggak ada penerusnya?"
"Tapi kan Adri belum siap Pak."
"Berarti kamu belum siap menikmati fasilitas hasil usaha ini, Bapak stop semua keuangan kamu mulai sekarang kalau sudah siap bekerja hubungi Pak Daud, kalau belum merasa mampu bekerja mau melanjutkan kuliah silahkan tamat kan dulu kuliahmu, masa depanmu kamu yang tentukan Bapak hanya memfasilitasi."
"Terus Adri harus ngapain?"
"Pikirkan dulu keinginanmu, mau sekolah menamatkan kuliah apa mau kerja baru ambil keputusan, mau kerja di mana pikirkan juga nanti Pak Daud yang mengatur."
"Kenapa harus pak Daud yang mengatur?"
"Adrian bekerja itu ada team nya, tak mungkin semua Bapak yang mengatur perusahaan itu sendiri tak akan besar tanpa di pegang orang ahlinya, dan Bapak pasti kewalahan kalau harus urus semua, semua sudah bapak serahin ke management jadi management yang menangani segalanya secara profesional dan itu yang belum kamu tahu."
Adrian kalah argumen sama Bapak nya, Adrian terdiam entah mengerti entah apa yang di pikirannya.
"Dua hari waktu untuk berpikir harus menyampaikan keinginanmu, mulai dari sekarang istirahat tidur yang cukup agar besok bangun fresh bisa mengambil keputusan, tidak seperti waktu kamu ngantar Bapak ke rumahsakit nabrak dagangan orang masih beruntung nggak ada korban jiwa."
Adrian duduk tak bergeming di kursinya, dan pak Surapraja telah meninggalkan ruang keluarga dan masuk kamarnya, tinggal Ibunya yang masih memperhatikan anaknya.
"Bu sebenarnya apa rencana Bapak itu...?"
"Bapakmu merencanakan masa depanmu dan masa depan perusahaan kita."
"Saran Ibu kuliah aja dulu tamat kan baru memikirkan kerja, tapi kalau mau sambil kerja juga boleh tapi tenaganya mampu nggak? Adri hampir delapan puluh persen yang kerja di perusahaan kita adalan sarjana,kamu itu adalah calon pemimpin penerus Bapakmu apa kamu nggak malu belum punya titel,sementara yang akan menjadi bawahan mu hampir bertitel bahkan ada yang lulusan luar negeri walau kamu adalah pewaris The Praja Hotel tapi harus punya wibawa dan kecakapan dalam memimpin."
"Adri pikir pikir dulu Bu."
"Jangan terlalu lama berpikir, kamu sudah dewasa sudah saatnya mengerti segala sesuatu yang menjadi keinginan orangtua, Ibu takut kamu menyesal, dan tak bisa memegang kendali perusahaan, karena Bapak mu mulai sekarang akan membiarkan kamu berfikir dan belajar sendiri, tidurlah sayang sudah malam."
"Ya Bu."
Adrian berjalan menuju kamarnya, Ibunya memandanginya sampai Adrian hilang di belokan tangga.
Adrian terlentang di kasur, kamarnya yang luas tak membuat lengang hatinya, teringat kekasihnya Livia yang marah hanya masalah kecil seperti itu, dan kali ini ia membiarkannya tanpa turun dan merayunya, Adrian kesal dengan kata katanya.
Terngiang kata kata Bapaknya tadi...
"Dua hari waktu untuk berpikir harus menyampaikan keinginanmu, mulai dari sekarang istirahat tidur yang cukup agar besok bangun fresh bisa mengambil keputusan, tidak seperti waktu kamu ngantar Bapak ke rumahsakit nabrak dagangan orang masih beruntung nggak ada korban jiwa.
Adrian teringat kejadian itu,mulai dari nabrak dagangan orang dan berurusan dengan orang orangnya, dan urusan rumahsakit dan Aryanti, ya Aryanti gadis yang baru di kenalnya segala bisa, juga segala tahu tapi dirinya tak sempat berterimakasih, kenapa ya aku nggak sempat ucapin terimakasih? padahal begitu banyak dan lama waktu saat di rumahsakit, akankah ia ketemu lagi? ah biarin mungkin Bapaknya sudah berterimakasih padanya.
Masih lekat di ingatannya saat Adrian memanggilnya wanita, terus Aryanti protes.
"Manggilnya wanita, aku itu punya nama ya panggil nama lah, sini kenalan dulu nama saya Aryanti mau panggil Yanti boleh mau Ar boleh mau semua Aryanti juga boleh situ siapa namanya ?"
Adrian tersenyum kaku banget gua ini fikirnya, apalagi di hadapan cewek, tapi kenapa di hadapan cewek kampungan macam Aryanti juga dirinya masih aja kaku, ya kampungan banget dandanannya kayak santri santri gitu nggak modis banget serba tertutup juga kalau bicara lebih banyak nunduk nya, beda jauh dengan kekasihnya Livia, body terawat banget, putih tinggi dengan rambut sebahu potongan panjang kriting di ujung ujungnya.
Adrian terus aja melamun kembali ke permasalahannya apa yang akan di ambilnya sebagai jawaban dari keputusannya mending kerja aja lah biar dapat fasilitas walau asal asalan, asal hadir aja pada waktunya, absensi terisi beres, sedangkan kalau kuliah harus serius mikir dan belajar itu mungkin jenuh dan tak disukainya.
Ya tekadnya sudah bulat satu keputusan sudah di fikirkan yaitu kerja aja, pagi aku harus sudah bangun, siangnya ngambil SIM di restoran dulu baru aku datangi Pak Daud kerjanya bagian apa juga harus ngapain Adrian nggak ngerti kita lihat aja besok.
Sebenarnya Adrian nggak begitu suka dengan orang yang namanya Pak Daud, banyak ngatur, walau nggak banyak omong, juga tampangnya yang serem, bertentangan dengan dirinya yang biasa seenaknya dalam segala urusan, tapi kenapa Bapaknya begitu cocok dan begitu lama kerja bareng sama yang namanya pak Daud, bahkan sekarang jadi orang no 1 kepercayaan Bapaknya.
.
.
.
.
Penulis sedang merevisi novel ini dari awal dan ingin menyempurnakannya menjadi idealnya bab sebuah novel, jadi untuk itu akan menambah bab tanpa merubah tokoh dan alur cerita.
Terimakasih, Selamat membaca kembali 🙏
💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Qiza Khumaeroh
wlaupun prushaan itu milik bpkmu tp ngga seenky jg panjul,,
2021-05-17
0
Ali Abdur Rahman Hafidz
suka bacanya ,ceritanya natural .
2021-04-17
1
Ayu Rahayu
jadi ob yaa adrian
2021-03-20
1