Sepeninggal Aryanti dan Mang Diman Pak Surapraja lama termenung mengamati Anaknya tidur di sofa ruang keluarga, begitu tanpa beban mau tidur ya tidur, mau main ya main, nggak mau kuliah ya keluyuran kemana Ia suka bersama teman temannya dan itu di biarkan sampai Ia merasa bosan sendiri.
Tapi semakin hari semakin Ia amati tak kunjung ada perubahan, kuliah terbengkalai, belajar memahami pekerjaan orangtua juga enggak, disuruh mondok di pesantren memperdalam ilmu agama menolak sebenarnya apa mau mu Anakku?
Aku memang terlalu mencintai dan menyayanginya, Dia saksi perjalanan rumahtangga dan usahaku. Apa yang Dia inginkan Aku kasih apa yang Dia mau Aku kabulkan malah Adiknya Adelia nyusul Kakaknya sudah mulai masuk kuliah.
Pikirannya melayang pada sosok Aryanti, seandainya Anakku seperti itu begitu lembut memperlakukan Aku sebagai orang tua, betapa damainya saat bicara menawarkan pertolongan, pekerja keras bahkan kerja bergantian dengan Bapaknya, pontang panting menyisihkan uang untuk bisa kuliah.
Sedang keadaan Aku apa yang kurang? jangankan untuk biaya kuliah untuk membuat sekolah tinggi pun Aku sanggup.Tapi di sisi lain Anakku tak ada kemauan untuk menyelesaikan kuliahnya,sedang tuntutan pekerjaan mengharuskan seperti itu harapan orangtua Anak bisa meneruskan bisnis yang di bangun dari bawah.
Akan seperti apa jadinya kalau semua bawahannya bertitel sarjana? sedangkan bakal calon pimpinan mereka belum jadi apa apa?
Pak Surapraja menarik nafas berat harus ada perubahan, dan harus punya trik agar Aku bisa memasukkan faham yang benar dan dimengerti oleh Adrian, Adrian harus mengerti apa keinginanku dan harapanku padanya, Aku harus agak keras sedikit dan itu sesuatu yang belum Aku coba.
Pak Surapraja lalu video call seseorang dan menyuruhnya datang, selalu video call karena Pak Surapraja selalu ingin tahu lagi apa dan di mana lawan bicaranya berada, seperti pada istri, anak-anak nya juga orang kepercayaannya.
Tak lama berselang datanglah satpam memberitahu orang yang di panggil sudah di depan.
"Pak Praja, Pak Daud sudah ada di depan suruh menemui Bapak di mana?"
"Ya, suruh tunggu di ruang kerja Saya."
"Baik Pak."
Satpam pun ngeloyor pergi lagi dan Pak Surapraja bangkit sambil menatap Anaknya Adrian yang tidur di sofa.
Pak Daud lebih tepatnya adalah ajudan tangan kanan Pak Surapraja atau lebih di kenal orang kepercayaannya, juga saudara jauh, dan teman seperjuangan Pak Surapraja teman kuliahnya dulu mungkin sekarang tepatnya seorang dewan pertimbangan Pak Surapraja tentang urusan bisnisnya, tentang urusan keluarganya juga urusan urusan lainnya.
Pak Daud berperawakan tinggi gede kulit coklat dan berkumis lebat, seperti bodyguard bodyguard di film mafia, tapi itu hanya tampak luarnya saja lain kalau sudah kenal hatinya orang pasti nggak nyangka hatinya baik ngomongnya sopan begitu menghargai setiap orang.
Pak Surapraja menarik napas berat dan panjang di hadapan Pak Daud, seakan punya beban yang begitu berat.
"Pak Praja memanggil Saya?"
"Ya Mas, Aku sudah sakit sakitan terlalu capai mengurus bisnis Kita yang semakin berkembang sesuai tuntutan keadaan dan zaman tapi Aku belum bisa estafet kan semua ini pada generasiku."
"Ya ya ya..."
"Mas tahu sendiri apa yang bisa Aku harapkan dari Anakku Adrian, kuliah nggak tamat tamat malah sekarang ke susul Adiknya Adelia mulai masuk kuliah, kecemasanku sangat beralasan Mas."
"Saya paham Pak."
"Coba Mas bantu Saya cari solusi untuk masalah ini, tiap hari orang melamar pekerjaan di hotel kita dengan titel sarjana, D3 dan sudah jarang setingkat SMA. Sedangkan bakal calon pimpinan Kita jangankan titel sarjana luar negeri sarjana dalam negeri juga belum nempel di namanya."
"Barangkali ada rencana Bapak atau Kita pikirkan bersama?"
"Mas sebenarnya Saya terinspirasi seorang gadis namanya Aryanti, dari keluarga biasa biasa saja kerja nunggu odong odong di sela sela waktu kuliahnya gantian sama Bapaknya di pertigaan pasar, tapi Dia punya semangat belajar tinggi Dia kuliah dan hampir selesai."
"Bapak kenal dari mana?"
"Panjang ceritanya Mas, pernah nolong dan memberi jalan keluar dari permasalahan ku waktu Aku pagi itu tiba tiba sakit dan Aku maksa Adrian mengantar ke rumah sakit. Adrian yang dalam kondisi ngantuk berat nabrak odong odong Dia dan dagangan lainnya masih untung nggak di hakimi orang se pasar.
Aku negosiasi sama Dia dan Aku ajak ke rumah sakit diantar temannya tukang parkir tapi Aku begitu damai dengan cara Dia memperlakukanku, menolong Aku menawarkan sekecil apapun bantuan untukku."
Pak Daud manggut manggut, sambil mengerutkan keningnya, seperti berfikir...
"Sampai Aku membayangkan andai Anakku yang seperti itu Mas betapa bahagianya hati ini, hormat sayang nurut sama orangtua."
"Sabar Pak, sabar...belum saatnya saja Kita kan lagi mencoba mengarahkannya ke arah yang lebih baik."
"Nak Aryanti begitu sempurna sebagai seorang Anak itu yang ada di pikiranku Mas, dan Aku ingin Anakku meneladani Dia. Aku ada rencana untuk Adrian Langkah pertama ajak Dia gabung di team kerja Kita bagaimanapun caranya Dia sangat berpotensi dan pasti gigih, langkah kedua stop kegiatan Adrian yang tidak bermanfaat seperti kumpul kumpul dengan teman temannya, begadang semalaman dan keluyuran nggak jelas, langkah ketiga masukkan Adrian ke team kerja Kita dan satu lagi Nak Aryanti jago taekwondo buat Adrian menyukai beladiri itu."
"Saya mengerti arah Bapak, saya sudah dapat membaca arahnya, akan ada kompetisi nantinya, sesuatu yang tak terpikirkan sama Saya Pak semoga jalan ini berhasil."
"Saya mengandalkan mu Mas, dan Saya serahkan sepenuhnya sama Mas, oh ya... untuk mengajak Nak Aryanti bergabung boleh pake nama saya selanjutnya itu tugasmu."
"Saya siap Pak, Saya akan melaporkan setiap perkembangan yang di capai."
"Bagus, Saya sudah nggak sabar ingin perubahan yang berarti di Anak Saya dan ingin Nak Aryanti menjadi bagian dari perusahaan Kita, karena Dia begitu menginspirasi Saya."
"Baik Pak hari ini Saya akan memulainya menjadi detektif dulu haaaaaaaa..."
Pak Daud pamitan dan bersalaman sambil tertawa, hatinya senang melihat majikannya bisa terus terang soal permasalahanya dan alangkah senangnya juga seandainya Dirinya bisa mensukseskan semua yang di rencanakan nya tadi.
Sepanjang jalan pak Daud berpikir di balik kemudinya,ingin tahu seperti apa yang di sebut Pak Surapraja si pemberi inspirasi itu. Nak Aryanti sudah menarik perhatian boss besarnya seberapa cantik baik dan lembutnya Dia?
Jadi ingin segera melihatnya, dan suatu saat akan ku kenalkan juga pada anak ku ya anak ku kan dua duanya laki laki...Begitu jauh lamunan Pak Daud dan akhirnya senyum sendiri dan tak sadar ia sudah sampai di pertigaan pasar lalu menepikan mobilnya lalu turun.
Pak Daud celingukan sendiri belah mana ya odong odong itu? matanya menyapu semua sudut hiruk pikuk pasar tapi nggak melihat ada odong odong lagi berputar putar, ini kan pertigaan pasar yang di kasih tahu Pak Praja.
"Bapak menunggu seseorang? atau mencari sesuatu?"
"Oh ah eh...iya saya mencari tukang odong odong yang biasa mangkal di sini."
"Bapak guru taekwondo nya Aryanti bukan?"
"Bukan, emght Saya mau ngajak Nak Aryanti bekerja."
"Kerja apaan? kan Yanti udah kerja tiap hari juga di sini cuma sekarang odong odong nya lagi di perbaiki habis ketabrak mobil sedan dan di kasih ganti ruginya mantap banget."
"Saya teman Bapaknya."
"Oh teman Pak Nurhadi."
"Ya ya ya saya teman pak Nurhadi."
"Ke rumahnya aja Pak di belakang pasar ini yang itu jalannya, udah di dalam nanya aja Aryanti pada tahu kok."
"Oh ya terimakasih Mas."
.
.
.
.
.
Jangan lupa kunjungi juga karya Enis Sudrajat lainnya Insya Allah up setiap hari,dengan cerita yang pasti lebih greget.
❤️ Biarkan Aku Memilih.
❤️ Meniti Pelangi.
Selamat menikmati,Salam!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰🥰😍
2023-07-23
0
susi 2020
😍😍😲😘
2023-07-23
0
Dwisya12Aurizra
aku mau naek odong-odong nya aryanti
2021-12-26
1