Pak Daud sudah tahu tempatnya, tapi hari ini nggak mau bertemu tapi besok aja sekarang keburu sore, walaupun penasaran hatinya ingin segera tahu dan bertemu juga mengenal dengan sosok seorang Aryanti juga keluarganya. Walau hanya denger dari Pak Surapraja sekilas tapi mengapa Pak Surapraja begitu mengaguminya.
Pak Daud mengerti kegalauan hati majikannya Pak Surapraja, Adrian memang lain dari yang lain di keras di lembut in tetep aja gitu maunya apa jadi bingung, tapi lewat tangannya harus bisa merubah dan mengorek hatinya, minimal apa maunya, harapannya seperti apa.
Pak Daud tersenyum jadi kayak sutradara aku ini ingin segera memainkan peran di hadapan Aryanti dan Adrian dan ini tantangan yang agak aneh tapi sekaligus sangat menantang untuk di jalani yang di bebankan majikannya pada dirinya.
Pak Daud mencoba menelephon bagian keuangan yang menangani keuangan seluruh perusahaan hotel The Praja biar membekukan semua ATM, kartu kredit atas nama anak boss nya Adrian, kita lihat permainan di mulai.
"Saya atas nama presiden direktur dan saya yang bertanggung jawab, untuk konfirmasi dan meyakinkan silahkan hubungi Pak Surapraja."
"Baik Pak Daud saya mengerti, tapi kenapa harus hari ini dan tiba tiba?"
"Sebenarnya nggak tiba tiba juga tapi saya baru nelephon hari ini."
"Baik Pak,saya laksanakan."
"Kalau Adrian menelephon dan bertanya suruh minta jawaban pada saya."
"Ok Pak."
Pak Daud berfikir langkah selanjutnya dan menimbang nimbang apa yang terbaik di lakukan nya. Pak Daud membelokkan mobilnya ke sasana taekwondo milik sahabatnya, seperti ingin reuni dan kangen akan masa masa dulu lagi senang senangnya masa aktif olah fisiknya.
Sahabatnya masih aktif berlatih dan melatih generasi generasi muda yang masih punya semangat dan potensi tinggi akan olahraga dan beladiri, entah apa yang diobrolkan dengan sahabatnya yang pasti Pak Daud pulang dengan tersenyum senyum sendiri diantar sahabatnya Pak Guntara, mereka berjabat tangan erat sambil sama sama tertawa dan saling melambaikan tangan diiringi lambaian tangan masing masing.
Tiga langkah udah saya lewati, tahu tempat Aryanti mangkal dengan odong odong nya sekalian gang masuk rumahnya,
Sudah memblokir kartu kredit dan ATM Adrian dan ketiga sudah menitipkan Adrian di sasana temannya.
****
"Yang...habis makan kita kemana lagi kan ini masih belum malam, kita jalan jalan lagi kemana aja ya kiran kira yang asyik, kalau enggak kata temenku ada film baru kita nonton aja gimana?"
"Kalau kamu yang mau ayo aja."
"Ok,makasih ya Yang...terus besok kamu mau kemana Yang, kalau nggak kemana mana antar aku dong beli sesuatu ke mall, udah lama banget rasanya kamu nggak antar aku, boleh ya?"
"Kita lihat aja besok, maunya jam berapa kalau aku belum bangun telepon aja ya hehehehe..."
"Ah...sayang kok tidur sampai segitunya apa nggak bisa kurangi tidurnya ?"
"Iya kita lihat aja besok, kamu udah makannya nggak ada yang di pesan lagi ?"
"Nggak ah kenyang, lagi mengurangi makan malam kue-kue, minyak dan makanan yang mengandung gula."
"Ya udah."
"Pelayan! saya sudah makannya hitung dulu."
Adrian memanggil pelayan dan pelayan perempuan yang pake celemek itu menghampirinya sambil membungkuk lalu menghitung semua makanan yang di makan, Adrian menyodorkan kartu dan pelayan itu membawa kartu ke kasir.
Livia mengambil kaca dari dalam tasnya melihat wajahnya sekilas, menyibakkan rambutnya dan membetulkan gaun malamnya di bagian pundak, dan Adrian memperhatikannya tanpa komentar.
Lama pelayan tadi nggak datang datang, tiba tiba datang langsung menyodorkan kartu kredit ke hadapan Adrian.
"Maaf Mas apa ada kartu lain? yang ini nggak bisa."
"Nggak bisa gimana Mbak?"
"Ya nggak bisa kartu ini di blokir tidak diisi saldonya."
"Coba yang ini."
Adrian membuka dompetnya dan menyodorkan satu kartu lagi, pelayan itu balik ke kasir tapi tak lama balik lagi dan menyodorkan kartu lagi.
"Sama Mas nggak bisa kartu ini juga, bayar cash aja silahkan ke kasir."
"Waduh saya nggak ada uang cash."
Adrian celingukan menatap Livia,.Livia cemberut tak memberi jalan keluar.
"Kamu ada uang nggak Say? tolong bayar aja dulu ntar aku ganti."
"Aku juga nggak ada uang Yang."
"Yah gimana nih Mbak? gini aja simpan KTP saya sebagai jaminan besok saya ambil sambil bayar bon ini"
"Silahkan Mas ngomong dulu dengan manager kami."
"Wah nggak bisa lebih simpel dan sederhana lagi mbak?"
Mau nggak mau Adrian beradu omong dengan manager restoran itu, yang jadi soal Adrian di pinta sama SIM nya.
"Bapak nggak percaya sama saya?"
"Maaf Pak saya bisa aja percaya sama Bapak tapi aturan kami begitu,Dengan alasan kalau SIM harus selalu ada di tangan seorang pengendara jadi pasti akan segera di tebus nya."
"Ya sudah deal...nih SIM saya."
"Yu Say beres biarin SIM nya nginep aja dulu."
Livia manyun kayak botol limun beranjak dari meja restoran itu, sambil menahan malu. Cantik ganteng makan bebas giliran bayar kartu kreditnya di blokir.
"Kenapa sih Yang, bikin malu aja masa iya sampai nggak ada saldonya segala."
"Dasar sue, lupa apa kenapa kok ini sampai nggak di isi uang ngerepotin banget dua-duanya lagi."
"Gimana bisa nonton apalagi jalan jalan ke tempat lain kalau gini mah, masa seorang Adrian bokek yang bener aja."
"Kamu masih mikir nonton? bukannya mikir kita selamat sampai rumah juga untung aku kan SIM nya nggak ada,kalau lagi apes di jalan bisa kena tilang kita."
"Terus kita pulang sekarang Yang?"
"Iya lah aku antar kamu pulang, jalan jalannya besok aja kalau aku udah ada SIM."
"Males banget..."
"Loh tadi kenapa nggak di bayar aja bon makannya biar SIM saya nggak di pakai jaminan."
"Kok jadi nyalahin aku sih?bukankan itu tanggungjawab kamu masa cewek yang mentraktir cowok?"
"Masalahnya bukan cewek mentraktir cowok tapi bayar dulu pinjam, pinjam! apa kamu ngerti?"
"Emang kebangetan masa nggak punya uang cash?"
"Harusnya cewek tuh yang punya inisiatif, pegang uang cash segitu mah"
"Alah ribet banget ngomong sama kamu!"
Lebih ribet aku, kamu nggak ngerti ngerti!"
"Sudah, aku kesal banget aku turun aja di sini nggak usah nganterin aku pulang tanya sama Bapakmu kenapa kartu kreditnya bermasalah!"
"Hai, apa-apaan ini bawa-bawa Bapakku segala aku nggak suka ya, ini hanya sistem yang salah atau jaringan aja mungkin mau turun ya turun sana!"
Adrian mengerem sekaligus mobilnya sampai sampai Livia terhentak kedepan.
"Brengsek banget berhentikan mobil kasar banget, dasar kere!"
Livia ngomel ngomel sambil membuka pintu mobil dan keluar lalu membanting pintu mobil. Adrian hanya meliriknya Livia berjalan cepat dan Adrian membiarkannya, Livia berharap Adrian turun dan mengejarnya lalu memohon maaf dan drama pun usai dengan pelukan,atau seperti di film-film dan sinetron ceweknya ngambek turun dari mobil dan mobil berjalan pelan menyusul yang lagi ngambek, Livia melirik mobil Adrian yang masih belum jalan.
Adrian membiarkan kekasihnya pergi, terlalu capek dirinya seperti didikte semuanya harus ikut aturannya, walau memang Livia cantik dan dirinya mencintainya, tapi semakin kesini semakin aneh aja tingkahnya.
Adrian melajukan mobilnya tanpa berhenti saat melewati Livia yang masih berjalan kaki. Livia berhenti dan memandang belakang mobil Adrian.
"Dasar keterlaluan...!
.
.
.
.
Jangan lupa kunjungi juga karya Enis Sudrajat lainnya Insya Allah up setiap hari,dengan cerita yang pasti lebih greget.
❤️ Biarkan Aku Memilih.
❤️ Meniti Pelangi.
Selamat menikmati,Salam!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰😍😍
2023-07-23
0
susi 2020
😲😲😘
2023-07-23
0
Siti Nurhaliza Ija
ya eeelah ditinggalin kn mkkya GK ush byk drama Livia🤣
2023-03-13
1