Dengan kekuatan penuh, Belle membereskan apartment barunya. Billy juga membantu tanpa mengeluh, menata setiap sudut ruangan dengan teliti. Billy selalu perhatian layaknya wanita tua yang membantu anak gadisnya.
"Bill apa kau tidak lelah? Ayo kita istirahat dulu." Belle meletakan dua botol bir dingin dan dua gelas di atas meja dan meletakan rokok yang berada di tasnya.
Tak lama kemudian bel apartment berbunyi, seorang pengantar makanan siap saji datang membawakan makan siang pesanan Belle.
"Aku harus menyelesaikan ini dulu, sebentar lagi selesai." Teriak Billy dari dalam kamar tamu.
Apartment Belle memiliki dua kamar, dan entah apa yang Billy lakukan di dalam kamar tersebut.
Belle membuka tutup botol dan menuangkan isinya ke dalam gelas, dan mengambil pemantik untuk menyalakan rokok.
Tak lama kemudian Billy menyusul dan menyambar rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah Belle.
Dengan berdecak Belle melihat rokoknya dengan enggan dihisap oleh Billy "Kebiasaan." Billy hanya terkekeh dan menghisap rokok itu tanpa bersalah.
Belle mengambil rokok lagi dan menyalakannya, dihisap dalam-dalam rokok itu dan melihat sekeliling ruangan.
"Oh ya, Belle aku sudah membersihkan dan menata kamar tamu untukku, aku akan tinggal disini bersamamu." Dengan cuek Billy meminum bir dan menginformasikan keinginannya, lebih tepatnya memaksa Belle untuk tidak menolak permintaannya.
"Terserah kau saja lah Bill, tapi kau harus membayar setengah dari biaya sewa apartment ini."
"Itu tak masalah, kau punya banyak uang dan aku akan meminjam uangmu jika aku belum cukup uang untuk mrmbayar biaya sewanya." Billy terkekeh dan menatap Belle dengan licik
"Dasar kau rubah licik, cepat cari laki-laki kaya untuk menanggung hidupmu dan hidupku juga."
"Jadi kau berencana untuk menjual ku?" Billy menjambak rambut panjang Belle dengan cepat.
Belle tertawa terbahak-bahak melihat respon shock Billy.
****
Malam ini Belle menghadiri acara Goodbye Party temannya Liana yang berkebangsaan Irlandia, dia kana pulang ke negaranya dan tidak akan kembali selama dua tahun kedepan.
Di sana Belle disambut hangat oleh Liana dan pacarnya, Kevin. Liana baru saja menyajikan dinner untuk teman-temannya yang hadir.
"Bell, where's Ivan?" tanya Liana sambil menuangkan segelas anggur kedalam gelas, disusul oleh Belle.
"I have no idea Liana, mungkin dia dalam perjalanan."
Tak lama kemudian Ivan datang dan mendekati Liana serta menjabat erat tangan Liana "Sorry Liana im late" sambil melirik Belle, Ivan mencium pipi Liana.
"Kamu tidak terlambat, hanya acara sederhana dan berkumpul untuk melihat hasil karyaku." sambil terkekeh Liana memandang deretan gambar yang sudah dibuat selama dia di London, dan sederet benda yang dia dapatkan dari laut.
"Baiklah aku akan melihat Kevin." pandangan Ivan tertuju ke balkon, dimana Kevin dan lainnya sedang berkumpul. Dengan melewati Belle seoalah mereka tidak saling kenal.
Belle hanya memandang Ivan dengan bingung. Ada apa dengan laki-laki gila satu itu, apa aku kasat mata? sampai dia tidak menyapaku? dasar laki-laki sialan.
"Bell, apakah kau ada masalah dengan Ivan?" Liana menepuk pundak Belle membuat Belle sadar dari lamunannya.
"Aku rasa tidak, tapi entahlah" dengan cuek Belle nyalakan rokoknya dan meneguk anggur dengan cuek.
Belle memandang sekeliling dan melihat laki-laki yang sungguh menarik, dengan deretan gelang ditangan kanannya, rambut panjang, celana jeans sobek tepat di lututnya, memetik senar gitar entah apa yang dia mainkan. Tidak lama kemudian laki-laki itupun menatap Belle, mata mereka bertemu membuat Belle salah tingkah dan tersenyum malu. Laki-laki itu juga tersenyum dan berdiri mendekati Belle.
"Aku Alechrick, panggil saja Alech." laki-laku itu ngengulurkan tangannya ke hadapan Belle.
Dengan canggung Belle menjabat tangan Alech "Oh hai, aku Isabella panggil saja Belle. Nice to meet you." senyum Belle canggung dan bingung apa yang sedang laki-laki ini lakukan.
Tidak jauh dari mereka, Ivan melihat kejadian Belle berkenalan dengan Alech. Hati Ivan mendidih, tak lama kemudian Ivan berpamitan dengan Liana untuk pergi dari party milik Liana.
"Liana, i have to go, im little busy tonight, i hope we'll meet again soon. Take care." sambil memeluk liana masih dengan rasa tidak nyamannya. Lalu Ivan pergi tanpa menunggu jawaban dari Liana.
Liana memandang Belle dari kejauhan dan menemukan Belle tengah asik berbicara dengan Alech.
Dasar gadis bodoh, kenapa kamu tidak melihat Ivan memiliki perasaan yang lain untukmu. Liana terkesiap setelah mendengar Kevin sang kekasih memanggilnya.
Jam sudah menunjukan tengah malam dan Belle merasa sudah lelah. Saat Belle hendak ingin pergi, Alech mengejar Belle dengan sedikit berlari.
"Bell, bolehkah aku meminta nomor handphone mu? If you don't mind." Alech menyodorkan ponsel miliknya.
Belle mengambil ponsel milik Alech "Sure Alech." mengetik nomornya dengan cepat lalu Belle menyerahkan kepada Alech.
"Thank you Belle, kamu sudah mau pulang? Boleh aku antar?"
"No thanks, aku membawa mobilku sendiri. Bye Alech see you next time!" Belle melambaikan tangan dan pergi dengan cepat dari hadapan Alech
Oh darn!! you're so cute Belle... Aku mulai gugup berbicara denganmu.
Tanpa sadar bibir Alech melengkungkan sebuah senyuman.
"Alech, apa kau menyukai Belle?" Liana menepuk pundak Alech yang membuat Alech kaget dan sadar dari lamunannya akan Belle.
"I think so Ana, why?"
"Nothing, aku hanya kagum kepada Belle, wanita yang terlihat sederhana itu mampu memporak porandakan hati laki-laki." Liana tertawa terbahak-bakan dan menghisap rokoknya dengan intens.
****
Disisi lain Belle sudah siap untuk tidur setelah mendengar ceramah dari Billy yang semakin hari seperti wanita tua.
Belle melihat ponselnya sekilas dan meletakan di atas nakas dekat tempat tidurnya.
Bayangan Alech tiba-tiba muncul di kepala Belle. Senyumannya dan cara dia berbicara memabukkan.
Mungkin besok Alech akan menghubungiku atau entah lah, kenapa aku sangat bodoh tidak meminta nomor Alech. Sial Belle bodoh!!
Belle mengacak-acak rambutnya frustasi. Tak lama kemudian Belle terlelap tanpa mengetahui bahwa Alech sudah mengirimkan dia pesan.
Alech menunggu pesan balasan dari Belle namun tak kunjung datang.
Kenapa aku sudah merindukan Belle, dan perasaan apa ini sangat asing tapi cukup membuatku sesak. Ada apa dengan perasaanku ini.
Suara ponsel Alech berbunyi "Alech apakah kau sudah tidur?" tanya seorang wanita di sebrang sana.
"Belum, ada apa Shei?" muka Alech berubah suram setelah mengetahui bahwa Sheila sang mantan kekasihnya menghubungi larut malam.
"Aku sangat merindukanmu Alech, bolehkah aku datang ke rumahmu malam ini?"
"Aku lelah Shei, terlebih lagi kita sudah tidak memiliki hubungan apapun." Alech hendak mengakhiri percakapan tersebut namun isak tangis Sheila terdengar.
"I'm sorry Alech, aku sudah meninggalkanmu demi laki-laki lain."
"Cukup Shei, aku lelah, bye." Alech mengakhiri panggilan dari Sheila dan meneguk wine yang sudah siap di meja sedari tadi.
Sakit yang di tinggalkan oleh Sheila masih terasa jelas di hati Alech, bagaimana Sheila mencampakkan Alech demi laki-laki lain yang lebih populer dan menjadi pujaan setiap perempuan.
APARTEMENT IVAN
Ivan menghabiskan tiga botol wine dan enam botol bir, mengacak rambutnya penuh dengan kekesalan. Rasa cemburu yang luar biasa menghilangkan akal sehatnya.
"Aku sudah mencintaimu selama lima tahun Bell, apa kau tidak merasakan semua yang aku lakukan untukmu penuh dengan cinta, menjagamu seperti berlian langka, tapi kenapa kamu sangat akrab dengan laki-laki lain di hadapanku!" Ivan memandang foto Belle di ponselnya seakan dia sedang berbicara dengan Belle.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments