Apapun yang akan terjadi pada putriku, aku akan tetap menyayanginya, memberi cinta. Tidak akan kubiarkan seluruh dunia mengucilkannya. Dia harta terindah pemberian Tuhan. Aku harus menjaganya dari pandangan buruk dunia.
Seperti kata Kak Ali, pasti kuat. Aku bisa. Pasti bisa. Sudah lama aku menunggu kehadirannya ke dunia, dan apa karena dia berbeda aku membuangnya? Tidak! Tidak akan!.
"Penyakit apa itu Dok?," Tanyaku. Ada rasa takut di dada ini, meski mencoba untuk kuat dan tegar, tapi ada rasa ketakutan yang mengalahkan kekuatan itu.
"Anophthalmia merupakan cacat lahir yang mengakibatkan bayi dilahirkan tanpa satu atau kedua bola mata. Dan putri ibu tidak memiliki kedua bola matanya."
Ya Allah! Tanpa bola mata? Itu sebabnya putriku tidak membuka mata saat aku menyusuinya?.
Seketika, tubuhku lemas seolah tak bertulang. Ya Rabb. Ini sangat menyakitkan. Sungguh, aku tidak yakin bisa atau tidak. Air mata lolos begitu saja. Kedua telapak tangan menutup mulut yang ternganga karena rasa terkejut.
"Apa?," Ucapku lirih.
Astagfirullah. Tuhan, mengapa seberat ini ujian darimu. Bisakah aku menghadapi ini?. Bagaimana dengan kehidupan putriku setelah ini? Bisakah dia diterima oleh lingkungan?.
Aku menangis sejadi jadinya, dalam pelukan Kak Sita. Kenyataan ini sangat menyakitkan. Bukan seperti ini yang ada dalam bayangan.
Memiliki anak yang sempurna. Cantik / tampan, pintar, kami bermain dengan ceria. Menemani perkembangannya. Pernah terlintas di pikiranku. Mungkin, jika sudah melahirkan, Mas Fathan akan berubah. Walau tidak mencintainya, aku berharap dia bisa menganggapku sebagai istri. Jujur saja, aku tidak butuh cintanya, tapi setidaknya dia bisa menghargaiku sebagai istri.
Tapi sekarang, malah seperti ini. Bukan hanya Mas Fathan yang membenciku, tapi seluruh keluarganya sangat murka. Inikah letak keadilan yang tuhan janjikan? Dimana letak keadilan itu? Ya Rabb, ini sangat sulit.
Aku berada di atas kursi roda. Duduk di antara Kak Sita dan Mbak Nuri. Maduku itu mengusap punggungku, berusaha menenangkan.
"Sha, bukankah sudah kubilang. Kamu harus tenang. Kamu jangan seperti ini. Kamu kuat Sha, aku tahu kamu orang yang hebat," ucapnya seraya mengusap punggungku yang bergetar karena tangis.
"Anakku Mbak, anakku cacat," ucapku lirih.
"Dia sama dengan yang lain. Hanya sedikit berbeda. Ini bukan keinginan Sha. Dia butuh cinta dan kasih sayang sama seperti anak lainnya. Allah tidak pernah ingkar atas janji janjinya. Kamu kuat, oleh karena itu ujian ini Allah berikan padamu. Kamu hanya terkejut. Belum siap. Aku tau seberapa hebat dirimu Sha," ucapnya panjang lebar.
"Sha. Kakak tidak memiliki adik seperti ini. Adik kakak orang hebat. Wanita tangguh. Lihat kakak Sha," wanita itu meraih wajahku, menatap dalam. Membingkai wajahku dengan kedua telapak tangannya.
Wajah yang dibanjiri air mata balas menatapnya. "Ibu akan sedih melihatmu seperti ini."
Bukannya mereda, tangisku semakin menjadi jadi. Meningat alm. Ibu, membuatku semakin kesakitan. Ibu, aku butuh Ibu saat ini. Tidak ada pelukan sehangat dan semenenangkan pelukanmu. Aku rindu Bu.
Dokter Hani terdiam, mungkin ragu untuk melanjutkan melihatku yang menangis. Kucoba menguatkan diri, aku tidak boleh lemah.
"Kenapa putri saya bisa mengalami hal itu Dok?," Tanyaku terisak.
"Penyebab spesifik anophthalmia pada kelahiran masih belum diketahui. Kondisi ini bisa terjadi karena perubahan gen atau kromosom di dalam tubuh mereka. Selain itu, kondisi selama kehamilan pun dipercaya memiliki kaitan erat. Sindrom ini bisa disebabkan karena selama hamil, sang ibu mengonsumsi obat-obatan jenis tertentu, misalnya saja isotretinoin (Accutane®) atau thalidomide," jelasnya.
Obat obatan? Aku tidak pernah mengonsumsi obat tanpa resep dari dokter. Selama kehamilan, aku dengan sangat hati hati memilih obat jika mengalami keluhan.
"Tapi saya tidak pernah mengonsumsi obat tanpa rsep dari dokter."
"Para ahli juga percaya bahwa ini bisa juga disebabkan karena kombinasi genetik maupun faktor lain seperti gaya hidup ibu berupa asupan zat gizi, makanan, minuman, dan obat tertentu selama hamil."
Genetik? Bukankah genetik itu keturunan? Tidak ada seorang pun di keluargaku yang memiliki hal semacam itu. Keluarga Mas Fathan? Ah. Tidak mungkin. Mama juga sangat menolak keras kehadiran cucunya. Mengatakan tidak memiliki keturunan sperti itu.
"Bisakah putri saya normal seperti yang lain dok? Seperti operasi? Atau apapun itu?"
"Sayangnya, sampai saat ini belum ada perawatan khusus untuk membuat mata baru pada bayi dengan kondisi ini untuk mengembalikan penglihatannya secara lengkap. Biasanya bayi dengan kondisi ini akan mendapat penanganan khusus dari dokter spesialis mata, dokter ahli okuler, maupun ahli bedah okuloplastik..."
"Operasi bisa dilakukan dengan menanamkan bola mata untuk memastikan wajah tidak cacat selama proses tumbuh kembangnya...."
"Selain faktor penglihatan, hal yang harus diperhatikan ialah struktur wajah si kecil. Rongga mata memiliki fungsi penting bagi wajah bayi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Bayi yang mengalami ini mungkin bisa memiliki rongga mata yang tidak tumbuh dengan baik. Oleh karena itu pembedahan bisa dilakukan untuk menunjangnya. Namun seiring berjalannya usia si kecil, mata buatan bisa dipasang."
"Ya Allah... Putri cantikku. Malaikat kecilku. Malang sekali nasibmu Nak."
"Tenanglah Sha. Semua akan baik baik saja," Kak Ali menggenggam erat tanganku.
"Bagaimana akan baik baik saja? Putriku tidak seperti yang lain kak. Apa dia akan punya teman? Apa dia akan mendapatkan kasih sayang seorang ayah? Mereka sangat membenci aku dan putriku. Bagaimana mungkin akan baik baik saja."
"Kami disini bersamamu Sha. Kami keluargamu," Mbak Nuri menimpali.
Jadi putriku tidak akan bisa melihat dunia ini selamanya? Tidak bisa melihat betapa cantik wajah yang ia miliki. Melihat wajah ibu yang sangat mencintainya? Gelap, hitam. Hanya itu saja.
Ya Rabbi...
Engkau maha agung dan kuasa atas segala galanya. Bolehkah aku memohon padamu. Jadikan putriku normal seperti anak yang lain. Berikan dia penglihatan sebagaimana anak lain memilikinya. Bukankah tidak ada yang mustahil bagimu?
Dan jika memang tidak bisa. Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Aku tidak sanggup. Mengapa begitu berat, aku tidak sanggup Tuhan.
Harus kemana aku setelah ini? Keluarga Mas Fathan tidak akan mau menerima putriku. Kembali tinggal bersama Kak Ali dan Kak Sita? Lalu, apa setelah ini aku akan menjadi seorang janda? Dibuang karena melahirkan anak yang berbeda?
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Danny Tussy
jd sedih q kak... ikut nangis q kak... gx bisa bayangin jd seorang ibu yg memiliki anak yg berbeda pasti butuh kesabaran extra dari semuanya... kesabaran utk menghadapi dunia yg mungkin akan mengucilkan krn sang anak berbeda... yg kuat aisyah... semangat berjuang tuk hidup yg mungkin akan berat utk d jalani...
kereeeeen kak nia... q suka.... ceritanya top dah... trus semangat y kak..
2021-01-08
1
Siti Junaeni
aku sedih thor kasian aisyah dan bayi nya,aku yakin kamu kuat syah💪👍🏻
2020-12-26
1
KalahSudahBiasaMenangLuarBiasa
lanjut
2020-12-22
2