Di jam pulang sekolah Jennie masih duduk termenung, mengingat semua kata-kata Andi yang sangat menyakitkan baginya.
'Siapa yang meminta anak dari mu? Aku hanya butuh pembuktian cinta.'
'Dia anak mu, maka kau urus saja sendiri.'
'Sebenarnya jika kau menolak, aku juga tidak memaksa mu tuh.'
Kedua tangannya terkepal, Jennie merasa muak dengan semua itu. Betapa bodohnya dia bisa memberikan harta berharganya hanya karena takut kehilangan Andi.
(Flashback is on.)
"Ikut aku yuk." Andi menarik tangannya.
"Kita mau kemana?"
"Ke kosan ku."
Jennie ragu, "kenapa tiba-tiba mengajak ke kosan kak Andi? Lagi pula itu kosan laki-laki kan?"
"Sebentar saja sayang. Mumpung ibu kos sedang berada di luar kota."
"Memang kita mau apa ke kosan kak Andi."
"Emmm mau apa ya?" Pura-pura berfikir, ia pun mencondongkan tubuhnya. Lalu berbisik.
"Aku butuh pembuktian cinta."
"Pembuktian cinta?" tanya Jennie polos ia benar-benar tidak mengerti maksudnya.
"Iya pembuktian cinta."
"Memang selama ini Jennie tidak terlihat membuktikan cinta Jennie pada Kak Andi ya?" tanyanya.
"Belum tuh. Belum pernah."
"Tapi? Jennie kan sudah pernah berciuman dengan kakak."
"Itu hanya berciuman sayang, itu belum. Bisa di sebut dengan pembuktian cinta."
"Tapi baru dengan kak Andi kok Jennie melakukannya."
"Itu masih kurang lah sayang, kita kan belum menyatu." tuturnya.
"Menyatu, maksudnya?" Jennie benar-benar tidak mengerti. Andi pun garuk-garuk kepala, merasa lelah dengan gadis yang tingkat kepolosannya ini mengalahi rata-rata.
Andi mencondongkan lagi tubuhnya kembali berbisik. "Aku ingin tubuh mu itu menyatu dengan ku, dengan kata lain, aku ingin berhubungan badan sayang." Degg Jennie membulatkan bola matanya. Tangannya mulai gemetaran.
"I... Itu, apa bisa di bilang melepaskan harga diri? Soalnya ayah Jennie bilang, Jennie itu harus bisa menjaga harta Jennie sebagai wanita kak. Semua untuk suami Jennie kelak."
"Tapi Kak Andi kan calon suami Jennie." tutur Andi.
"Iya kak tapi tetap saja kita belum menikah kan?"
Andi pun memutuskan untuk tidak menjawab lagi ia hanya menarik lengan Jennie membawanya ke dalam kelas yang sudah kosong. Ia lantas mengecup bibir Jennie, melum*tnya dengan satu tangannya menyentuh bagian dada Jennie. Saat itu juga Jennie terkejut ia mendorong tubuh Anda kencang. Lalu menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
"A...apa yang kak Andi lakukan. Kenapa menyentuh dada Jennie?"
Andi terkekeh. "Jennie, itu biasa di lakukan orang yang pacaran sayang. Kenapa kau mesti terkejut? Sini biar ku sentuh lagi."
Jennie menggeleng cepat. "Jangan kak."
"Kenapa? Apa Jennie tidak sayang kak Andi?"
"Sa...sayang sih, tapi kan?"
"Tapi apa?"
"Emmmm aku takut, kalau?" Andi meraih tangan Jennie agar mau membuka bagian dadanya lalu kembali menyentuhnya.
"Aku menyentuhnya dengan lembut kan?" tanya Andi yang tengah bermain dengan benda kenyal itu.sedangkan Jennie hanya diam saja. Sesekali ia merintih saat tangan Andi mulai menggila dengan kedua tangannya yang sudah menyusup masuk.
"Jennie kau mencintai ku kan?" tanya Andi, kini tangannya mulai turun menyentuh area tersensitif nya melalui bawah rok Jennie.
"Kak Andi jangan," ucap Jennie ia menepis tangan Andi.
"Kenapa sayang?" Jawabnya lirih wajahnya sudah memerah.
"Aku takut kak. Kita pulang saja ya."
Andi melepaskan tangannya yang masih menyentuh bagian dada Jennie. Raut wajahnya pun berubah. Ia kembali melenggang pergi. Di depan pintu kelas, Andi menoleh.
"Kita putus saja, lagi pula untuk apa berhubungan dengan wanita yang tidak mencintai ku." tutur Andi. Jennie pun terbelalak, dengan cepat ia menyusul Andi yang sudah berjalan lebih dulu.
"Kak...kak Andi, kak aku tidak mau putus kak."
Andi masih diam saja. Ia terus berjalan lebih dulu meninggalkan Jennie yang terus saja mengejarnya, berusaha memegangi lengan Andi namun di tepisnya cepat.
"Kak Andi aku minta maaf. Tolong jangan marah pada ku kak." Jennie mulai menangis, ia takut jika Andi benar-benar memutuskan hubungannya.
"Kak Andi? Baiklah. Baiklah kak, aku mau!!" Seru Jennie. Andi pun menghentikan langkahnya.
"Kak Andi aku mau melakukannya. Aku bersedia melakukan itu kak. Asal jangan memutuskan hubungan kita." ucap Jennie memegangi lengan Andi.
"Tidak usah, aku tidak mau jika kau terpaksa."
"Aku tidak terpaksa kak, aku mau. Ayo kita ke kosan kak Andi." ajak Jennie. Andi pun menyeringai.
"Benarkah kau bersedia?" tanya Andi. Sedangkan Jennie hanya mengangguk. Dan saat itu juga Andi menggandengnya menuju lokasi kos-kosan di dekat sekolah mereka.
Dan di depan kamar kos Andi mulai membuka kunci pintu kamarnya. Kedua tangan Jennie saling meremas. Ia benar-benar merasakan takut. Terlebih saat Andi kembali menggandengnya masuk dan pintu itu kembali di tutupnya.
Di dalam kamar itu Jennie masih berdiri, pandangannya masih menatap ke sekeliling. Dimana hanya ada satu lemari kecil dan kasur busa yang ada di lantai. Dan juga satu kipas angin.
Terlalu fokus Jennie dengan kamar itu sehingga membuatnya tidak sadar jika Andi sudah memeluknya dari belakang tanpa mengenakan atasannya.
"Kau mencintai ku kan Jennie?" tanya Andi di dekat telinga Jennie. Ia pun mengangguk pelan.
Andi tersenyum. Ia melepas tas Jennie lalu mengajaknya untuk duduk di atas ranjangnya.
"Kak Andi? Aku takut, aku baru saja selesai menstruasi, baru pagi tadi aku keramas kak." tuturnya merasakan ketakutan. namun sepertinya Andi tidak peduli itu, Andi masih fokus melepas satu persatu kancing baju Jennie.
"Kak Andi?" panggil Jennie.
"Persetan dengan kondisi mu sayang, yang pasti aku mau melakukannya sekarang." Andi merebahkan tubuh Jennie di atas kasur busa, menghujani kecupan demi kecupan, mencumbu nya tanpa ampun. Dan dari situ pula lah. Jennie mulai menjerit lirih yang langsung di bungkamnya dengan kecupan di bibir. Saat Andi mulai menerobos area pertahan Jennie.
"Jangan menjerit sayang," bisik Andi setelah melepaskan kecupan di bibirnya.
"Sakit kak." Jennie sedikit terisak.
"Hanya sebentar sayang. Nanti juga kau akan menikmatinya." tutur Andi yang kembali melanjutkan urusannya, hingga beberapa menit.
Benar semua itu adalah hal yang paling di sesali oleh Jennie. Dimana kehormatan yang terenggut itu tidak akan pernah kembali. Dan Sepertinya Andi sudah tahu dari awal, karena saat ia melepas pelindung di bagian terintimnya itu bocor. Sehingga membuat wajahnya kala itu pucat pasi. Dan dari situ lah, Andi mulai menghindari Jennie. Bahkan telfon darinya pun sudah tidak pernah ada lagi. Jangan kan Kak Andi yang menelfon, di telfon saja tidak pernah di angkat, pesan singkat tidak pernah di balasnya. Hingga keanehan demi keanehan perubahan pada tubuh Jennie mulai terasa. Dan hari dimana ia mengetahui kondisi kehamilannya itu tiba. Serta kenyataan penolakan dari Andi yang tidak mengakui kesalahan bejatnya itu.
(Flashback is off)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Femy Pantow
andi rayuan pulang kelapa🤣
2024-03-10
0
luho uroe
murahan x kau jen..masa segampang tu kau nyerahin kehormatanmu.... sesal tak sudah kan.nnn......
2022-07-18
1
Abi Maenyun
masih terlalu dini untuk melakukan sex anak jaman sekarang..q dulu nikah umur 19tahun ngga ngerti apa2..nyesek
2022-04-03
0