Hari itu, sampai larut malam kita bertengkar. Aku minta Vidya ganti nomer agar Diana tak menghubunginya lagi. Di depan Vidya tentu ku katakan bahwa aku memilihnya.
Aku memohon agar aku diberi kesempatan sekali lagi. Aku berjanji akan membuatnya bahagia, Kita akan terus bersama-sama membesarkan Aira.
****
Esoknya, saat kita sama-sama hendak berangkat kerja, Vidya tak menyapaku, dia berangkat tanpa pamit. Biasanya ia selalu mencium tanganku jika hendak berangkat kerja atau keluar rumah.
Namun saat aku pulang kerja, sikap dia berbeda dengan saat berangkat tadi, ia menyuguhkan teh hangat untukku. Ia juga menyiapkan makan malam, serta menyiapkan air hangat untuk aku mandi. Seakan ia tak lagi mempermasalahkan Diana. Kita bersikap biasa seolah tidak ada pertengkaran. Bersyukur sekali aku punya istri yang pemaaf.
*****
Setelah kejadian itu, makin hari aku lihat Vidya makin taat beribadah, ia selalu solat tepat waktu. Disela-sela kesibukannya bekerja dan mengurus Aira, ia selalu menyempatkan waktu mengaji, tengah malam ia selalu bangun melaksanakan solat tahajjud berlanjut sampai solat subuh.
Ia juga jadi rajin mendengarkan ceramah Ustadz-ustadz dari aplikasi Youtube. Bahkan pada saat libur kerja, ia kerap kali pamit untuk mendatangi kajian.
Kini penampilannya pun berubah. Saat kerja dan keluar rumah, bahkan cuma sekedar ke teras saja, ia selalu mengenakan kerudung.
"Kok baju-bajunya sekarang beda yank?" Tanyaku suatu waktu.
"Aku belajar memperbaiki diri Mas, karena menutup aurat itu wajib bagi muslimah. Berharap dengan memperbaiki diri, Allah juga akan memperbaiki hidupku. Selama ini banyak banget dosaku, apa Mas gak suka aku make kerudung?"
"Ya bukan gak suka yank, cuma kaget aja sih liat penampilanmu berubah..kalau kamu nyaman pake kerudung, aku dukung" jawabku
Tapi ku lihat di wajahnya seperti menyimpan sesuatu. Ada gurat sedih tiap kali aku menatap matanya. Seperti penuh beban dan banyak tekanan. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan. Mungkin urusan pekerjaan dikantor?atau mungkin dia masih belum memaafkanku perihal Diana?
Tapi dia tidak pernah lagi membicarakannya denganku. Ya sudahlah aku anggap kita tidak ada masalah.
********
Aku bertekad untuk mewujudkan janjiku membahagiakan istri dan anakku. Aku bekerja keras demi mereka.
Saat Aira sudah berusia setahun, kamipun bisa memikili rumah sendiri. Walaupun rumah sederhana. Uang tabungan Vidya saat dia bekerja dulu, digabung dengan hasil kerja kerasku, ternyata cukup untuk membeli rumah sederhana untuk keluarga kecil kami, ya karena kami tak memiliki warisan dari orang tua. Kami benar-benar berjuang bersama dari nol.
Kamipun pindah kerumah kami yang baru. Kami menyewa jasa Asistent rumah tangga untuk menjaga Aira saat kami kerja.
*******
Karirku menanjak di kantor. Aku dipromosikan jadi kepala cabang ditempat kerjaku yang bergerak dibidang pembiayaan keuangan.
Target kantor selalu tercapai. Insentif yang besar menjadi kompensasi atas keberhasilanku menaikkan omzet perusahaan. Selain itu, aku juga merintis bisnis jual beli ponsel second, serta jual beli sepeda motor second, join dengan teman, hasil penjualan lumayan lancar dengan keuntungan yang cukup besar. Akupun sudah bisa membeli mobil yang aku impikan.
Saat karirku diatas angin, godaan diluar semakin banyak. Teman-teman kantor yang cantik dan modis, para SPG yang good looking, menjadi godaan yang sulit aku hindari. Ditambah lagi lingkungan kerja yang penuh tekanan membuatku terseret ke dunia hiburan malam.
Lagian, wanita mana yang tidak tergila-gila padaku, karirku cemerlang, wajahku tampan, penampilanku makin perlente. Kemana-mana aku selalu mengendarai mobil keren. Bukan salahku, jika aku menyambut godaan mereka. Karena justru wanita-wanita itu yang mendekatiku.
Kucing diberi ikan, ya sikat. Begitu prinsipku.
Selama ini, aku juga masih berhubungan dengan Diana tanpa sepengetahuan Vidya. Aku lebih pinter lagi menyembunyikan affair. Aku punya gawai cadangan yang aku pakai untuk komunikasi dengan wanita-wanita diluaran, tidak pernah aku bawa pulang. Jadi perbuatanku tidak tercium oleh Vidya.
*
Selesai meeting yang melelahkan, aku beserta tim kerjaku sering berkaraoke menyewa jasa Lady Escort, Alias gadis pemandu lagu. Tujuan kami Hanya ingin menghilangkan penat kerja.
"[ditunggu di room ya beib ??]" pesan dari Dista, si gadis pemandu lagu.
"Kita come on bro gundik kalian udah pada nungguin nih" ajakku pada teman-teman.
"Haha...bisa aja lu bro, gundik loe lebih banyak kan, Haha.." Rendra teman kantorku menimpali.
Kitapun tertawa bareng menyadari kelakuan kita yang sama-sama bejat.
******
Segera kupacu mobil menuju tempat Dista dan kawan-kawannya menunggu.
Usai memarkir mobil, Kami segera memasuki ruangan yang berukuran 5m x 7m x 4m itu, dengan penerangan temaram, tampak terlihat diatas sofa panjang berbentuk L itu, sudah duduk berjejer wanita-wanita dengan pakaian terbuka serta wajah full make up, di meja depan mereka tersaji gelas-gelas kecil serta botol minuman aneka rupa.
Ruangan karaoke medium ini bisa diisi sampai 15 orang.
Aku dan teman-teman segera duduk. Gadis-gadis penjaja nafsu itu segera menghampiri kami. Masing-masing bergelayut manja dan sibuk bernyanyi bersama 'pasangan duetnya'. Suara sumbang mereka menggema disetiap sudut ruangan.
Dista menghampiriku, ia duduk Dipangkuanku. Dia menuangkan minuman ke dalam gelas, kami meninumnya dan terlena dalam buaian nafsu syetan.
*
Walaupun diluar aku maen serong, tapi aku bertanggung jawab penuh terhadap semua kebutuhan rumah tangga. Tiap akhir pekan aku selalu mengajak keluarga kecilku jalan-jalan sekedar nge-Mall. Aku juga sering Membelikan istri dan anak-anakku hadiah, sekedar untuk kamuflase agar tidak tercium gelagat buruk ku.
Gajikupun selalu utuh aku berikan untuk istri, Sementara insentif dan uang dari bisnis kecil-kecilanku, sebagian aku tabung dan aku pakai untuk bersenang-senang diluaran.
*******
Saat Aira berumur dua tahun, kami diberi amanah lagi, Vidya hamil. Dikehamilannya yang kedua ini, Vidya bener-bener lemah, selalu mual dan muntah, bahkan sekedar bangun dari tempat tidurpun dia tak sanggup. Dokter kandungan yang kami datangi menyarankan agar dia bedress. Dia pun memutuskan berhenti bekerja.
Ada insiden ART yang hampir membuat Aira celaka. Kami harus melarikan Aira kerumah sakit karena jidatnya bocor akibat jatuh dari tangga.
Terpaksa kami memberhentikan ART karena dia lalai tidak mengawasi Aira, dia lebih sibuk dengan gawainya bermain sosial media.
Sehingga Vidya sendiri yg mengurus semua keperluan rumah tangga kami.
Anak kedua kamipun lahir, laki-laki tampan sepertiku. Kuberi dia nama Salman Alfarisi, kami memanggilnya Al.
Pasca Al lahir, Vidya makin kewalahan mengurus dua anak kami. Aira yang masih tiga tahun sedang aktif-aktifnya bermain. Terkadang saat aku pulang, rumah dalam keadaan berantakan kayak kapal pecah. Vidya terlihat belum mandi, hanya mengenakan daster kebesarannya. Sering ku lihat ia menggendong Al sambil berlarian menyuapi Aira. Sumpek aku dibuatnya. Rambutnya yang dulu indah, selalu di 'kuncir ala Kadar.
Namun aku berpura-pura bersikap biasa di depan nya, mencoba bersikap manis agar tak ketahuan belangku. Sebagai suami yang baik, aku menawarinya agar kita memakai jasa ART lagi, dia pun setuju. Namun tak lama kami memberhentikan kembali ART karena panjang tangan selalu mengambil barang-barang maupun uang dirumah kami.
*******
Tak terasa anak kami sudah tumbuh semakin besar. Aira sudah sekolah Taman Kanak-Kanak, sedang Al masih pendidikan Usia Dini.
Aku yang selalu berangkat pagi dan pulang malam, takjub melihat perkembangan anak-anak, mereka sudah pandai menghafal surat-surat pendek Al-Qur'an. Aira bahkan sudah hampir hafal Juzz 30. Bahkan aku sendiri tak hafal surat yang sering dibacanya di depanku.
Al juga demikian, suaranya yang masih cadel sangat lucu sekali saat dia melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an.
Tak salah aku memilih istri, dia pandai mendidik anak-anak dengan baik.
Vidya juga makin religius. Dia sekarang berpakaian gamis syar'i. Tiap akhir pekan saat aku libur kerja, aku bisa mengawasi keseharian anak-anakku dirumah, Vidya rajin mengajak anak-anak solat berjama'ah, selepas solat mereka muroja'ah bersama, menghafal hadist dan belajar membaca iqro. Aku sedang rebahan diruang tengah, aku asyik memainkan gawaiku , namun diam-diam ikut mendengar hadist yang dibaca oleh Aira dengan suaranya yang sangat lucu:
اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن
'Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik‘” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)'.
Mendengar bunyi hadist yang dibaca Aira tadi, tiba-tiba hatiku seperti tersengat lebah, sepertinya hadist itu menyindirku yang selama ini sembunyi-sembunyi melakukan perbuatan dosa, padahal Allah selalu mengawasi. Kita pun diperintahkan untuk bertakwa dimanapun kita berada.
Terbersit niatku untuk memperbaiki diri.
Namun karena tuntutan pekerjaan membuatku lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah. Dan itu membuatku lalai dalam mengingat segala perjuangan Vidya dalam mendidik anak-anak.
*****
Aku menutup laptop usai memberikan presentasi laporan bulanan,
"Hufttt...selesai juga meeting ini" Aku duduk menarik nafas panjang sambil membuka gawai 'cadanganku.
Banyak pesan masuk di aplikasi WhatsApp ku.
Pengaturannya ku setting mengunduh foto otomatis, sehingga siapapun yang kirim pesan gambar, akan langsung muncul dilayar.
Kubuka pesan dari Diana, fotonya dengan pose seksi dan menantang disertai caption yang menggoda, terpampang di layar gawaiku.
Begitu juga foto yang dikirim Dista tak jauh berbeda. Wanita-wanita pengumbar hawa nafsu.
Segera ku hapus chat mereka. Ku ucap istighfar dalam hatiku. Aku tak membalas pesan mereka, teringat anak-anak dirumah.
"Hei..bengong aja lu bro" Rendra menupuk bahuku
"Capsus..." Ujurnya.
"Kemana?"
"Yaelah..pake nanya, biasa sing song bro"
"Gua absen dulu ya" jawabku
"Nggak asyik lu ah..ayolah" Rendra manarik tanganku, ia sedikit memaksa.
Tak semangat aku memasuki ruang penuh maksiat itu. Namun Terlihat Dista antusias menyambut kedatanganku. Aku duduk bermalas-malasan.
Rendra terlihat asyik dengan 'pasangannya'. Bernyanyi, bergojet, saling merangkul dan sesekali mereka saling mencumbu. Entah kenapa aku muak melihat pemandangan itu, sangat menjijikkan sekali.
"Bro kita cek in duluan ya" Rendra berlalu sambil menggandeng pemandu lagunya keluar ruangan.
Tinggallah aku bersama Dista.
"Kamu kenapa beib.., gak kayak biasanya" Dista berkata tepat dihadapan mukaku.
Aku tak menjawab.
"Aku akan membuatmu bahagia malam ini beib.." Dista mencium pipiku lalu ia menuangkan minuman kedalam gelas, dan memberikannya padaku.
Aku menolak, tapi ia memaksa menuangkan minuman itu ke mulutku.
Seketika minuman haram itu masuk ke tenggerokanku. Lalu aku merasakan pusing, padangan kabur, dan tiba-tiba gelap.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulati Cus
dasar kucing liat udah ada ikan yg halal nyari yg haram apa namanya klu bukan kucing garong
2021-08-20
0
Faradilla
kenapa gelap.. mati ya
2021-08-16
0
Shin Gao
moga aja knp pnykit kelamin suami kyk gitu kasih pelajaran moga Vidya tau dan pergi buat Ari hancur dan penyakit tan lihat masih mau lht yg bening dan masih tampan gk
2021-03-13
1