ORANG KETIGA
Aku memandang datar wanita sederhana yang tampak pucat itu, Ia sedang terlelap dalam tidurnya setelah seharian muntah-muntah. Mungkin efek kehamilannya yang kini tengah memasuki usia 4 bulan.
Vidya Mawardi, dia istri yang aku nikahi 5 bulan yang lalu. Dia adalah istri yang kupilih sendiri, tapi entah kenapa sekarang ini, aku merasa tidak mencintainya.
Aku mengusap gusar wajahku. Menatap lekat-lekat wajah polos istriku. Dia tidak secantik mantan pacarku, dan mungkin karena itulah perasaanku jadi luntur padanya.
Terlintas wajah mantan kekasihku, Diana. Sejak aku memutuskan menikah dengan Vidya, bayang-bayang Diana selalu hadir dalam benakku.
Bergegas kuraih ponsel. Kubuka aplikasi hijau di ponsel cerdasku, kukirim pesan untuk mantan kekasihku, yang kini selalu aku rindukan.
***
Jam menunjuk pukul 22.00, Diana buru-buru memakai pakaiannya. Aku masih terbaring diatas ranjang usia kita melakukan hubungan haram beberapa waktu yang lalu.
"Aku harus berangkat yank, takut kemaleman dan terlambat masuk kerja besok. Pekan depan aku kembali lagi untukmu sayang" ia bergegas sambil mendaratkan kecupan di pipiku.
Aku mendekap erat seolah tak ingin berpisah dengannya. Kugenggam tangannya "Tunggu dulu, Yank, aku masih pengen bareng kamu" ucapku.
Tapi dia memang harus kembali ke kota tempatnya bekerja, dua jam perjalanan dari kota tempat tinggalku.
Entah kenapa seperti saat berpacaran dulu, aku dan Diana tidak bisa berpisah satu sama lain. Walaupun aku sudah menikah, tapi diam-diam kami masih menjalin hubungan terlarang dan tiap akhir pekan dia pulang kampung demi melepas rindu denganku.
"Udah malam Yank, besok aku harus kerja, kan? apa kamu mau menanggung biaya hidupku.haha.." ia terkekeh dalam dekapanku
Tentu saja ia bercanda, bagaimana mungkin aku menanggung biaya hidupnya. Toh dia tau aku sudah punya istri, dan aku baru saja terkena PHK Dari tempat kerjaku.
"Masih jam sepuluh kan, Yank? aku masih kangen, masih pengen berlama-lama bareng kamu" aku merajuk layaknya bocah padanya.
"Minggu depan kita kan bisa ketemu lagi? aku pasti akan selalu meluangkan waktu untukmu, tiap Sabtu jatah untukmu, sayang" ia melepaskan dirinya dari dekapanku.
Ia kemudian berjalan menuju cermin yang ada disamping ranjang, ia mematut dirinya disana. Merapikan rambutnya yang kusut akibat 'pertempuran' kita barusan. Ia tampak mengambil sesuatu dari dalam tasnya, lalu memoleskan sesuatu ke wajahnya.
"Dua jam lagi temeni aku disini" ucapku memelas.
Dia menoleh menatapku yang masih terbaring diatas ranjang. Bibirnya tampak merah merona karena baru saja dipoles lipstik, membuatku semakin mabuk kepayang padanya.
"Aku butuh istirahat kan Yank? kalau terlalu malam berangkat dari sini, aku nggak ada waktu untuk memulihkan tenagaku" ucapnya yang kini sudah selesai berdandan.
Ia tampak membereskan barang-barang bawaannya dan memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya.
Dengan rasa males aku terpaksa segera bangun dari ranjang ini. Ku dekap tubuhnya dari belakang. Aroma parfum menguar menggoda Indri penciumanku.
"Lepasin yank, kalau kamu peluk terus nanti kita bermalam disini" ucapnya
"Nih" ia melemparkan pakaian ke arahku. Kukenakan pakaianku dengan malas, dan kamipun segera keluar dari hotel melati ini.
Dengan mengendarai motor, kami menuju terminal. Dia memelukku dari belakang, rasanya tak ingin mengakhiri pertemuan ini tapi esok ia harus kembali bekerja. Setelah menempuh tiga puluh menit perjalanan, kamipun telah sampai di terminal bus.
Aku mengantarnya mencari bus jurusan kota Malang, kota tempatnya bekerja.
"Aku berangkat dulu, jangan sedih aku kembali tiap week end untuk menemuimu" ucapnya sesaat sebelum menaiki bus patas tersebut.
Kamipun berpelukan, dengan berat hati kulepas tangannya. Dan kamipun berpisah.
Selepas mengantar Diana ke terminal, aku memacu sepeda motorku untuk pulang ke rumah, Jam menunjukkan pukul 23.00 saat aku tiba dirumah. Pelan aku membuka gagang pintu kamar. Vidya tidak ada di kamar tidur kami. Aku mencarinya ke kamar mandi. Ternyata dia sedang muntah-muntah disana.
Mukanya pucat, menyemburkan segala hal yang dia makan sebelumnya. Ia tampak berjongkok di pojokan kamar mandi.
Dia menoleh saat menyadari kehadiranku.
"Kamu dari mana aja?aku ngubungi dari tadi ponselnya mati terus" tanyanya lemas.
"Ketemu temen SMA tadi waktu aku nyetak foto buat berkas besok, jadi kita nongkrong" dustaku
"Lama banget nongkrongnya? Ponselmu juga mati terus?"
uwekkk..uwekkkk..
Ia Kembali memuntahkan segala isi yang ada diperutnya.
"Iya maaf batrei ponselku habis Vid, tadi tuh nggak sengaja ketemu teman-teman SMA, sudah lama nggak ketemu mereka. Eh mereka ngajak ngopi, ya udah ternyata kita begadang sampe malam" dustaku lagi. Aku mendekat dan membantu memijat punggungnya.
Kupapah tubuhnya, saat ia hendak berdiri, sepertinya ia sudah selesai memuntahkan isi diperutnya.
"Besok jam berapa, Mas?"
"Jam 9.00 harus ngumpul..doain suamimu ya?" aku memeluk punggungnya dan menuntunnya ke kamar.
Aku baru saja melamar kerja di PT. Dinamika Corporation, sebelumnya aku terkena PHK di tempat kerjaku yang lama. Istriku kemudian mencarikan lowongan kerja untukku. Dia juga yang menyiapkan lamaran dan segala berkas-berkas yang diperlukan. Aku lulus test tulis dan wawancara, dan besok adalah jadwal untuk psikotest. Tadi siang aku keluar berpura-pura hendak menyiapkan foto-foto dan berkas untuk test besok, padahal aku janjian bertemu dengan Diana.
***
Esoknya akupun berangkat untuk menjalani psikotes.
Beberapa hari sebelumnya, aku telah mendapat training dari istriku, jawaban-jawaban yang perlu aku persiapkan untuk menghadapi psikotes tersebut serta trik-trik agar aku bisa lolos test yang aku lalui. Dia memang lebih berpengalaman di banding aku, karena setelah lulus kuliah dia lebih dulu telah melamar banyak pekerjaan di perusahan-perusahaan besar, dan akhirnya dia diterima disalah satu Bank milik BUMN. Kuakui dia memang wanita yang cerdas, secara intelektual dia memang jauh di atas Diana, hanya saja secara fisik Diana lebih unggul darinya.
Deg-degan aku menjalani psikotes yang baru pertama kali aku jalani. Aku yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman kerja yang istimewa, berkat istriku aku bisa punya pengalaman yang baru. Dan berkat dukungan istri pula aku bisa meriah gelar sarjanaku.
Singkat kata aku dinyatakan lolos dan diterima menjadi staff HRD di Perusahaan tersebut. Tentu ini adalah suatu kebanggaan bagiku. Dan aku sadar ini berkat perjuangan serta doa dari istriku.
Tak terasa kehamilan Vidya kini memasuki usia 9 bulan. Aku sebenarnya merasa bersalah tiap kali melihatnya bersusah payah atas kehamilannya. Tengah malam dia selalu susah tidur, sesak nafas dan bolak balik buang air kecil. Dia juga sering kehausan dan selalu gerah ditengah malam. Sungguh aku terenyuh dibuatnya.
Tapi aku juga tidak bisa membohongi hati bahwa aku masih menginginkan Diana. Dalam hatiku timbul penyesalan, kenapa aku harus menikah dengan Vidya. Sementara hatiku masih tak bisa melupakan Diana. Mungkinkah Diana cinta sejatiku??ataukah ini hanya n4f5u belaka?? Entahlah.
Sejak kehamilan Vidya memasuki usia 9 bulan. Ia tak bisa melayani kebutuhan batinku dengan memuaskan. Sehingga tiap akhir pekan aku sering menyalurkan hasrat dengan Diana.
Hari itu, akhir pekan, merupakan jadwal Diana datang berkunjung ke kotaku. Dengan mencari berbagai alasan aku berusaha untuk bisa keluar rumah dalam jangka waktu yang cukup lama karena Diana sudah menungguku disebuah hotel melati tempat kami biasa menyalurkan hasrat kami.
Kupacu motorku dengan hati riang karena akan menemui wanita yang aku dambakan. Setelah sampai segera kumatikan ponsel agar saat kami menyatukan rindu tak mendapat gangguan dari siapapun.
Kamipun segera melampiaskan rasa rindu, bergumul dalam dosa yang tak kami sadari.
Usai melepas rindu seharian bersama Diana diatas ranjang ini, ia harus pulang ke rumah neneknya. Ya sejak kecil dia tinggal bersama nenek dan kakeknya di kota ini karena ibunya telah meninggal saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Sementara Ayahnya merantau keluar pulau dan jarang bertemu dengan Diana.
Akupun harus pulang ke rumahku, mencari alasan yang tepat kepada Vidya kemana saja aku seharian ini, karena esok aku dan Diana sudah berjanji akan bertemu lagi di tempat ini untuk menyatukan cinta kami kembali, sebelum Diana kembali ke kota tempatnya bekerja.
Aku pulang ke rumah dan mendapati Vidya tengah tertidur. Akupun lelah dan segera tidur di sampingnya, aku tidur dengan membelakanginya.
Aku terbangun karena merasa mendengar isak tangis dan kasur terasa bergetar.
Aku balikkan badan dan mendapati Vidya tengah menangis, ia duduk bersandar pada tembok dan ditangannya ada ponselku.
Celaka, apa dia sudah membuka ponselku? tapi bukankah aku sudah menghapus semua chat dengan Diana?ataukah ada yang terlupa tidak ku hapus?Ah sial, bisa berabe kalau Vidya tau aku masih sering bertemu dengan Diana, mantan pacarku.
Bersambung
Jangan lupa like, komen dan bantu beri give ya
terima kasih atas dukungannya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulati Cus
aduuuh knp kota Malang?? kota kelahiran ku
2021-08-20
1
syeril
istrinya bunting oeeeyyyy... ampun.. tapi didunia nyata emng gitu sih.. pas ngerasa kurang puas atas pelayanan istrinya. dia cari yg diluaran. gk mikir istrinya bunting mau gerak aja susah🤦♀
2021-05-09
0
Ummiknya Zezah
Sesuai dengan judulnya.
Orang ke tiga,.
Good author
2021-03-13
1