Seminggu setelah Aina semangat menceritakan sosok aunty cantiknya. Bocah itu sekarang mungkin sudah mulai lupa karena belum ada kesempatan untuk bertemu lagi.
Pukul 05.30 sepulang shalat subuh berjamaah di masjid, Alvin langsung menuju kamar putrinya. Alvin menciumi wajah Aina tujuannya agar putrinya itu bangun.
"Sayang bangun yuk." ucap Alvin di telinga Aina.
Tak butuh waktu lama Aina sudah membuka mata.
"Do'a bangun tidur gimana? Papa mau denger dong."
"Alhamdu lillahil ladzii ahyaanaa ba'da maa amaa tanaa wa ilahin nusyuur"
Artinya : "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kami mati (membangunkan dari tidur) dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan".
"Pinter anak shalehah nya papa. Sayang hari ini mau Papa antar ke rumah siapa?" tanya Alvin.
"Aina mau cekolah Papa." Akhir akhir ini Aina juga sedang merengek minta sekolah pada Alvin. Bukan Alvin tak mau menuruti, tapi sekolah kan gak bisa asal masuk harus menunggu tahun ajaran baru.
"Iya sayang boleh kok. Tapi nanti ya gak bisa sekarang."
"Kapan?"
"Beberapa bulan lagi. Kita harus tunggu tahun ajaran baru dulu sayang."
"Aina mau cekolah tama bang Zam."
"Yah tadinya Papa mau Aina sekolah di deket kantor Papa."
"No. Mau tama bang Zam. Nanti Aina temu aty tantik agi di cekolah." jawab Aina.
"Deket kantor papa aja ya."
"No Papa No." kekeuh Aina.
"Haha yaudah iya. Sekarang kita mandi yuk nanti papa anterin Aina ke rumah nenek ya."
"Ada aty Vina tama dedek?"
"Iya ada."
"Yee."
Pukul 09.00 Alvin sudah berada di kampus. Ia baru saja memasuki kelas dan akan memulai mengajar.
"Masya Allah pak Alvin itu ganteng banget ya. Masih muda udah jadi dosen plus pengusaha." ujar salah satu mahasiswinya yang diketahui bernama Inara.
"Ina fokus dong. Jaga mata. " tegur kawan di sampingnya.
"Gak bisa Aul gak bisa kalau sama pak Alvin mah."
"Ina bisa aja pak Alvin itu udah nikah loh."
"Masa sih tapi di jarinya belum ada cincin tuh."
"Ya mungkin aja pak Alvin gak mau pakai perhiasan."
"Aul ah suka bikin drop deh."
"Kalian berdua." tanya Alvin menunjuk mereka berdua.
"Sa... Saya Pak?" tunjuk Aulia pada dirinya sendiri.
"Iya kamu dengan teman di sebelah kamu. Saya ingatkan kalau kalian tidak berminat mengikuti mata kuliah saya sebaiknya kalian keluar sekarang. Jangan diam di kelas tapi mengganggu kawan kalian yang mau belajar." tegur Alvin.
"I.. Iya pak maaf." ucap Inara sambil menunduk.
Alvin melanjutkan kegiatan mengajarnya.
Hingga pukul 16.00 Alvin berkegiatan di kampus mengajar 4 kelas dalam sehari. Kebetulan hari ini ada kajian rutin di universitas basic universitas yang Islami menjadikan setiap minggunya ada kajian rutin.
Kebetulan Alvin masih di kampus ia memilih untuk ikut kajian terlebih dahulu.
"Masya Allah. Pak Alvin ikut kajian." heboh Inara sambil menyenggol kawan di sampingnya.
"Ina udah deh jangan mulai. Nanti kena tegur lagi." kata Aulia.
"Iya iya maaf."
"Hah kalian kena tegur siapa?" tanya Dinda
"Pak Alvin. Ina sih tuh pak Alvin baru masuk udah di pake bahan ghibah."
"Kalian udah dong kajiannya udah mau mulai nih."
"Iya Haifa iya." jawab mereka serempak.
Kajian kali ini membahas tentang jodoh. Entahlah di kalangan mahasiswa topik kajian seperti ini seperti menjadi topik favorite.
Kajian tersebut kurang lebih membahas ini.
Syahwat dan hawa nafsu itulah yang dia sebut sebagai cinta dan yang dia jadikan sebagai Tuhannya.
Masalah jodoh, memang rahasia ilahi. Seperti disebutkan dalam hadits Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, di saat manusia masih berada dalam perut ibunya, "Kemudian diperintahkan malaikat untuk menuliskan rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, kebahagiaan atau kesengsaraannya..."
Jodoh, termasuk rezeki seseorang. Jadi memang sudah ditentukan oleh Allah semenjak manusia belum diciptakan, dan sudah ditulis di Lauh Mahfuzh. Dalam hal ini, kita tidak diperintahkan untuk memikirkan tentang takdir tersebut, tapi hanya diperintahkan untuk berusaha. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallambersabda, "Beramallah, masing-masing akan dimudahkan melakukan apa telah dituliskan baginya." (Riwayat Muslim).
Sebenarnya, berusaha atau tidak berusaha, jodoh sudah ditetapkan. Tapi masalahnya bukan itu. Bahwa kita tetaplah dianggap berbuat keliru, bila kita tidak berusaha. Yang dituntut oleh Allah dari kita adalah upaya, ikhtiar dan niat baik. Jodoh tetap Allah yang menentukan. Jadi soal jodoh, rezeki dan takdir kita tidak berhak mengurusnya, tapi kita hanya diperintahkan untuk berusaha. Dengan upaya yang benar dan niat yang bersih itulah, kita akan diberi pahala. Hasilnya, Allah yang menentukan. (Sumber: Majalah Nikah)
Selesai mengikuti kajian dan shalat maghrib berjamaah di masjid kampus Alvin memutuskan untuk segera pulang.
Begitu juga dengan Inara dan kawan kawan termasuk Haifa. Mereka pulang ke arah yang sama karena kebetulan mereka kost di tempat yang sama. Sebetulnya Haifa dan Dinda ini warga lokal (penduduk setempat atau dalam kota) tapi rumahnya yang cukup jauh dari kampus akhirnya mereka memutuskan untuk kost.
"Ina kamu serius suka sama pak Alvin?" tanya Dinda dalam perjalanan.
"Haha bukan suka sih kagum aja gitu. Pak Alvin masih muda tapi udah jadi pengusaha terus jadi dosen pula. Terus beliau itu kelihatan agamis banget tiap ada perempuan yang mau jabat tangan gak pernah di terima. Terus juga kayaknya gak pernah tergiur sama godaan perempuan perempuan di kampus. Padahalkan banyak banget yang nge bucin sama pak Alvin."
"Termasuk Ina kan?" tanya Haifa.
"Ih Haifa aku kan bilang cuma kagum." protes Ina.
"Haha kagum tapi tiap ketemu dibahas." kata Haifa lagi.
"Nah bener tuh. Tiap di kelas pak Alvin masuk selalu heboh." samber Aulia.
"Ish kalian ini ya." ucap Inara sambil mengerucutkan bibirnya.
"Haha udah ah cepet kita pulang. Nanti lagi ngobrolnya jangan di pinggir jalan begini." kata Haifa.
Dilain tempat Alvin yang baru sampai ke rumah ibu untuk menjemput Aina langsung disambut oleh sang putri.
"Papa." ucap Aina sambil berlari dan memeluk Alvin.
"Assalamualaikum. Putli papa."
"Aikum salam."
"Papa lama." kata Aina lagi.
"Hehe maaf yaa. Papa tadi ngaji dulu."
"Aina uga tadi ngaji di tini tama ibu utadah. Tama ade Fika uga." jawab Aina.
"Iya bagus dong. Biar putli papa tambah shalehah."
"Yaudah kita masuk dulu ya pamit sama semuanya. Baru kita pulang."
"Ya Papa."
Berpamitan sudah, sekarang Alvin dan Aina sedang dalam perjalanan pulang.
"Aina tadi belajar apa ngajinya?"
"Aina tadi bajal tulat tulat pendek."
"Wah pinter jadi nambah dong hafalannya."
Aina mengangguk cepat.
"Papa mau denger dong. Boleh?"
Aina mengangguk lagi. Kemudian langsung membacakan hafalannya.
(Skip)
Aina yang mulai mengantuk setelah membacakan hafalannya. Akhirnya mulai tertidur.
Alvin mengelus sebenter kepala Aina yang hari ini tertutup jilbab. Dalam memakai jilbab Aina memang masih semaunya. Tapi bukan masalah bagi Alvin asalkan Aina mau belajar.
Sampai di rumah Alvin menggendong Aina ke kamar. Alvin terlebih dahulu menggantikan pakaian putrinya.
"Kamu sudah semakin besar sayang. Semakin pintar. Papa jadi semakin bingung seandainya suatu saat sudah sampai waktunya kamu menanyakan sosok ibu bagi kamu. Apa yang harus papa jawab?"
Alvin tersenyum kemudian mencium Aina dan membacakannya do'a yang menjadi rutinitasnya.
Keluat dari kamar Aina, Alvin berjalan ke ruang kerjanya. Alvin terdiam sejenak kajian tadi cukup mengena di hatinya. Perihal jodoh perihal takdir.
Bagi Alvin bukan hal mudah untuk bisa memulai kembali. Alasan utamanya tentu karena sudah adanya Aina. Alvin ingin yang terbaik untuk Aina. Walaupun Aina masih memiliki ibu kandung tapi bisa dibilang Aina kehilangan sosoknya.
Lambat laun Aina pasti butuh sosok wanita di sampingnya dan tidak menutup kemungkinan Aina akan menuntut itu darinya.
Alvin tidak menutup hati, hanya Alvin harus lebih selektif. Karena yang dipikirkan saat ini bukan hanya untuk menjadi istrinya. Melainkan yang bisa menerima Aina dengan sebaik baiknya. Bahkan kalau boleh Alvin request Alvin lebih ingin sosok yang bisa lebih dulu menerima Aina dari pada menerimanya.
Ah sudah lah Alvin lelah terlalu banyak berpikir. Ia beranjak dari duduknya, menuju kamar lalu membersihkan diri.
**To Be Continued...
See You Next Part**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ari_nurin
baru baca bab pertama aja sdh tertarik.. bahasa dan alur nya cantik.. enak buat dibaca dan jd ga bs berhenti. tp harus terpaksa dihentikan karena harus kerja dulu 😄👍
2022-05-23
0
Abi Manyu
ya Allah thor karyamu agamais banget aku suka banget deh ...
2021-07-13
0
Nita Purwani
😊
2021-06-30
0