Seketika orang dewasa yang ada di sana terdiam mendengar ucapan Aina.
Ternyata ucapan Alvin sangat diingat Aina. Setiap kali hendak mengantar Aina ke rumah abangnya atau ke rumah ibu Alvin selalu berpesan.
'Aina harus baik ya sama nenek atau aunty Zia. Harus jadi anak baik, Papa tau loh Aina ngapain aja. Kalau Aina baik jadi tambah banyak orang yang sayang.' begitu kira kira yang selalu Alvin pesankan pada putri kecilnya. Jadi Aina selalu merasa apapun yang ia lakukan Papanya pasti tau.
Termasuk saat ini.
"Aina nakal. Nanti Papa malah tama Aina. Kalau Papa malah Aina tama tapa?"
"Kalau Papa marah nanti uncle marahin papa. Nanti Aina sama uncle aja." kata Arvan sambil menggendong Aina.
"No. Akel Alvan." kata Aina sambil memeluk leher Arvan.
"Yaudah jangan nangis dong."
Pukul 17.30 Alvin baru sampai di rumah Abangnya untuk menjemput Aina.
"Assalamualaikum." ucap Alvin.
Aina yang sudah tidak asing dengan suara itu pun langsung berlari ke arah Alvin dan memeluk kaki Alvin.
"Tolly Papa." kata yang Aina ucapkan saat memeluk Alvin. Alvin langsung berjongkok di hadapan Aina.
"Kenapa? Kok Aina langsung minta maaf sama papa?"
"Alvin masuk dulu aja duduk dulu." ajak Zia karena Alvin posisinya masih di depan pintu.
Alvin menggendong Aina dan membawanya masuk.
"Kenapa? Putli nya Papa kok mulung hmm?" tanya Alvin memirukan Aina yang masih cadel.
Bibir Aina bergetar dan air mata nya kembali tumpah.
"Loh Papa tanya kok malah nangis sayang?" tanya Alvin sambil mengusap air mata Aina.
"Aina nakal papa. Tolly papa."
Alvin mengerutkan keningnya.
"Nakal kenapa? Jangan nangis dong, Aina cerita dulu sama papa."
"Adek gak nakal kok om. Adek cuman gak sengaja aja." kata Azzam.
"Hmm emang adek kenapa?" tanya Alvin.
"Azzam tadi ajak Adek beli es krim di sekolah. Terus adek gak sengaja nabrak orang, es krim ade jatuh kena baju aunty nya. Tapi ada udah minta maaf sama aunty nya. Aunty nya juga gak marah sama adek." jelas Azzam.
Zia yang ada di sana hanya tersenyum, melihat Azzam menjelaskan agar adiknya tak di marahi Alvin. Padahal Zia juga yakin Alvin tak akan marah pada Aina. Alvin bukan laki laki tempramen, malah sebelumnya Alvin adalah sosok lelaki yang humoris. Namun keadaan sekarang membuat Alvin berubah.
"Oh gitu ceritanya. Kalau gitu putli papa ini anak baik dong. Putli papa kan udah minta maaf." kata Alvin sambil mengusap Aina.
"Papa malah?" tanya Aina.
"Nggak dong Aina kan udah minta maaf sama aunty nya. Jangan nangis dong nanti putli papa ini gak cantik lagi." Alvin mengusap air mata Aina.
"Aina tantik. Papa nakal." rengek Aina.
"Adek cantik kok. Om Alvin yang jelek." kata Azzam membela adiknya.
"Haha iya iya putli papa ini cantik dan ponakan om ini ganteng." kata Alvin sambil mengusap rambut Azzam.
Zia hanya geleng geleng melihat interaksi mereka.
"Oh iya kak. Abang belum pulang?"
"Belum. Tadi kan perginya siang."
"Oh gitu. Yaudah kak kalau gitu Alvin sama Aina pamit ya. Makasih udah bantu Alvin jagain Aina."
"Kamu ini Vin. Aku mah seneng di titipin Aina. Azzam juga seneng ada temen main."
"Oh iya makasih juga ya buat Abang Azzam udah ajak main dan jagain adeknya." kata Alvin pada Azzam.
Azzam hanya mengangguk.
"Alvin sama Aina pamit kak."
"Iya hati hati ya."
"Aina pamit dulu sama Aunty salam dulu." perintah Alvin.
Aina mencium tangan Zia.
"Sama abang." perintah Alvin lagi.
Aina mencium tangan Azzam.
"Dadah Adek." ucap Azzam sambil melambaikan tangan.
"Dah Abang." balas Aina.
Alvin dan Zia tersenyum melihat interaksi keduanya yang sangat dekat itu.
"Pamit ya kak. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Di perjalanan pulang Aina yang duduk di samping Alvin nampak anteng dengan mainannya tidak murung seperti tadi.
"Aina udah makan belum sayang?" tanya Alvin.
"Dah papa. Di lumah aty Zia."
"Makan sama apa?"
"Con tup."
"Hah con tup?"
"Con tup papa. Con tup." keukeuh Aina.
Alvin berpikir sejenak.
"Oh corn sup? Sup jagung."
Aina mengangguk.
"Banyak gak makannya?"
"Banak. Enak makan na."
"Pinter deh kalau banyak makannya."
"Oh iya Aina mau telepon mama gak?" tawar Alvin karena sudah sejak beberapa hari Aina belum berkomunikasi lagi dengan mamanya.
Aina mengangguk antusias. Sambil menyetir Alvin mencari kontak mamanya Aina kemudian meneleponnya dan menyerahkan hp pada Aina.
Sekian lama belum ada jawaban, hanya terdengar suara operator kemudian terputus.
"Lagi papa."
Alvin menelponnya lagi hingga berkali kali tapi selalu sama. Alvin melihat Aina, putrinya itu sudah tidak seantusias tadi. Alvin merasa bersalah karena dirinya yang menawarkan menelpon mamanya pada Aina.
"Maaf sayang." ucap Alvin.
Aina hanya mengangguk.
Jika ditanya apa pemicu Alvin berpisah dengan istrinya? Sebenarnya Alvin enggan menjelaskan karena baginya itu hanya membuka aib rumah tangganya di masalalu. Tapi salah satunya ya begini setelah menikah istri Alvin memilih melanjutkan pendidikan S2 nya. Alvin sangat menyupport istrinya. Namun saat berhasil menyelesaikan pendidikannya istri Alvin menjadi wanita karier yang super sibuk. Bahkan saat mengandung Aina pun istrinya sering pergi ke luar negeri untuk mengurusi pekerjaan. Alvin akui mantan istrinya memang wanita yang berpotensi.
Situasi semakin berbeda setelah istrinya melahirkan Aina. Jika biasanya wanita setelah melahirkan akan lebih memprioritaskan anak dan keluarga. Lain halnya dengan mantan istri Alvin yang merasa setelah melahirkan dirinya semakin bebas untuk berkegiatan. Bahkan Aina bayi pun tidak di berikan ASI oleh mamanya hanya sesekali saja jika mamanya ada di rumah. Sisanya Aina di susui oleh Zia. Jadi Azzam dan Aina itu bukan hanya saudara sepupu melainkan sodara sepersusuan. Bahkan kadang Vina juga ikut menyusui Aina.
Sebagai suami Alvin sudah mencoba berbicara secara lembut, serius bahkan sampai adu argumen. Tapi permintaan Alvin hanya di dengar. Alvin mencoba mengalah demi Aina.
Namun Alvin juga tetap manusia biasa, sampai di satu titik Alvin merasa sudah tidak di hargai sebagai suami. Titahnya sudah tidak diindahkan, perintahnya dilanggar, kedudukannya dilangkahi dan kehormatannya diabaikan.
Keputusan pun terpaksa harus Alvin ambil. Bukan keputusan yang indah, saat itu Alvin masih berharap pada proses mediasi berharap masalahnya masih bisa di atasi sebelum sampai di meja hijau. Tapi sayang lagi lagi Alvin merasa sudah tidak ada harganya.
Hingga palu hakim pun di ketuk, keputuskan di tetapkan. Tapi perjuangan Alvin belum selesai, ia masih harus memperjuangkan putrinya. Alvin sadar putrinya yang masih di bawah umur maka hak asuhnya akan jatuh pada mantan istrinya. Alvin tak mau kalau ia harus usaha lebih agar Aina tetap bersama dirinya. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Usaha Alvin terbayar dengan proses yang cukup panjang akhirnya hak asuh atas Aina jatuh ke tangannya.
Alvin tak pernah menutup akses bagi mamanya Aina untuk bertemu Aina. Tapi sayangnya setelah usia Aina 3 tahun pun bis di hitung jari berapa kali mamanya menemui Aina. Apalagi saat ini mantan istrinya memilih tinggal dan bekerja di luar negeri bersama keluarga barunya.
Jika mau egois Alvin juga bisa saja langsung mencari istri lagi. Tapi Alvin masih memikirkan Aina tentu bukan hal mudah mencari wanita yang benar benar bisa menerima Aina dan dirinya.
Hingga akhirnya Alvin bertekad ia hanya akan menikah jika Aina sendiri yang berkata.
'Papa Aina mau dia menjadi mama bagi Aina.'
"Alhamdulillah sampai sayang." ucap Alvin saat mereka sampai di rumah.
"Papa ndong." ucap Aina.
Alvin menggendong Aina dan membawanya masuk.
Malamnya hari ini teras beda karena bukan Alvin yang bercerita sebagai pengangantar tidur bagi Aina. Tapi Aina yang bercerita tentang kegiatannya hari ini. Aina juga berkata ingin sekolah. Aina juga menceritakan kejadian yang dianggapnya sebagai hal yang nakal.
"Tapi aty nya baik papa. Gak malah tama Aina. Aty na peuk Aina telus aty juga minta maaf tama Aina." ucapnya.
"Oh gitu. Aunty nya cantik gak sayang?"
"Tantik. Aty na pake keludung tama baduna kaya aty Zia." jawab Aina.
"Tapi badu aty na kotol tama Aina."
"Haha its okay sayang auntynya pasti bisa cuci sendiri bajunya."
"Aina mau temu Aty itu lagi papa."
"Haha udah ah udah malam Aina bobo ya."
"Tama papa ya."
"Iya sayang Ayo baca do'a dulu."
Alvin merenung. Sepertinya sinyal sinyal Aina meminta sosok seorang bunda sudah semakin terlihat. Apalagi melihat Aina sangat antusias menceritakan sosok aunty cantik yang baru ia temui.
**To Be Continued...
See You Next Part**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
gemes ma aina.tega banget ibu nya ninggalin anak yg imut dan gemes gitu.moga Haifa jd bunda nya aina.klu Alvin nya gk punya jodoh juga sok atuh Thor paketin krm kerumah aye aja mau tuh jagain n jd bunda nya Aina🤣🤣
2022-06-24
0
Umi Hanik
sungguh ,alur ceritanya 👍👍 banget
bahasanya Aina gemesin dech
sukses selalu Thor
2022-02-28
0
Har Tini
subhanallah aina anak sholeha baik banget pinter ❤
2022-02-03
0