"Mina sini." Mizell masih melambaikan tangan menatap Mina yang membawa nampan berisi dua mangkok dan dua gelas di atasnya.
Mina sampai di hadapan Mizell tapi anehnya tubuhnya malah menegang, Mizell langsung mengambil alih nampan di tangan Mina dan meletakkan di atas meja serta menarik Mina untuk duduk di bangku sebelah nya.
"kenapa kita duduk dengan mereka berdua?" mendengar bisikan-bisikan di telinganya membuat Mizell menatap Mina dengan pandangan bertanya.
"kenapa memangnya?" tanya Mizell sambil mengangkat bahunya.
"mereka ini termasuk anak populer" jawaban Mina sukses membuat Mizell menatap kedua makhluk yang ada di hadapannya dengan pandangan menilai.
Di hadapan Mizell terdapat dua cowok yang menurut Mizell tidak terlalu tampan tapi bisa di bilang tampan, satu cowok berambut hitam dengan mata yang berwarna serupa, alis tebal, hidung mancung dan bibir merah serta kacamata yang bertengger di hidungnya, lumayan lah.
Cowok satunya lagi memiliki rambut coklat, mata coklat, hidung yang mancung dan juga bibir merah tanpa kacamata, mereka berdua terlihat seperti murid teladan, hanya saja tampang mereka sangat datar dan dingin yang membuat mizell menjadi ingin mengganggu makhluk di depannya.
"tidak apa-apa Mina, anak populer ini tidak akan memakan mu." Mizell mencoba menenangkan temannya tapi malah di hadiahi tatapan dingin dari kedua makhluk itu.
Sambil menatap kedua cowok itu, Mizell dengan santainya menyuapkan bakso yang ada mulutnya.
"maaf kak." ucap Mina, sedangkan mendengar permintaan maaf dari Mina membuat Mizell menatap Mina dengan pandangan tidak suka.
"ah kamu mulai lagi,untuk apa meminta maaf? emang kamu berbuat salah?" tanya Mizell menatap Mina sekilas dan langsung beralih menatap kedua cowok di depannya.
"kak perkenalkan namaku Mizell, kalau boleh tahu nama kakak-kakak ini siapa ya?" Mizell tersenyum manis menatap cowok di depannya.
"Maxime"
"Vian"
Suara yang terdengar kompak itu,berhasil membuat Mizell terkekeh kecil. Cowok berkacamata menyebutkan namanya Maxime dan cowok berambut coklat menyebutkan namanya Vian, sepertinya Mizell sudah menemukan teman baru.
Mizell merogoh kantong roknya dan mengambil dua bungkus biskuit, menaruhnya tepat di depan Maxime dan Vian membuat keduanya menatap mizell dengan pandangan heran.
"kita sekarang berteman." ucap mizell menyelesaikan makannya, lalu meninggalkan Maxime dan Vian yang menatap kepergian mizell tanpa komentar apapun.
•••••
"Adek ku tersayang,bisa cepat dikit gak?" jeans hitam dan baju putih serta hoodie hitam sudah melekat di tubuh Samuel, duduk di sofa sambil memainkan ponselnya menunggu Mizell turun menghampirinya.
Mizell turun dengan pakaian serba hitam,tak jauh beda dengan kakaknya yang hanya beda baju kakaknya saja .
. (kira-kira beginilah tampilan Mizell)
"ayo berangkat." ucap Mizell, berjalan keluar meninggalkan Samuel yang geleng-geleng kepala melihat sikap adiknya.
"dah nunggu lama-lama,eh malah di tinggal." gerutu Samuel tak urung mengikuti Mizell yang berjalan di depannya.
"tumben kita ke sana hari ini, biasanya malam Minggu,ada yang istimewa kah?" tanya Mizell penasaran, biasanya dia akan ketempat itu pada malam Minggu tapi sekarang adalah malam Rabu.
"Julian sedang di tantang." mendengar nama teman kakaknya membuat Mizell menjadi penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.
•••••
Suara sorak sorai penonton memenuhi tempat yang baru saja di masuki Mizell dan Samuel, seseorang melambaikan tangan kearah mereka membuat keduanya langsung melangkah ke sana.
Julian duduk di sofa seperti sudah siap bertarung, ya bertarung karena sekarang mereka berada di arena tinju.
Tempat ini sangat rahasia, di luar kelihatan seperti kafe biasa tapi jika masuk ke dalamnya ada sebuah pintu yang menuju ruang bawah tanah, di situlah ada arena tinju.
Tidak banyak yang tahu tempat ini, kebanyakan hanyalah orang kaya yang menjadi penonton dan orang-orang yang butuh uang yang akan jadi bahan tontonan, ada juga yang kesini untuk pelepasan amarah ataupun tempat mengadu kekuatan masing-masing dengan mempertaruhkan yang mereka miliki seperti sekarang, teman kakaknya bernama Julian yang akan bertarung dan bertaruh.
"hai kak." sapa Mizell saat menduduki bokongnya di atas sofa yang sekarang menghadap langsung ke arah ring tinju.
"hai manis, kamu kesini untuk menonton kakak ya?" tanya Julian sambil mengedipkan sebelah matanya memberikan kesan genit pada Mizell yang hanya terkekeh pelan melihat kelakuan Julian.
"ya begitulah, siapa lawannya kak? dan mempertaruhkan apa?" Mizell menatap Julian menanti jawaban.
"lihat di sana, lelaki yang memakai kaos biru itu, kami mempertaruhkan wanita sekarang, lihat wanita yang di sampingnya, wanita itu harus di bebaskan dari lelaki seperti dia." Julian menunjukan seseorang di seberang mereka dengan dagunya yang membuat perhatian Mizell langsung tertuju ke tempat yang di tunjukkan.
"aku yakin kamu akan menang kak." yakin mizell tersenyum, sambil sesekali melihat ke seberang dan menatap Julian yang ada di sampingnya.
"haha entahlah, aku harap begitu." jawab Julian penuh arti.
Asik berbincang-bincang, sampai perhatian mereka teralihkan ke arah ring tinju saat mendengar teriakan wasit yang sedang menghitung mundur, di sana terdapat lelaki yang terkapar tak sadarkan diri dan ada yang lelaki yang berdiri dengan nafas tersengal-sengal.
"1....Max menanggg." teriak wasit sambil mengangkat tangan lelaki yang bernama m
Max, sorak sorai penonton menyambut kemenangannya, sedangkan Mizell terdiam melongo menatap pemenang itu seakan sedang mencerna sesuatu.
"What? itu bukannya cowok di sekolah tadi?"
•••••
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Fau Zan
waww..... terkejuttttt
2020-10-12
2