4

Charlotte sudah beberapa saat berdiri di parkiran, menyandar pada mobilnya. Beberapa saat setelah bertemu Brandon, ia tak langsung pulang dan memilih untuk berdiri di parkiran, dekat mobilnya.

Sejujurnya, baru kali ini Charlotte merasa begitu kesal pada seseorang seperti ini hingga tak bisa menahan perilakunya di depan publik. Biasanya jika marah, ia akan menahan diri saat berada di depan banyak orang.

"Brandon hampir membuatku terlihat buruk di mata orang-orang. Image baik itu penting." gumamnya memejamkan mata sembari menggeleng.

Charlotte menghela napasnya kemudian meraih ponsel miliknya dari dalam tas untuk menghubungi seseorang. Tak menunggu waktu lama, panggilan itu akhirnya tersambung.

"Halo Xander, dimana kau sekarang ?" tanya Charlotte tanpa basa basi.

"Aku di rumah. Kenapa?" pemuda bernama Xander itu menjawab dengan nada cuek dari seberang telepon.

"Rumah yang mana. Mansion atau apartment?"

"Apartment."

"Itu dekat denganku."

"Lalu, kenapa memangnya kalau dekat?"

"Aku baru saja ada pertemuan di kafe yang berada di dekat apartemenmu. Dan sekarang aku mau pulang, tapi aku sedang tak ingin menyetir mobil. Jadi aku ingin kau datang menjemputku "

Ada jeda selama beberapa detik sebelum pemuda itu menjawab. "Apa kau bilang?" ujarnya.

"Aku bilang jemput aku, bodoh!" ulang Charlotte lagi dengan nada kesal.

"Menjemputmu?"

"Ya."

Terdengar suara decihan dari seberang telepon, "Kau memintaku untuk menjemputmu?"

"Kau ini tuli atau apa sih?"

Pemuda itu kembali terdiam sebentar sebelum kemudian kembali bicara. "Aku sedang sibuk sekarang. Aku tutup teleponnya. Sampai jumpa."

"Tunggu dulu!" kata Charlotte, "Kau tak bisa menutup teleponnya begitu saja."

"Tentu saja bisa. Kenapa tidak? Aku bahkan bisa menutupnya detik ini juga kalau aku mau."

"Ayolah," protes Charlotte. "Lagipula kenapa harus buru-buru ditutup teleponnya."

"Sudah kubilang, aku sibuk."

"Memangnya apa yang sedang kau kerjakan sekarang?"

"Tidur."

Charlotte menggertakan giginya. Ia memejamkan kedua matanya, tarikan napasnya terdengar bergetar karena menahan emosinya.

Charlotte menggelengkan kepalanya mencoba mengontrol dirinya sendiri, "Jangan mencoba memancing emosiku, Xander. Mood-ku sedang buruk sekarang. Cepatlah kau bangun dan jemput aku sekarang."

"Maaf gadis cerewet, tapi aku rasa kau melupakan satu hal penting."

Charlotte menaikkan sebelah alisnya. "Melupakan sesuatu yang penting? Melupakan apa?"

"Sepertinya kau benar-benar lupa." terdengar Xander mendecih sebal. "Oke, biar aku ingatkan. Kau sudah memintaku untuk tidak muncul lagi di hadapanmu."

"Hah?"

"Masih belum ingat rupanya." Xander mendecih. "Kau mungkin lupa. Tapi kau itu sudah memintaku untuk berhenti jadi asisten atau pesuruhmu, ah… apalah namanya itu. Kau memecatku. Kau menolak untuk memberiku gaji lagi karena kerjaku tak becus. Aku bangun kesiangan dan terlambat menjemputmu untuk bekerja tadi pagi! Bagaimana, apa sekarang kau sudah inget, hah?"

Kali ini Charlotte yang terdiam selama beberapa saat sebelum kemudian ia menepuk dahinya sendiri. Oke, Charlotte ingat sekarang! Dia ingat kalau dia sudah memecat pemuda ini tadi pagi.

Tapi tunggu dulu. Jadi, pemuda ini setuju dengan pemecatan itu? Apakah itu artinya kali ini Xander benar-benar marah padanya?

Lantas kalau Xander bersedia dipecat, artinya tidak akan ada alasan lagi bagi pemuda itu untuk menemani Charlotte pergi kemana pun lagi.

Charlotte menggelengkan kepalanya. Tubuhnya menegang seketika. Itu tidak mungkin terjadi karena selama ini dirinya sudah benar-benar menggantungkan seluruh hidupnya pada pemuda itu.

Xander, pemuda itu bukan hanya sekedar orang yang bisa Charlotte manfaatkan. Bagi Charlotte, membawa Xander pergi bersamanya hanyalah alasan agar pemuda itu dibebas tugaskan dari urusan kantor oleh kakeknya.

Faktanya, Alexander adalah kakak angkatnya. Dia merupakan seseorang yang dibawa oleh tuan Romanov untuk menemani Charlotte saat masih kecil. Xander menjadi teman dan sahabat untuk Charlotte selama bertahun-tahun ia hidup

Charlotte tak bisa membayangkan jika harus hidup tanpa pemuda itu. Ya, walaupun Xander hanya saudara angkat, tapi dia benar-benar butuh pemuda itu untuk terus ada di sisinya. Dia dan Xander bak saudara kembar yang tidak akan bisa terpisah.

Charlotte tersenyuk kecut sembari menghela nafasnya pelan barulah kemudian menjawab. "Hei, saat itu aku tidak serius. Aku hanya bercanda."

"Kau sudah memecatku kemarin, dua hari lalu, juga lima hari lalu. Ah, kau juga sudah memecatku satu minggu yang lalu, hanya karena aku tak membangunkanmu untuk berolahraga di pagi hari."

"Xander, dengarkan dulu."

"Dan satu lagi, bulan lalu kau juga memecatku karena-"

"Oke, oke, stop!" potong Charlotte. "Kau ini bisa berhenti bicara tidak? Berhentilah jadi orang yang menyebalkan, Xander. Aku kan hanya-"

"Wow..wow..tunggu dulu! Itu dia. Bukankah itu harusnya jadi kalimatku. Kau, Charlotte! Berhentilah jadi orang yang menyebalkan. Kau tahu, kau itu benar-benar membuatku muak."

"Xander! Kau-"

"Dengar Charlotte! Aku ini diminta kakek untuk menjagamu bukannya jadi pembantu atau pesuruhmu, ingat?" ujar Xander. "Aku sempat menolak saat itu. Tapi kau mencoba meyakinkanku untuk menerima saja tawaran itu karena tak ingin kesepian. Kau bahkan menawarkan uang padaku."

"Ya, memang benar."

"Tapi kau sudah memecatku. Aku sudah berhenti sekarang. Artinya aku bebas pergi kemanapun tanpa harus bersamamu lagi. " ujar Xander tajam. "Kalau kau tak memberiku uang waktu itu, mana mungkin juga aku mau repot-repot untuk mengantar dan menjemput gadis sepertimu. Si nona cerewet!"

Charlotte mengernyitkan keningnya. Ia terdiam atas ucapan Xander. Charlotte mengangkat kedua tangan, memijit pangkal hidungnya. Hanya bisa meruntuki dirinya yang selalu kalah jika berdebat dengan sang kakak. Yah, apapun perdebatannya, pemuda itu pasti selalu berhasil membungkamnya.

Terdengar suara helaan dari seberang telepon.

"Jujur saja, uang pemberian darimu itu memang besar. Tapi karena perlakuan seenakmu itu, aku putuskan mulai sekarang aku berhenti saja! Ya, uang bulanan dari kakek juga sudah cukup buat menopang hidupku."

"Xander, sudah kukatakan padamu kalau waktu itu aku hanya-"

"Kau diam dulu. Dengarkan aku bicara!" Xander tetap melanjutkan kalimatnya tanpa membiarkan Charlotte mengatakan apapun lagi. "Dengar ya, kali ini aku akan benar-benar mengacuhkan apapun tentangmu! Kau dengar itu? Aku tak akan mau menjemputmu lagi, entah hari ini atau ke depannya. Aku berhenti!"

Charlotte terkejut dengan ucapan Xander. Ia merasa kebingungan setelah mendengar perkataan kakaknya itu dan berusaha mencari ide lain. Charlotte kemudian tersenyum saat mendapat ide lebih baik untuk membuat kakak itu luluh.

"Emm...dengar Xander! Aku sama sekali tak masalah kalau kau memutuskan untuk berhenti, tapi kita ini kan saudara, ingat?"

"Sekarang kau menggunakan kata 'saudara' untuk menekanku. Pintar sekali, ya."

"Tentu saja. Oh ya, seperti yang kau katakan tadi, kakek juga sudah menitipkan aku padamu. Jadi kalau kau berhenti menjagaku dan menemaniku, kakek bisa sedih."

Charlotte lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Dan kakek juga pasti akan kesusahan untuk mencari penggantimu menjagaku nanti. Kau pasti tau kan aku ini wanita seperti apa. Pasti tak akan ada orang yang bisa mengerti diriku sepertimu. Tak mungkin kau mau menyusahkan kakek kita yang sudah tua renta itu, Xander?"

Xander berdecih.

"Tidak juga. Menurutku, kakek itu adalah orang yang luar biasa dan sangat hebat. Kalau sekedar untuk mencari penggantiku saja, itu hal yang sangat mudah untuknya, tinggal tunjuk saja!" Xander menjeda kalimatnya. "Tapi perkataanmu itu ada benarnya juga. Aku juga setuju saat kau bilang kakek akan kesulitan untuk mencari orang yang bisa menghadapi wanita gila sepertimu ini."

Charlotte melotot tak terima. Ia terperangah menatap layar ponselnya.

"Xander, kau-"

"Apa?" tantang Xander. "Benar kan apa yang aku bilang. Kau itu wanita gila!"

Charlotte menggaruk pipinya jengah. Seandainya Xander ada di hadapannya saat ini, lelaki itu pasti sudah habis di tangannya.

"Denger Xander. Aku tak mau tau, intinya kau harus menjemputku di FJ kafe, sekarang! Aku akan memberi uang. Ah tidak. Aku akan menaikam gajimu kalau kau datang. Tapi, kalau sepuluh menit kau nggak datang, aku akan mengadukan kelakuanmu pada kakek. Aku akan bilang kalau kemarin kau sibuk godain cewek di klub malam!"

"Kau mengancamku dengan hal lain sekarang?"

"Cepat datang!"

Terdengar suara Xander menghela napas. "Oke, oke. Tapi janji dulu, kau tak akan berlaku seenaknya lagi padaku, apalagi bilang mau memecatku segala!"

"Hmm!"

"Gajiku benar akan naik dua kali lipat!"

"Hmm. Aku akan menaikan gajimu!"

"Dan janji kalau kau nanti juga akan mentraktir aku steak di restorant paling mewah." pinta Xander lagi.

Charlotte memutar bola matanya malas "Kenapa permintaanmu melunjak?"

"Cepat berjanji."

"Iya, iya, aku janji!"

Xander diam untuk beberapa saat. Sepertinya pemuda itu tengah berpikir. Beberapa detik kemudian kembali terdengar suara helaan panjang dari seberang telepon.

"Ya sudah, baiklah kalau gitu, tunggu! Aku akan menjemputmu ke sana seka-"

"Bye!" Charlotte memutuskan sambungan teleponnya sepihak sebelum Xander selesai bicara.

Ia lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya. Duduk di kursi pengemudi, melempar ponselnya dengan asal ke kursi mobil di sebelahnya kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Menunggu Xander.

***

✔ Note :

▪Author peduli dengan kesehatan mata kalian, jadi, kalau kalian kurang suka sama ceritanya, Author sarankan kalian untuk mencari cerita yang lain saja, karena cerita ini bisa menyebabkan sakit mata akut.

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

sombong sekali mentang2 sogeh
JD sak kepenake Dewe..semua BS dibeli akai duit

2024-08-12

0

Wida Siti

Wida Siti

si gadis yg sdh tdk perawan yg sangat sombong dg kecantikan tubuh dan kekayaan smg jd lumpuh biar sadar dan tdk semena2

2021-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!