2.

"Charlotte, aku tidak bisa putus denganmu! Aku tak mau."

Charlotte menatap Brandon beberapa saat dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Apa hanya itu yang ingin kau katakan?"

"Iya, itu yang ingin aku katakan!"

"Hanya itu?" Charlotte bertanya sekali lagi, memastikan.

"Benar, aku tak ingin putus denganmu." tegas Brandon.

"Tunggu dulu!" Charlotte terkekeh sinis. "Jadi, alasan kau memintaku kemari dan membuatku sampai harus menyetir sejauh sepuluh kilometer, hanya karena kau ingin mengatakan itu?"

Brandon mengangguk ragu.

"Ya ampun, Brandon!?" sentak Charlotte menggebrak meja. Saat ini ia sudah benar-benar kehilangan kesabarannya. "Bodoh sekali diriku sudah mau datang kemari. Aku baru saja membuang waktu untuk menemuimu hanya untuk mendengar semua omong kosong itu!" omel Charlotte.

"Charlotte, aku tak ingin berpisah denganmu. Jangan memutuskan hubungan kita seperti ini. Kumohon padamu. Aku ingin kita kembali."

"Tapi kita ini sudah putus, Brandon. Aku yang sudah memutuskanmu, ingat? Dan kau tahu apa?" Charlotte menjeda kalimatnya, "...pantang buatku untuk bisa balikan dengan mantan."

"Tapi aku tak mau putus denganmu. Aku ingin kita kembali." Brandon bersikeras memegang kedua tangan Charlotte.

"Kau sudah gila ya, Brandon?" Charlotte menarik tangannya dari Brandon, menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan kelakuan lelaki di hadapannya ini.

"Lottie, kalau kita kembali, aku janji akan jadi yang terbaik untukmu." Brandon menangkupkan kedua tangannya memohon pada Charlotte.

Charlotte mengibaskan tangannya acuh.

"Lupakan saja janjimu itu. Kau tau, janjimu itu tak berguna sama sekali untukku! Karena mau bagaimana pun aku juga tak akan bersedia kembali denganmu!"

Diam-diam Charlotte tersenyum puas melihat wajah putus asa Brandon. Jelas sekali lelaki di hadapannya ini sudah benar-benar kehilangan wibawa dan reputasinya.

"Memangnya berapa yang kau mau supaya kita bisa balikan lagi?" tanya Brandon tiba-tiba.

"Apa?"

"Aku akan berikan semua yang kau minta padaku, sebutkan saja berapa?"

Charlotte memutar bola matanya malas. "Ya ampun Brandon, memangnya kau pikir aku ini wanita miskin?"

"Bukan begitu-"

"Ah, kau pasti sedang mengejekku, kan? Kau berpikir kalau aku ini gadis matre, ya kan?" tuduh Charlotte tajam.

Brandon sontak kelabakan.

"Bukan begitu, aku cuma-" Brandon hendak bicara namun ucapannya langsung di potong oleh Charlotte.

"Kau pikir aku ini adalah gadis murahan yang akan menuruti apapun ucapanmu setelah di berikan ini dan itu?"

Brandon kini hanya bisa meruntuki mulutnya yang sudah salah bicara itu. Ucapannya hanya semakin memperkeruh suasana dan merusak momen yang ada. Dia yakin, karena kebodohannya ini dia pasti akan semakin sulit mendapatkan hati wanita ini.

"Charlotte, aku tidak-"

"Sudahlah!" Charlotte mengangkat tangannya, menghentikkan ucapan Brandon. "Lebih baik berhenti membahas hal ini. Tak penting. Semua kalimat yang keluar dari mulutmu itu hanya bisa membuat telingaku semakin sakit saja!"

"Oke, maafkan aku!" Brandon berujar pelan. "Aku sungguh tak bermaksud membuatmu tak nyaman. Dan aku tau kalau barusan aku sudah salah bicara dan membuatmu tersinggung!"

"Apa sudah selesai?" tanya Charlotte. "Apa sudah selesai urusannya atau ada hal lain lagi yang perlu kau bicarakan padaku?"

"Aku ingin mengajakmu kembali bersama. Hanya itu. Aku tak bermaksud apa-apa lagi selain itu, apalagi membuatmu tersinggung."

Charlotte menghela napasnya pelan. Menatap malas pada lelaki di hadapannya itu. Sebenarnya baginya hal seperti ini adalah hal biasa. Ia sudah sering melihat pria memohon padanya untuk kembali seperti ini.

"Kumohon padamu. Beri aku satu kesempatan untuk bisa kembali lagi denganmu. Aku cinta padamu." ujar Brandon lirih, terdapat nada putus asa pada kalimatnya itu.

"Kita bahkan baru bertemu beberapa kali, tapi kau sudah bicara tentang cinta?"

"Aku memang mencintaimu."

Charlotte menghela kasar. Ingin sekali rasanya ia memasukan tubuh Brandon ke dalam karung dan membuangnya jauh-jauh dari hadapannya.

"Dengar, kau tau pasti kalau aku ini wanita pemilih." Charlotte tersenyum tipis. "Dan aku juga sudah merasakan milikmu, termasuk yang di bawah itu! Karena seperti yang kau ingat, kita sudah pernah tidur bersama."

Charlotte mendekatkan dirinya pada Brandon, melirik celana milik Brandon, tepatnya di area tonjolan yang berada di tengah paha pria itu, kemudian tersenyum sinis.

"Bukankah sebelum kita putus aku sempat bilang padamu kalau aku tak mendapat kepuasan apapun darimu. Karena sejauh yang ku ingat, milikmu itu terlalu kecil untukku!" Charlotte bicara terus terang.

"Tapi Charlotte, aku-"

"Stop Brandon! Jangan bicara apapun lagi! Intinya, aku sudah tak ingin melanjutkan apapun lagi denganmu."

"Tapi aku tidak bisa berpisah, Charlotte!"

Ya, jelas Brandon tidak bisa. Dia tidak akan pernah bisa melepaskan gadis di hadapannya ini. Menurut Brandon, Charlotte adalah gadis sempurna dari sekian banyak gadis diluaran sana.

Kau tidak akan bisa menemukan wanita sepertinya lagi sekeras apapun kau mencari. Wajah yang sangat cantik, cerdas, kekayaan melimpah, kaki jenjang dan tubuh yang indah dan satu hal lagi yang akan membuat Brandon sangat tergila-gila padanya, Charlotte, dia wanita yang sangat hebat di ranjáng.

Ya, semua itu adalah alasan kenapa Brandon sampai rela meminta kesempatan agar mereka bisa kembali bersama. Tentu saja karena kesempurnaan yang Charlotte miliki tidak akan bisa Brandon dapatkan lagi jika bersama gadis yang lain.

"Charlotte, aku sungguh tak bisa putus denganmu!"

"Aku tak peduli! Itu masalahmu, bukan masalahku!" ujar Charlotte acuh.

Brandon menatap Charlotte dengan pandangan mengiba. "Aku mohon padamu. Satu kali ini saja. Beri satu lagi kesempatan untukku!"

Charlotte mendengus sebal dan menatap Brandon risih. Seseorang, tolong katakan pada pemuda ini betapa muaknya Charlotte padanya. Ia sama sekali tak menyangka jika Brandon benar-benar pantang menyerah.

"Ini mulai menyebalkan!" gumam Charlotte. "Kau tahu, Brandon? Aku baru saja menyadari kalau ternyata kau benar-benar memuakkan!"

"Charlotte, kita bahkan baru menjalani hubungan selama-"

"Cukup Brandon! Sebaiknya kau pergi dari hadapanku sekarang!" bentak Charlotte menghentikan ucapan kekasihnya itu, ah ralat, mantan kekasihnya itu.

"Tapi-"

"Kenapa? Kau tak mau?" potong Charlotte.

Raut wajah Brandon berubah gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa pada kalimat gadis itu. Dia tidak mungkin pergi karena dia masih mengharapkan Charlotte untuk menerimanya lagi.

"Jadi kau tak mau pergi dari sini?" tambah Charlotte dengan nada kesal.

"Charlotte, aku hanya-"

"Oke!" potong Charlotte lagi. "Kalau kau tidak mau pergi dari sini, ya sudah, gampang…" Charlotte menghela nafasnya kasar, kemudian bangkit dari posisinya. "...kalau begitu biar aku saja yang pergi!"

Charlotte kini sudah hendak melangkah pergi namun tiba-tiba saja sebelah tangannya di tahan. Itu Brandon, yang tengah menahan lengannya.

"Tunggu, Charlotte!"

"Jangan pegang-pegang. Lepaskan tanganmu!" pekik Charlotte sembari menepis kasar tangan Brandon.

Brandon sendiri tampak pasrah diperlakukan seperti itu oleh Charlotte. Ia bahkan tidak peduli pada orang-orang yang mulai melihat ke arah meja mereka.

Dan hal mengejutkan yang terjadi selanjutnya adalah Brandon tiba-tiba saja berlutut di hadapan Charlotte. Itu membuat pengunjung kafe memandang mereka dengan pandangan aneh.

"Apa yang kau lakukan!" ujar Charlotte gelagapan. Ini benar-benar memalukan baginya.

Brandon menatap Charlotte dengan raut memohon,

"Aku mohon, Charlotte! Aku akan melakukan apapun untukmu, apapun untukmu! Asal kita kembali" mohon Brandon.

Charlotte menaikan sebelah alisnya dan tersenyum sinis.

"Melakukan apapun? Ck, sepertinya kau lupa tentang satu hal. Kakekku, tuan Romanov yang kaya raya itu sudah melakukan itu bahkan sejak aku masih kecil."

"Jadi kau..." Charlotte menepuk-nepuk sebelah pipi Brandon. "Biar aku beri saran untukmu. Kau tak perlu repot-repot melakukan apapun untukku karena aku punya segalanya dan tak butuh pengorbanan apapun dari orang lain. Catat itu!"

Mendengar semua kalimat dari mulut Charlotte itu, Brandon hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Sepertinya semua kalimatku barusan sudah jelas untukmu. Kalau begitu aku mau pergi dari sini sekarang!" ujar Charlotte.

Charlotte hendak melangkah pergi dari tempat itu namun Brandon kembali memegang lengannya, menahan gadis itu agar tidak pergi.

"Tunggu dulu!" ujar Brandon pelan.

Charlotte menghela nafas kasar. Pemuda dihadapannya ini benar-benar sudah berhasil menguji kesabarannya. "Mau apalagi sih. Lepaskan!"

"Tidak!" tolak Brandon masih menahan lengan Charlotte. "Kau harus mendengarkan aku dulu!"

"Sialán Brandon, aku bilang lepas!" Charlotte memekik kesal.

Namun bukannya menurut dan melepaskan tangan Charlotte, pemuda itu justru semakin mengeratkan pegangannya pada lengan Charlotte dan membuat emosi Charlotte semakin tersulut.

Pada akhirnya, dengan sekali gerakan, Charlotte langsung mengambil gelas minuman milik Brandon dari atas meja dan…

Byurr!

Charlotte menyiramkannya tepat ke wajah pemuda itu, hingga membasahi seluruh kemeja dan jas mahal milik Brandon.

Charlotte tertawa kecil.

"Oops, maaf! Tapi kurasa inilah cara yang bisa membuatmu mengerti. Aku sudah muak sekali padamu." ujar Charlotte menatap tajam Brandon.

Charlotte menatap Brandon dengan ekspresi remeh lalu berniat meninggalkan pemuda itu. Namun begitu berbalik, saat itu juga Charlotte langsung tersadar kalau beberapa pengunjung lainnya tengah menatap ke arahnya.

'Sial!' batin Charlotte. Ia buru-buru mengambil kacamata hitam miliknya dan memakainya dengan raut wajah yang kaku.

"Sial, orang-orang itu melihatku! Ini pasti karena aku menyiram air ke wajah si bodóh itu. Aku harusnya menjaga image kalem dan anggunku di depan orang-orang itu." bisik Charlotte pada dirinya sendiri.

"Mereka harus terus menganggap kalau aku ini model yang sempurna dengan sikap dan attitude yang baik." lanjutnya masih terus bergumam pada dirinya.

Charlotte menatap para pengunjung kafe yang menatapnya.

"Maaf sudah mengganggu ketenangan kalian. Tapi pemuda ini sungguh sangat pemaksa." Charlotte lalu menunjukkan lengannya yang memerah karena cengkraman Brandon tadi. "Lihatlah, tanganku bahkan sampai merah begini!"

Para pengunjung kafe tampak percaya. Beberapa dari mereka menatap Brandon dengan tatapan aneh. Setelah mengatakan itu Charlotte melangkah menuju pintu keluar kafe dengan senyum yang di buat-buat agar imagenya selalu baik di depan orang-orang.

Charlotte mengambil langkah cepat keluar dari kafe mewah itu. Ia terus menggerutu dalam hati atas kejadian yang baru saja ia alami. Seumur hidup baru kali ini ia bertemu dengan pria keras kepala seperti Brandon. Ya, meskipun faktanya dia jauh lebih keras kepala dari pria bodoh itu.

"Ya, setidaknya aku ini Charlotte Clinton. Jadi aku bebas melakukan apa pun yang aku mau." Sambungnya.

Charlotte terus berjalan menuju parkiran, kemudian menghentikan langkahnya tepat di dekat mobil mewahnya. Ia mencoba mengatur napasnya yang masih memburu, sisa emosi setelah kejadian menyebalkan tadi.

***

✔ Note :

▪Author peduli dengan kesehatan mata kalian, jadi, kalau kalian kurang suka sama ceritanya, Author sarankan kalian untuk mencari cerita yang lain saja, karena cerita ini bisa menyebabkan sakit mata akut.

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

penjahat kelamin wanita..menarik jg si crt nya..masih nyimak ya

2024-08-12

0

Maysaroh Suherman

Maysaroh Suherman

nyimak

2021-01-25

1

Wida Siti

Wida Siti

wah cerutanya tentang gadis bebas, bisa one night dg siapa saja yg bisa memuaskan nafsu, ada sih, tp kalo saya lihat rata2 pembaca bukan wamita bebas kayak gt. selain itu apa g takut ketularan HIV atau penyakit kelamin.

2021-01-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!