Menuju Jalan Yang Benar
"Her itu bukannya Aisyah ya?" Seru Zayn
"Yang mana?" Tanyanya
"Itu yang pake mukena" Jawabnya
"Lah semua juga pake mukena kali" Ucapku
"Ini bocah berdua bukannya sholat malah ngeliatin cewek ajah" Ujar Ustadz Bambang
"Iya maaf kak" Ujar aku dan juga Zayn
Kemudian kami pun melaksanakan shalat berjamaah seperti biasa di masjid di dekat rumahku yang juga tak jauh dari rumah Aisyah.
Rasanya bisa menyenangkan bisa sholat berjamaah di tambah akupun bisa ikut mengaji di ta'lim milik kak Ustadz Bambang. Satu hal yang aku pelajari dari hidupku adalah setiap hal yang aku jalani pada dasarnya semuanya menyenangkan meski terkadang segala sesuatunya tak mudah tetapi jalani, hadapi, nikmati dan juga syukuri insyaallah apa yang menjadi lelah akan menjadi lillah. Maka dari itu banyak-banyaklah bersyukur dan juga tersenyum karena semua itu juga sebagian dari iman, untuk itu mensyukuri juga merupakan cara kita untuk sadar bahwa di luar sana masih banyak orang yang kurang beruntung dibandingkan kita. Oleh sebab itu tetap bersabar dan juga yakin dalam mencapai tujuan.
Sebenarnya kebahagiaan itu apa sih? Dan kebijaksanaan itu apa? Apakah setiap orang optimis dalam menjalani kehidupannya, meski terkadang kita masih banyak keterbatasan dan juga kekurangan. Bahkan mungkin gak banyak yang bisa menyadari bahwa mungkin tak ada yang mampu memahami setiap penderitaan yang kita alami, begitupula dengan cobaan yang kita hadapi. Terkadang ada pula rasa lelah dan juga letih serta rintangan yang perlu dihadapi serta godaan yang juga mengguncang keimanan dan keyakinan. Begitu pula dengan gosip dan omongan orang lain tentang kita, tapi aku berusaha tak menganggap dan juga berusaha tak memperdulikan ratusan jutaan bahkan ribuan pasang mata dan mulut orang-orang yang berkata buruk terhadap diriku. Ya memang sudah menjadi dasar dan darah daging manusia bila tak ada problem rasanya hidup hambar seperti layaknya ikan tanpa air.
Akupun terkadang tak faham dengan setiap cobaan yang melanda hidupku, begitupula dengan kehidupan yang sudah menjadi misteri bagi diriku. Bagi setiap orang pasti akan membawamu pada kisah manis, atau pun bahagia dan ada pula kisah sedih dan persahabatan yang berujung pada perpisahan dan pengkhianatan dan juga permusuhan. Tapi entahlah ini sudah menjadi darah daging meski aneh dan juga menyayat hati serta memberikan emosi jiwa dari pada membuat kepala setres lebih baik di senyumin ajah.
Malam ini adalah malam sabtu, seperti biasa aku dan juga kawan-kawan melaksanakan ta'lim atau pengajian remaja yang biasa kami adakan di masjid kami. Nampak pula ku lihat Aisyah sang bidadari syurga ku yang sedang turut ikut serta mengaji di masjid dekat rumahnya pula.
Rumahku dan Aisyah memang tak begitu jauh, dan di tambah ayahnya Aisyah adalah pemilik tambak ikan bandeng sama seperti pamanku. Aku Herdy sudah lama aku tinggal di kota Surabaya ini, kota tercinta yang memberikan sejuta kenangan bagi diriku karna aku adalah anak sebatang kara di tambaj kedua orang tuaku telah meninggal dunia sejak aku masih duduk di bangku sekolah dasar, oleh sebab itu pamanku lah yang merawatku dan membesarkan ku bersama dengan bibi ku yang juga sangat baik hatinya yang sudah ku anggap sebagai ibu sendiri.
Maka dari itu, untuk mencukupi kebutuhanku aku turut serta membantu pamanku di tambak bandeng miliknya. Aku sebenarnya baru pertama kali melihat Aisyah lagi karena sekarang dia sudah sangat berbeda dia sangat cantik di tambah dengan hijabnya yang membuatnya terlihat manis.
"Heh ngapain sih Lo Her, dari tadi matanya kesitu mulu" Ujar Zayn
"Owh gue tau nih Lo ngeliatin Aisyah ya?" Tanyanya
"Apaan sih Lo!" Jawabku
Meski sudah ketangkep basah sama Zayn kalau aku sedang memperhatikan Aisyah, tetapi aku tak mau bilang kepadanya karna aku juga sebenarnya sangat malu.
"Si Herdy sama Zayn kenapa sih?" Tanyaku dalam hati
Tiba-tiba
"Eh dia ngeliatin kita berdua tuh!" Ujarku
Dan kemudian
"Hei kalian berdua!" Ujar Ustadz Bambang
Saat aku dan Zayn lagi sibuk ngobrol berduaan, tiba-tiba Ustadz Bambang memperhatikan kami berdua alhasil aku dan juga Zayn jadi mati kutu dihadapan para kawan-kawan yang lainnya.
"Kalian kalau mau bercanda jangan di sini!" Ujar Ustadz Bambang
"I...ya.. Kak Ustadz" Jawabku dan Zayn sambil ketakutan
"Elu sih..." Jadi ribut sendiri
"Ini anak berdua gak sekolah gak di luar sekolah sama aja sikapnya kayak anak kecil, btw tapi lucu juga ngeliatnya" Ucapku
*Hmm, Aisyah ngeliatin tuh!" Seru Zayn menyenggol ku
Malam itu banyak hal yang terjadi bukan hanya sekedar menambah hikmah dan juga ilmu, tetapi juga menambah saudara. Dan dengan melihat Aisyah tersenyum melihat tingkah laku ku dan juga Zayn rasanya aku menjadi bahagia.
Di Balik Cinta
Sebenarnya rasaku padanya seperti sebuah kekaguman, meski aku sadar bahwa mencintai seseorang orang bukan berarti aku memberikan segenap perasaan mu pada dirinya, karna dia hanya manusia biasa rasanya tak pantas saja jika kita terlalu cinta terhadap suatu makhluk ciptaannya melebihi rasa cinta dan juga kagum kepada sang penciptanya.
Begitu pula dengan benih-benih cintaku padanya yang selalu saja muncul, biarlah semua itu terpupuk dan tersemi layaknya pohon yang selalu kau tanam dan kau sirami dengan rasa cinta dan sayang dengan tulus tanpa ada rasa ingin memiliki. Meski begitu aku juga sadar aku mungkin saja rasa cinta kelak akan menjadi bencin, ataupun sebaliknya karena Tuhan sang maha membolak-balikkan isi hati maka dari itu emosi di jiwa juga akan terus terlepas bersamaan dengan senyum di benakku.
"Tak ada yang berubah, yang ada hanya waktu dan juga usiamu yang bertambah" Ujarnya
"Tapi apa mungkin kita akan bisa berjumpa lagi?" Tanyanya dengan sambil meneteskan air mata.
Tuhan menciptakan dua pasang bola mata, saat tertatih dan tak mampu lagi menahan beban air mata, rasanya semua keluar dengan tiba-tiba. Apa mungkin karna aku yang terlalu lemah atau memang aku yang tak mengerti apa-apa, hanya saja setiap beban derita yang diberikan terlalu berat hingga aku tak mampu menahan setiap derai air mata yang terlintas di pipiku.
Waktu itu aku merasa gundah gulana, kala Aisyah bilang bahwa dia akan pindah rumah. Fikirku dalam benakku jika dia pindah rumah berarti dia juga akan pindah sekolah, lalu bagaimana dengan persahabatan kita yang pernah terbangun selama ini, rasanya ini seperti memberikan ukiran dihari tentang kenangan manis yang memberikanku pertanyaan apakah benar Aisyah akan pindah?.
Banyak hal yang banyak terjadi di sekolah bukan hanya tentang cinta dan juga persahabatan, tapi juga tentang perasaan ku yang pernah bertepuk sebelah tangan kala aku mencintai seorang lelaki yang ternyata dia mencintai sahabatku sendiri. Rasanya hatiku hancur berkeping-keping meski begitu aku mencoba menyadarkan diriku dari kepedihan yang menghancurkan hatiku.
Sejak Aisyah dekat dengan Herdy memang banyak hal yang berubah dari dirinya dan kini dia jadi terlihat lebih cantik dengan hijab yang dia kenakan di tambah dia terlihat sangat manis. Aku saja sebagai seorang wanita aku jadi mengaguminya meski terkadang aku juga merasa iri dengannya karna dia jadi banyak fansnya.
Sementara itu di kejauhan aku melihat Herdy, lelaki yang sejak dahulu aku kagumi dia sangat tampan dan juga dia sangat dewasa, jika aku disampingnya aku merasa seperti di lindungi. Meski terkadang aku juga merasa haus akan cinta dan kasih sayang seorang laki-laki, tetapi aku pun sadar sepertinya aku tak ada di hatinya Herdy.
"Her, itu jangan lupa kasih ini ke Nafisah dari Adit" Ujar teman sekelasku
"Ngapain sih Dit, Lo ajah yang ngasih sendiri!" Ujarku
"Ya tolonglah, kan Lo lagi deket sama Aisyah otomatis Lo juga kenal sama temannya lah" Ucap Adit
Seperti biasa teman-teman ku selalu mengandalkan aku untuk kenalan ke cewek.
"Naf nih dari Adit" Ucapku polos
"Hah" Ujarku
Kenapa sih padahal aku sukanya sama Herdy tapi kok malah temenya Herdy yang punya perasaan ke aku. Rasanya kayak cinta tapi gengsi gitu.
Setiap kata penuh dengan makna, begitu pula dengan goresan tinta semuanya memberikan arti dan juga memori terhadap kehidupan, entahlah mungkin saja aku bisa menjadi matahari yang memberikan keindahan dikala fajar datang atau mungkin aku bisa menjadi rembulan yang memberikan cahaya di tengah gelapnya malam. Hanya saja aku hanyalah orang biasa, aku mungkin tak mengenal dan tak mampu mengartikan sebuah bahasa namun segalanya tercipta berkat adanya perbedaan yang memberikan daya pikat yang berarti dalam kehidupan meski terkadang semua terasa sulit. Aku mencoba mencari tentang impian dan juga harapan, apa mungkin aku bisa mengukir cerita indah yang manis yang terlukis dengan senyuman bahagia. Saat kau terlalu rapuh pundak siapa yang tersandar, tangan siapa yang tak terlepas ku yakin aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments