Mencari Cahaya
Pagi itu sang fajar bersinar cahaya memberikan penerangan dikala pagi datang dan memberikan kehangatan dijiwa untuk siap mengarungi pagi yang cerah, meski awalnya aku merasa tak semangat. Akhirnya aku mencoba untuk optimis menjalani hidupku, dan aku berharap hari ini adalah hari yang terbaik dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Aku gak tahu berada dititik mana apa aku berada dititik antara cinta atau kebencian atau mungkin aku bisa menjadi apa yang aku inginkan, sebenarnya aku gak mau bersikap seolah-olah aku terlalu sok tahu atau sok polos, hanya saja aku tak bisa berkata-kata aku tak mampu membohongi perasaanku dan juga tak bisa membodohi akal dan juga fikiranku.
Hembusan angin begitu kencang hingga membuatku merasa jenuh terkadang aku terkesan kaku dan tak mengerti apa yang aku lakukan meski begitu nyatanya ada saja yang terjadi, entahlah mungkin karena aku terlalu banyak berfikir hal yang bodoh yang seharusnya tidak tuk ku fikirkan, meski begitu rasanya memang letih. Aku mencoba mencari ke dalam hati semu kecil dan tak terlihat meski begitu semua bagai terselubung dan tak terlihat semu namun juga nyata. Begitulah hidup belajar dari setiap hal yang membuat ku lelah dengan setiap hal yang tak pasti walau begitu harusnya aku dapat menerima kenyataan meski terkadang kenyataan tidak seperti apa yang kita inginkan.
Entah apa yang ku lakukan hingga rasanya sang matahari enggan menyapaku, begitu pula dengan burung-burung yang enggan berkicau seakan-akan dia sedang menangis. Aku hanya menatap di langit yang cerah sambil berdayung entah ke arah mana. Rasanya mataku enggan berhenti memandang di indahnya langit biru meski begitu banyak hal yang tak mudah tuk ku fahami dan tuk ku mengerti. Bagaimana bisa aku bertanya pada ribuan awan di langit yang cahayanya menerpaku berikan ku asa dan juga cinta, aku tahu bukan kali saja mungkin akankah esok masih ada waktu. Apa benar semua adalah derita ataukah ini tempat ku tuk bernafas, rasanya hati ini memendam sebuah rasa tapi entah rasa apa.
"Ini orang ngapain sih bulak balik mulu" Ujar Aisyah dalam hatinya sambil merasa tak tenang karena sedari tadi ada Herdy dan juga Zayn yang melihatnya
Sementara itu Herdy dan Zayn tak henti-hentinya mengganggu Aisyah yang sedang membaca buku di dekat taman sekolah.
"Hei kalian ngapain sih bulak balik ajah gangguin orang ajah!" Ucap Aisyah sambil marah
"Dia ngomong sama siapa sih?" Tanya Zayn kepada Herdy
"Tau aneh banget orang dari tadi kita lagi santai-santai juga" Jawab Herdy kerpada Zayn
"Nampaknya mereka berdua tak menghiraukan aku, malah ngobrol berduaan lagi" Ujar Aisyah
Saat Herdy dan Zayn sedang asyik-asyiknya mengobrol dan juga Aisyah sedang terlihat marah karna Herdy dan Zayn yang mengganggunya, tiba-tiba ada Nafisah teman Aisyah datang menghampiri Aisyah.
"Hei kamu lagi ngapain sih?" Tanyanya
"Eh kamu Naf, ini aku lagi baca buku" Jawab Aisyah
"Terus ada apa? Kok wajah kamu kayak BT gitu?" Tanyanya lagi
"Nih kamu lihat aja di depan ku ada siapa!" Ujar Aisyah
"Oleh mereka berdua lagi rupanya" Ucap Nafisah
"Hei kalian ini kayaknya ada masalah ya sama Aisyah!" Seru Nafisah
"Apaan sih nih anak orang kita lagi santuy disini juga" Ujar Zayn
"Udah ah Naf, dari pada kita hirauin mereka lebih baik kita masuk kelas!" Ujar Aisyah
Entah kenapa Herdy dan juga Zayn selalu saja membuatku menjadi salah sendiri, padahal aku lagi enak-enak baca buku malah mereka berdua menggangguku untung saja ada Nafisah yang datang.
Banyak hal yang sebenarnya tidakku mengerti ditambah sejak aku kenal Herdy dan juga Zayn cowok aneh yang selalu saja membuatku jengkel, mereka seperti selalu saja mengganggu ku meski begitu sikap mereka yang rese dan juga polos memberikan hiburan tersendiri bagi diriku.
Saat di kelas
"Hei Herdy kepala Lo gede banget sih, gue gak keliatan papan tulis nih" Ujar siswa yang lain
"Apaan sih Lo" Ujar Herdy
"Tau nih Herdy gue gak keliatan papan tulis nih!" Ucap yang lain
"Pindah dong her!" Seru yang lainnya
Entah kenapa saat jam pelajaran berlangsung, semuanya pada menyuruhku duduk di belakang padahal lagi enak-enak duduk di depan malah di suruh pindah, apa mungkin karena aku terlalu ketinggian kali ya, saat udah pindah ke bangku yang nomor tiga.
"Hadeuh si Herdy malah pindah ke sini!" Ujar yang lainnya
Ya amplop apalah salahku, udah pindah ke depan salah ke sini salah disini masih disalahin juga, ya udahlah gak apa mending aku pindah ke belakang ajah. Beginilah nasibku dikelas, selalu jadi bahan lelucon teman-teman ku.
Titik Semu Kehidupan
"Kesederhanaan kata-kata bisa melukiskan gambaran perasaan yang begitu mendalam."
Setiap kata penuh dengan makna, begitu pula dengan goresan tinta semuanya memberikan arti dan juga memori terhadap kehidupan, entahlah mungkin saja aku bisa menjadi matahari yang memberikan keindahan dikala fajar datang atau mungkin aku bisa menjadi rembulan yang memberikan cahaya di tengah gelapnya malam. Hanya saja aku hanyalah orang biasa, aku mungkin tak mengenal dan tak mampu mengartikan sebuah bahasa namun segalanya tercipta berkat adanya perbedaan yang memberikan daya pikat yang berarti dalam kehidupan meski terkadang semua terasa sulit. Aku mencoba mencari tentang impian dan juga harapan, apa mungkin aku bisa mengukir cerita indah yang manis yang terlukis dengan senyuman bahagia. Saat kau terlalu rapuh pundak siapa yang tersandar, tangan siapa yang tak terlepas ku yakin aku.
Aku tidak mengerti mengapa jantung ini terus berdetak kencang memberikan naluri terhadap kehidupan yang hampa dan sunyi ini, begitupun dengan usia ku yang semakin lama semakin bertambah. Cepat atau lambat mungkin semua akan dengan begitu saja berlalu dan mungkin tak ada pula yang mungkin dapat ku nikmati, meski ku sadari rasanya sulit untuk menulis bahkan aku saja tak tahu apa yang ingin aku tulis. Semua yang terjadi dan juga telah terjadi bagai problema yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata, meski sadar atau aku tak sadar aku sudah melewati batas waktu yang sangat lama hingga aku sampai lupa dengan setiap proses panjang yang telah Tuhan berikan kepadaku, rasanya sulit tak mudah dan juga sulit untuk aku pahami.
Setiap detik demi detik dan juga setiap hal yang terjadi bagaikan melodi yang bersemu dalam jiwa, begitu pula dengan hati yang terus bertanya kepada diri "akankah aku terus seperti ini?" Ataukah akan ada perubahan. Meski begitu aku tak sadar kalau ternyata aku memang tak mengerti kalau aku hanya berharap terhadap suatu hal yang tak pasti. Aku hidup dalam setiap tanda tanya yang membawa ku terhadap kehidupan yang fana ini, aku mencoba mempelajari setiap ego walaupun aku hanya bisa mencoba tersenyum dari setiap tangis yang coba ku tutup-tutupi.
"Kamu kenapa?" Tanya Aisyah
"Aku lagi nyari ikan di dekat tambak paman ku" Ujar gadis kecil itu
"Kenapa kamu lakukan itu, memangnya orang tua mu kemana?" Tanyanya
"Ayahku sedang sakit Kak jadi aku yang menggantikan pekerjaannya disini!" Ujarnya dengan wajah polosnya
Sore itu aku sedang berjalan di dekat tambak ikan milik ayahku tiba-tiba aku melihat seorang anak kecil yaitu Eka dia adalah anak dari salah seorang pegawai ayahku.
"Hari ini memangnya ayahmu sedang kenapa?" Tanyaku
"Dia sedang sakit" Jawabannya
"Sudahlah lebih baik kamu tidak usah kerja nanti kamu capek" Ucap Aisyah sambil menolong Eka
"Udah kak gak apa kok" Ujarnya
"Tapi ini pekerjaan orang dewasa, ini berat dan meletihkan untuk mu" tambahnya
"Tapi..." Ujar Eka
Belum sampai selesai tiba-tiba ada ayahnya Aisyah keluar dari rumah.
"Ada apa sih?" Tanya ayahku
"Ini Yah, kok si Eka yang malah kerja" Jawabku
"Owh iya tadi ayah sudah bilang ke dia tapi dia tetap kerja ajah" Jawab ayahku
Selama ini kami mempekerjakan banyak orang dan tambak ikan ini menjadi salah satu lahan mata pencaharian bagi warga di kampung kami, karna aku merasa kasihan akhirnya aku memutuskan untuk ke rumah Eka untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit, dan sementara itu aku baru sadar ternyata Eka sudah tak punya ibu dan dia hanya punya ayah. Entah kenapa mendengar cerita Eka aku jadi menitihkan air mata, kemudian aku memeluk Eka sembari berharap dan juga berdoa atas kesembuhan ayahnya Eka. Semoga saja semua cepat berlalu di tambah lagi aku juga akan mencoba membantu sedikit di tabungan yang aku punya supaya Eka juga bisa sekolah kembali karena selama ini sekolahnya sempat berhenti sementara dikarenakan terkendala biaya sekolah yang mahal dan sementara itu ayahnya Eka sedang sakit jadi tak ada yang membantunya. Aku tak mengerti mengapa Eka sedewasa itu dia juga sudah terbiasa hidup tanpa ibunya sambil mengerjakan tugas rumah seperti mencuci pakaian dan juga memasak.
"Owh iya Eka kamu jangan lupa ikut pengajian ya malam ini insyaallah ada aku juga" Ujar Aisyah
"Oleh iya Kak Aisyah insyaallah" Ucapnya sambil tertunduk malu
"Loh kok, wajahmu murung gitu" Ujar Aisyah
"Enggak kenapa-kenapa" Ujarnya
Pasti ada suatu hal yang berusaha dia tutupi, meski begitu aku mencoba tak memberi pertanyaan lagi karna aku tak kuasa melihat keadaannya. Saat aku mau pulang, belum sempat aku sampai depan pintu rumahnya, kemudian dia malah memelukku.
"Makasih Kak" Ucapnya sambil menitihkan air matanya
"Hei, apa ini?" Tanya ku sambil diam dan termenung
Sebenarnya cobaan hidup itu bukan hanya dialami oleh orang yang tak berada bahkan orang yang berada pun juga pasti mengalami setiap cobaan dan juga masalah oleh sebab itu segalanya harus kita jalani nikmati dan juga syukuri.
"Yaudah aku pulang dulu ya, Assalamu'alaikum!" Ujarku
Rasanya sore ini menjadi suatu kebahagiaan untukku, karena dengan bisa melihat orang lain tersenyum maka akan membuat hati merasa lega. Mungkin banyak hal yang belum aku pelajari di luar sana tapi apa boleh buat semuanya adalah perjalanan hidup kalau kita berusaha pasti akan dapat. Aku yakin Eka pasti akan bisa melewati ini semua dengan baik di tambah dia adalah anak yang sangat baik dan juga jujur.
Begitu pula dengan kebahagiaan, mungkin saja di sana masih banyak orang-orang yang lebih membutuhkan dibandingkan diriku. Tapi mungkin saja aku yang tak pernah sadar, atau mungkin aku yang terlalu egois karena menganggap apa yang telah aku miliki ini adalah milikku, padahal di sebagian harta yang ku miliki adalah milik mereka yang membutuhkan.
Aku bertanya pada setiap daun yang berguguran, akankah kelopak mataku ini akan terus bercucuran air mata, atau mungkin hati dan jantung ku yang turut ikut menangis menyaksikan mereka yang membutuhkan pertolongan. Andai saja aku bisa menjadi seorang malaikat yang senantiasa ada untuk siapapun yang memerlukan bantuan disaat mereka susah maupun senang karena segala yang terjadi adalah sebuah pelajaran hidup bagi diriku.
Tuhan menciptakan dua pasang bola mata, saat tertatih dan tak mampu lagi menahan beban air mata, rasanya semua keluar dengan tiba-tiba. Apa mungkin karna aku yang terlalu lemah atau memang aku yang tak mengerti apa-apa, hanya saja setiap beban derita yang diberikan terlalu berat hingga aku tak mampu menahan setiap derai air mata yang terlintas di pipiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments