Sepatu
Aku bahagia bila bisa melihat kau bahagia meski bukan bersama diriku, Aku tidak tahu apa yang menanti kita di depan, yang bisa ku lakukan adalah menghabiskan tiap detik waktu saat ini bersama mu. Maaf masih suka merindukan mu, maaf masih berusaha membencimu. Terimakasih atas perlakuan sederhana yang membuat ku mengingat mu lagi.
Aku tahu ku takkan bisa menjadi seperti yang engkau minta namun selama nafas berhembus aku kan mencoba, aku tahu dia yang bisa menjadi seperti yang engkau minta namun selama aku bernyawa aku kan mencoba menjadi seperti yang kau minta, ampuni aku yang telah memasuki kehidupan kalian mencoba mencari celah di hatimu.
Kebahagiaan itu menembus dinding, dan membuatku bertanya akan siapa diriku, aku hanya bertahan dari setiap badai dan juga cobaan. Namun aku pun menyadari ini hanya sebatas egoku yang terus berusaha berkembang meski nyatanya aku merasa nyaman dengan canda dan juga tawa.
Sepasang sepatu berada di dekat pintu rumahku warnanya hitam dan modelnya pun seperti Van topel, seperti nya hanya orang tua yang memakai sepatu seperti itu bersbisik ku dalam hati. Meski begitu aku terus bertanya ditambah ada sebuah sepeda motor, motornya sangat besar seperti motor sport rasanya aku baru melihat itu terparkir di depan rumahku, kira-kira ada siapa ya tanyaku dalam hati.
"Assalamu'alaikum!" Ujarku
"Waalaikumsalam" Jawabnya
Seketika aku jadi teehening sendiri, ternyata ada seorang laki-laki wajahnya sangat tampan ditambah dia terlihat seperti sudah tua. Kemudian aku masuk ke rumah sambil salaman ke ayahku dan juga ke tamu yang tak ku kenal itu.
"Baru pulang Aisyah" Sapanya
"Ah, Iya" Jawabku sambil bingung kok dia kenal sama aku ucapku dalam benakku
Banyak hal yang tak ku fahami semenjak satu tahun yang lalu, rasanya ingin berhenti dan mengubah semua yang telah terjadi tapi ternyata semua sirna begitu saja. Andai saja aku bisa merubah segalanya menjadi seperti yang aku harapkan dan juga aku inginkan, dulu aku belum menggunakan hijab seperti sekarang ini tapi sekarang aku telah menggunakan hijab, memang banyak hal yang terrjadi meski begitu anggapan seseorang tentang diriku tak ku hiraukan begitu saja karna ini adalah hidupku lagi pula gak mudah untuk bisa sampai pada titik ini, rasanya ingin menangis tetapi itulah kehidupan pasti suatu saat kau akan memahami jalan hidupku meski semuanya tidak seindah seperti yang kau bayangkan.
Aku masih memperhatikan orang itu sambil mengingat wajah orang tersebut nampaknya seperti tak asing lagi bagiku.
"Aisyah sekarang kamu berhijab?" Tanyanya
"Owh syukurlah, kamu malah kelihatan tambah cantik" pujinya
"Makasih" Ucapku
Kemudian ayahku mengenalkan dia kepadaku.
"Ini nak Fadlan yang dulu sering main kemari, masa kamu lupa" ujar ayahku
"Owh Kak Fadlan" Ujarku
"Kenapa sekarang beda banget" Ucapku tambah
"Iya nih sekarang aku sudah mulai kerja" Jawabnya
"Nah katanya abis SMA mau kuliah?" Tanyaku sambil bingung
"Ya tadinya mau kuliah, tapi aku berniat untuk usaha terlebih dahulu. Nanti sedikit demi sedikit uangnya bisa ditabung untuk kuliah dan untuk melamar calon bidadari syurgaku" Ujarnya
Entah kenapa mendengar ucapannya aku jadi tersipu malu.
Kak Fadlan dulunya adalah senior ku di sekolah kini dia telah sukses dan juga mendapatkan pekerjaan yang bagus, untung saja dengan sifatnya yang sangat berwibawa dan pekerja keras aku yakin dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Meski begitu aku jadi merasa iri karna dia sangat hebat dulu banyak para junior yang sangat menghormati dia karna dia sangat pandai dan juga dia seorang Ketua OSIS maka dari itu banyak pula para gadis yang mengincarnya, meski begitu dia bersikap sangat dewasa oleh sebab itu dia tak berpacaran dia bilang suatu saat dia akan menikahi calon bidadari syurganya ujarnya dengan penuh keyakinan dan juga kematangan. Itu pula yang membuat aku mengagumi dirinya, meski dia dan aku kita hanya sebatas teman.
Mencari Cahaya
Malam ini sangat sunyi, sepi dan juga hening kemudian nampak terdengar pula suara jangkrik yang memberikan kedamaian di tengah malam seketika aku mendengar merdunya suara gitar akustik yang memberikan melodi di tengah malam yang sepi.
"Kenapa malam ini sepi sekali?" Tanyaku
"Apakah tak ada seorang pun yang lalu lalang atau mungkin melakukan suatu kegiatan seperti biasanya?" Tanyaku dalam benak
Awalnya aku kira kampung ini sepi dan tak berpenghuni karena tak terlihat batang hidung siapapun.
Aku hanya bertanya kepada sang bintang ditengah sepinya kehidupan mungkinkah akan terus berjalan atau mungkin banyak hal yang akan terus aku alami, mungkin saja tak ada waktu yang tepat untuk mencari di mana cahaya berada. Walaupun aku tahu bahwa seyogyanya rembulan hanya akan mampu mengitari sang bumidan begitu pula dengan matahari yang akan terus melewati orbitnya. Aku terpukau dengan ratusan bahkan ribuan bintang dilangit yang terang benderang sembari memberikan aku cahaya ditengah gelapnya malam.
Saat itu sayup ku dengar suara adzan di masjid, nampaknya aku sudah tak jauh lagi dari masjid yang biasa aku gunakan untuk Sholat berjamaah. Kemudian aku juga melihat ada Herdy dan juga Zayn yang juga sedang melintas hendak masuk ke masjid.
"Bukankah itu Herdy dan Zayn?" Tanyaku
"Sepertinya mereka berdua hendak sholat Isa berjamaah di masjid" Ujarku
Letak masjid dan juga rumahku, memang terbilang tak begitu cukup jauh maka dari itu aku juga sering melaksanakan sholat berjamaah di masjid ini jika aku tak berhalangan.
Dan sepertinya Herdy dan juga Zayn sangat rajin sekali ke masjid, aku sangat senang melihat mereka berdua yang akur, di tambah dengan anak-anak yang hendak mengaji ba'da sholat Isa.
"Assalamu'alaikum!" Sapa kawanku sambil memberi salam
"Waalaikumsalam!" Jawabku sambil bersalaman
"Owh kak Rahma, aku kira siapa" Ucapku
"Lagi ngapain, Syah nunggunya di gerbang ajah ayuk masuk!" Ujarnya
Kak Rahma adalah salah satu warga di kampung kami ditambah dia juga seorang guru ngaji.
"Iya kak ini aku lagi nunggu, soalnya masih banyak yang belum pada masuk, gak enak ajah banyak anak cowoknya" Ujarku
"Yaudah yuk bareng sama aku" Ujarnya
"Iya kak" ucapku
Kemudian aku masuk bersama Kak Rahma, saat itu aku dan yang lainnya melaksanakan sholat Isa berjamaah.
Aku merasakan kedamaian dan juga ketenangan batin bila melaksanakan ibadah berjamaah seperti ini ditambah lagi jadi banyak teman dan juga pahala yang kita dapatkan akan berlipat ganda. Meski begitu aku juga tetap bersyukur dengan sambil mendengarkan pidato dan juga ceramah di masjid akan menambah banyak pengetahuan dan juga hikmah yang dapat aku petik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments