"Aiiissh, sial!! Mengapa semua menolak lamaran pekerjaanku?"
Tutur seorang pria dalam balutan jas hitam rapi dan juga sepatu pantofel menyerupai seorang pengusaha, yang sedang berjalan terhuyung. Ia bahkan tak sadar sudah menjatuhkan sesuatu dari dalam tas yang ia tenteng. Pria itu dibawah pengaruh alkohol.
Seseorang yang berjalan dibelakang memungutnya, menatap pria dengan langkah terseok itu sekali lagi. Kemudian menyimpan pada saku jaket yang ia kenakan.
***
Pagi ini, John melewati gang rumahnya dengan badan terasa remuk. Bagaimana tidak, ibunya sudah memukulkan gagang sapu sebanyak lima kali ke arah punggung, lengan, kaki, lalu naik ke punggung lagi. Ditambah kepalan tangan besar sang ibu yang melayang pada tengkuk lehernya yang terasa berat, membuat John hampir pingsan ditempat.
"Ah, kenapa ibu kasar sekali pada putranya sendiri!" gumam John sambil memijat tengkuk leher kekarnya karena linu.
Bahkan John sudah bekerja keras mencari pekerjaan seperti yang ibunya inginkan. Tapi mau bagaimana lagi, ijazah yang ia punya nyatanya tidak begitu dibutuhkan. John menyesal sudah menolak bea siswa untuk melanjutkan ke universitas dan memilih ikut dengan kedua teman yang katanya ingin membangun usaha dengan iming-iming penghasilan tinggi. Mengingat hal itu, John ingin sekali mengumpat.
"Aih... sial sekali hidupku! Ibu juga kenapa berubah menjadi seperti monster begitu? Aku sampai takut pulang kerumah!"
Tiba-tiba ponsel bututnya bergetar. Dia bergegas merogohnya dari saku celana. Apalagi yang diharapkan seorang tuna wisma selain mengharapkan panggilan dari salah satu perusahaan yang sudah ia titipi data diri untuk mendapat sebuah pekerjaan.
John berdecak kecewa saat tau siapa yang menghubunginya. YoonKi. Kakak seperguruan yang sama-sama menganggur, yang dulu pernah mengajaknya menjadi pengusaha sukses.
"Ada apa kak Yoon?"
"Kau sedang dimana John? Ayo ke cafe internet! Kita menangkan duel kita melawan—"
Belum selesai bicara, John sudah menyela. "Kak! Aku tidak bisa! Ibuku tidak memberiku uang, dan memukuliku dengan gagang sapu hingga punggungku rasanya mau patah! Jadi kakak bermain berdua saja dengan kak Hoby!"
"Apa kau terpergok ibumu?"
"Eummm!" sahut John cepat diiringi sebuah anggukan mantap.
"Waah, kasihan sekali!"
John tercengang. Bahkan dirinya sudah terlihat menyedihkan dimata orang lain.
"Apa kau juga tidak diberi jatah makan oleh ibumu?"
"Eung! Dia tidak memberiku makan! Dia bilang tidak ada uang, dan sekarang rasanya aku hampir mati kelaparan!" tutur John dengan nada memelas dan mengerucutkan bibir gemas.
"Datanglah ke cafe internet! Aku akan membelikanmu makanan!"
"Benarkah?" tanya John berbinar.
Sesaat kemudian berlari penuh semangat saat panggilan itu benar-benar berakhir. Usianya memang tidak bisa dibilang muda untuk seorang tuna wisma, tapi John memiliki teman satu profesi yang lebih tua empat tahun, dan tiga tahun darinya. Mereka berdua berasal dari keluarga yang cukup berada, kecuali John. Hidupnya pas-pasan karena sang ibu harus bekerja seorang diri untuk membesarkan John setelah sang ayah meninggalkan keduanya.
Sesampainya,
John bersemangat membawa segelas besar pepsi, dan juga sekantong hamburger ukuran jumbo yang dijanjikan YoonKi. Dia juga ditraktir untuk bermain game hari ini oleh YoonKi. Tidak heran, YoonKi setidaknya masih memegang kartu kredit meskipun menganggur. Ayahnya seorang pegawai negeri, dan memiliki sebuah toko serba ada yang lumayan besar.
"Terima kasih kak! Aku akan membalas kebaikan kakak jika sudah sukses nanti!"
"Ah, sudahlah! Kita harus segera login untuk melanjutkan duel kita kemarin!"
Kedua presensi dihadapan YoonKi mengangguk penuh antusias. Berharap pada pertandingan game kali ini mereka menang dan mendapat banyak uang.
Suara tawa, pukulan kecewa dimeja, bahkan umpatan keras tak tanggung-tanggung mereka lakukan dihadapan monitor besar dengan tampilan gambar bergerak menyerupai sebuah lahan peperangan. John memang memiliki fokus yang cukup baik terhadap sesuatu, jadi dia akan selalu memperjuangkan apa yang sudah dilaluinya. Termasuk game yang menyita waktu itu.
***
Hyuji tak ingin bergabung dimeja makan malam ini. Dia lebih memilih mengunci rapat pintu kamar dan tak bersuara. Membaca novel kesukaannya dengan earphone bervolume penuh agar tak mendengar siapapun yang menyebut namanya dari luar.
Sang pangeran akhirnya berhasil menemukan Putri yang selama ini ia cari—
Tanpa Hyuji inginkan, musik berhenti, ponselnya bergetar. Panggilan masuk dari mama. Hyuji bergegas menjawab panggilan tersebut.
"Eummm.. "
"Kalau kau tidak mau makan, setidaknya jangan buat orang lain kelaparan! Buka pintumu dan turun kebawah!"
"Aku tidak lapar mam! Kalian bisa mulai makan—"
"Bibi Lee akan mengantar makanan ke kamarmu! Buka pintumu!"
"Baiklah!" jawab Hyuji, malas sekali.
Dengan langkah gontai, Hyuji berjalan untuk membuka pintu seperti yang di titahkan sang mama. Hyuji sama sekali tidak berani melawan ucapan mamanya. Akan tetapi apa yang ia lihat bukan hanya presensi bibi Lee, melainkan mamanya juga turut berdiri diluar. Hyuji terbelalak.
Memang, sejak kejadian kakaknya merobek foto tempo hari, Hyuji jadi malas untuk berkumpul bersama. Apalagi melihat NaMi.
"Letakkan makanan itu dimeja dan tinggalkan kami berdua!" titah sang mama pada bibi Lee.
Sang bibi hanya menatap sendu dalam iba, sudah pasti nyonya Song tidak akan membiarkan putrinya itu begitu saja setelah berbuat hal yang tidak ia suka—menunggu.
Pintu sudah kembali mengatup rapat, Hyuji menatap takut kedua manik sang mama yang terlihat penuh emosi.
Telapak itu terulur guna menarik earphone yang masih tersemat diantara kedua telinga Hyuji. Gadis itu menunduk takut, meremat jemari di depan perut. Takut sekali.
"Kenapa kau bersikap kekanakan seperti itu?"
"Mam, Hyu kesal dengan kak NaMi! Dia sudah merusak sesuatu yang berharga milik Hyu!" tuturnya dengan suara parau—syarat takut.
"Kakakmu sudah cerita pada mama!"
Hyuji mengangguk paham. "Syukurlah kalau mama mendengar itu!"
"Dan kau marah kepada kakakmu hanya karena sebuah foto laki-laki kecil yang bahkan tidak kau kenal?"
"Hyu berteman dengannya!" kekeh Hyuji mempertahankan pendapatnya.
Mamanya tersenyum sarkas, mengurung Hyuji dalam sebuah perasaan intimidasi.
"Konyol!"
Hyuji tak bisa terima, bahkan foto tersebut lebih baik dari seluruh penghuni rumah yang tak lain adalah keluarga sedarah.
"Hyuji tau, itu konyol menurut mama!" Hyuji menjeda ucapan dengan pupil bergetar. "Akan tetapi, Hyu tenang saat melihat pria kecil dalam foto tersebut dari pada saudara Hyuji sendiri!"
Lagi.
Hyuji menerimanya lagi.
Sebuah pukulan keras mendarat sempurna diwajah cantik Hyuji. Terasa menyakitkan. Hyuji mengusapnya, berharap rasa panas yang menjalar akan sirna.
"Pergi dan cari laki-laki itu jika kau merasa dia lebih baik dari keluargamu sendiri!"
Sungguh, Hyuji hanya ingin sebuah ketenangan. Tidak, lebih tepatnya kasih sayang, kebahagiaan, kehangatan rangkulan seorang ibu, dan juga sebuah makna keluarga.
Hyuji hanya diam tak berkutik, menundukkan kepala tak berani menatap sosok ibu yang sedang murka.
"Mintalah maaf pada kakakmu!"
Untuk apa?
Bahkan Hyuji tak melakukan kesalahan apapun. Dia hanya berkata apa adanya, seperti yang ia rasakan.
"Tidak!" sahut Hyuji tegas. Mencoba membangun benteng pertahanan, berupa sebuah keberanian, meskipun mungkin dia akan kembali menerima sebuah pukulan. "Hyu tidak akan meminta maaf pada orang yang bersalah! Seharusnya kak NaMi yang meminta maaf pada Hyuji!"
Kedua manik itu bersirobok. Hyuji masih berusaha tegar, hingga sebuah bisikan ia dengar dari mama. "Menikah saja dan ikut dengan suamimu jika kau ingin keluar dari rumah mama!"
Jantung Hyuji serasa mau lepas saat mendengar kalimat sadis sang ibu. "Mama juga tau, kau itu tidak sebaik kedua Putri mama yang lain! Kelebihanmu hanya wajahmu saja yang cantik! Dan mama tidak akan menyesal melepasmu!"[]
•
•
Karakter John Wilson dan juga Song Hyuji berbeda disini.
Simak kelanjutan cerita mereka, yang pastinya akan semakin seru. Semoga Vi's bisa menyuguhkan cerita yang bukan hanya menghibur ya, akan tetapi bisa dipetik sisi positifnya juga.
Tinggalkan jejak jika berkenan...
Salam Hati Warna Ungu,
💜💜💜
Vizca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kustri
bagus alur'a, qu sukaaa
2023-06-22
1
Wiji Lestari
mau nanya dong thor....ini kebetulan nama nya sama atau ada kaitannya dengan cerita another winter
2022-12-27
1
yumin kwan
malang bener nasibmu hyuji...😢
2022-12-07
1