🕰🕰🕰
"Mbak Ara! " Ibu Tika masuk tergopoh -gopoh ke warung yang sedang cukup ramai itu. Ia tersenyum melihat Aya belajar di meja kasir sambil sesekali menerima pembayaran. Aya yang cerdas memang kadang suka membantu jadi kasir di warung. Sepertinya karena sering memperhatikannya ketika menjaga kasir, Aya jadi terbiasa menggunakan kalkulator dan mencatat harga di kertas pesanan. Ara duduk disebelahnya sambil menimang Ipang dan sesekali membetulkan pekerjaan Aya.
"Eh mbak Tika, kok tumben? Mau pesan makanan? " Tanyanya ramah. Ia jadi mengenal bu Tika karena diperkenalkan oleh Aya. Ibu Tika dan ibu Pemilik Kos memang sebetulnya tidak suka pada ibunya Aya dan Ipang, tapi membiarkannya karena kasihan pada Aya dan Ipang. "Ibu Kos tadi telepon saya. Jangan pulang ke kos dulu mbak. Ada preman lagi marah-marah di depan kamar si bolang" Katanya sambil melirik Aya. "Aku mau cerita mbak" Katanya. Ia pun mengangguk dan memanggil Lina untuk duduk disebelah Aya dan menyerahkan Ipang padanya.
Ara membawa Tika ke sudut tenda yang sepi. "Jadi gini mbak, katanya ibu kos, itu preman nagih uang narkoba sama si bolang, tapi si bolang lagi ngefly, jadi habis deh dia digagahin sama preman-preman itu. Parahnya lagi, premannya itu bawa dia sama seisi kamarnya pergi. Kayanya mau dibawa ke pelacuran. Trus si preman nanyain apa si bolang punya anak perempuan, kok ada baju-baju anak kecil disitu. Ibu kos langsung bilang ga punya, tapi kadang jagain anak tetangga yang sibuk karena punya warung. Kalau rame, anaknya dititip nginap, makanya ada bajunya juga disitu. Tapi yang udah lama-lama banget. Mbak, mbak ambil aja anak-anak itu ya, kasihan. Kuatir nya si bolang sadar trus ngomong, ntar kalau dijual juga ke pedofil gimana, Aya kan cantik gitu mbak."
"Aduh, kok serem gitu sih, saya jadi takut pulang ke kos deh, saya sih kalau cuma jagain gapapa, toh juga selama ini saya yang kasih makan dan kasih baju, meskipun bajunya tetep ditempat saya karena Aya takut dijual sama ibunya. Tapi kan bagaimanapun bukan anak saya. Nanti kalau jadi masalah gimana?"
"Saya sama ibu kos akan bantuin mbak. Mbak pindah aja. Ibu kos ini lagi nunggu sampai orangnya si preman habis. Nanti kalau pulang mbak hati-hati ya, Aya juga kalau manggil mbak kan mama. Udah kaya anak sendiri. Bilangin aja itu anak mbak. Trus mbak mau pindah karena memang udah lama mau pindah. Nanti biar mas Dito yang bantuin. Akte lahir saya yang urus. Kebetulan ada kakak saya kerja di kependudukan."
"Ya udah, nanti saya pindah. Kebetulan gedung resto udah jadi juga, sementara saya pindah kesana aja. Jadi ga bingung bayarnya. Kan kalau gedung punya sendiri." "Iya mbak, nanti Aya juga disekolahinnya jangan di tempat saya ya, pindah sekalian aja, takut ada yang ngenalin. Oh, namanya diganti aja mbak, biar bener-bener aman."
"Hmm, kalau gitu Mikayla Kania Sumargo sama Nevan Satria Sumargo. Gitu aja mbak. Saya kasih nama papa sama mama saya biar gampang ngingatnya. Kalau Mikayla kan untuk anak kecil agak susah, jadi wajar kalau dia nyebutnya Aya. Sama dengan Nevan, agak mirip Ipang kalau buat anak kecil." Tika mengangguk-angguk setuju. "Iya, padahal Aya itu kependekan dari saya, karena dia denger ibunya kalo ngomong ke orang pake saya. "
"Dasar memang ga pantas jadi ibu, untung aja Aya disini. Coba kalau dirumah." Gerutunya kesal. Buat Ara tidak masalah, memang semua orang di warung, karyawan maupun pelanggan mengira Aya dan Ipang adalah anaknya, karena selalu memanggilnya mama. Ara juga tak pernah mengkoreksi dan memilih membiarkan saja orang mengiranya sudah menikah dan punya anak.
🕰🕰🕰
"Nevan, mama kan lagi sakit, ikut om ke kantor om aja ya, jangan gangguin mama." Kata Bayu sambil mengulurkan mobil-mobilan ke anak usia empat tahun itu. "Tapi kamu panggil om papa ya, soalnya kalau manggil om, khawatirnya ada yang nyuruh kamu keluar. " Bayu memang masih membersihkan perusahaannya, jadi banyak orang baru, kalau melihat anak kecil di kantornya khawatir disuruh pergi. Lebih baik dia dipanggil papa jadi orang takut mengganggu anak itu.
"Iya pa" Jawab Nevan, matanya sudah melekat sama mobil-mobilan barunya. "Sini papa gendong aja, jalannya agak jauh. " Katanya sambil mengangkat Nevan ke pelukannya dan menenteng tas sekolah dan tas bekal di tangan satunya.
Banyak mata yang memperhatikan Bayu sampai terbelalak melihatnya menggendong seorang anak kecil yang tampan. "Nevan mau makan apa? Papa pesankan ya." Resepsionis yang kebetulan mendengar sampai tersedak karena tidak tahu bahwa bosnya sudah punya anak. "Mmm… ga tahu pa, matan itan aja? " "Hmm, mau ikan? Fish n chips? Atau mau nasi? " "Pis n cip aja pa, masih tenyang maem becal tadi"
"Laura, tolong pesankan fish n chips 2 ya, di Fish n co. Satu tidak pedas satu sedikit pedas. Sama cola satu. Trus tolong buatkan air panas di teko ya." Laura pun bengong memandangi bosnya lalu memerankan makanan dan membuatkan air panas.
Sebentar kemudian, ia masuk kembali mengantar makanan dan terbelalak melihat bosnya itu memangku Nevan yang sedang minum susu sambil bekerja. "Pak, ini makanannya. " "Hmm… " Gumam Bayu sambil menunjuk ke meja tamu. Kemudian ia menyadari bahwa Laura masih terpana melihat Nevan di pangkuannya. "Ini Nevan. Anak bungsu saya. Mamanya kakinya terkilir jadi hari ini Nevan ikut saya. Oh ya, kosongkan jadwal saya dari jam 4.30 ya, saya mau jemput putri saya ke sekolah." "Ba… baik Pak" Jawab Laura terbata.
Jam 3 sore, masuklah papa dan mamanya menerobos masuk tanpa mengetuk pintu. Bayu yang sedang menidurkan Nevan pun langsung melotot begitu mamanya membuka mulut. "Sst!!! Baru aja mau tidur" Bisiknya galak. Papanya yang jadi senyum sendiri menutup pintu dan duduk disofa tamu sementara Bayu membaringkan Nevan di tempat tidur di ruangan kecil belakang kantornya.
"Tumben papa mama kesini." Katanya setelah menutup pintu. "Ya, mama dengar soal kasus korupsinya Guntur. Itu benar? " "Benar ma, ini sudah diusut dan sudah terbukti. Jadi sekarang Bayu bersihkan perusahaan kita." "Jadi sudah beres ya? " "Sudah, papa dan mama ga usah khawatir. Untuk ISO tetap on track, bahkan kita juga dipercaya karena berani mengusut dan membersihkan." "Bagus. Papa dan mama percaya sama kamu. Itu tadi siapa? Kok mama denger para pegawai gosipin kamu udah nikah dan punya dua anak. Ada hubungannya sama makanan bekal yang kamu minta pagi tadi? "
"Iya ma, jadi kemarin Bayu hampir nabrak Ara, mamanya anak-anak. Kakinya Ara terkilir dan Adele khawatir dia gegar otak, jadi Bayu bantu jagain dan urus anak-anaknya. Nevan Bayu bawa kesini daripada repotin mamanya, nanti ga sembuh-sembuh. Tapi kan sekarang masih pembersihan, banyak orang baru, jadi daripada terjadi hal-hal yang ga diinginkan, Nevan Bayu suruh panggil papa. Kalau anak Bayu, mereka ga akan berani." "Oh gitu" Kata mamanya manggut-manggut "bukan karena kamu naksir mamanya? "
Bayu terdiam. "Eh, Bayu, mama bercanda lho, tapi seandainya kamu naksir, mama juga malah senang sih, kan kamu jadi ada yang urus. Lagian kamu betah banget ga nikah, mama udah pingin punya cucu. Anak kamu yang satu lagi laki-laki apa perempuan? Umurnya berapa? Pasti udah gede ya kalau sekolah sampai sore. Cantik ga? Nevan sekitar tiga-empat tahunan ya? Mama restuin kamu, cepet bikin yang baby jadi bisa rasain gendong cucu dari bayi" Bayu pun bengong melihat mamanya yang langsung bersemangat mendengar kata cucu.
"Eh perempuan, namanya Kayla. Umurnya delapan tahun, biasanya pulang jam 1.30 tapi hari ini ada pramuka jadi disekolah sampai sore. Ma, ini aja biasain punya anak dua lho, dan Bayu kan ga bisa masak. Kalau Ara hamil nanti siapa yang urus? " Yap, Bayu bahkan sudah setuju meski belum menikah maupun berhubungan dengan Ara. Tapi memang saat bangun dengan dua anak diantara mereka Bayu jadi berandai-andai jika menikah dengan Ara dan anak-anaknya itu anaknya juga.
" Makanan kan tinggal pesan, kalau takut capek ada papa mama. Udah, langsung nikahin aja. Toh kan semua udah heboh kamu udah punya anak. Kamu juga orangnya private banget sih."
Tok-tok "pak, udah jam 4,tadi pesan supaya diingatkan" "Oh ya, ma, pa, Bayu mau jemput Kayla dulu. Nanti kapan-kapan disambung lagi." Katanya sambil menata barang-barang Nevan di tas. Lalu dia masuk ke kamar untuk membangunkan anak itu dan keluar lagi menggendong Nevan. "Van, ini opa sama oma. Dadah dulu, kan kita mau jemput kakak." Nevan yang masih mengantuk meletakkan kepalanya dipundak Bayu dan melambaikan sebelah tangannya. "Udah ya pa, ma. Bayu pergi dulu " Katanya sambil membuka pintu. "Soal baby, do'ain aja. " Sambungnya lalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments