Chapter 1

🕰🕰🕰

"Ibu, bukain pintu dong, Aya laper" Suara lirih itu mengejutkannya yang baru akan membuka pintu kamar kosnya. Ia menoleh dan melihat seorang gadis kecil yang duduk di depan pintu yang berjarak beberapa meter dari pintunya. Gadis itu duduk sambil memeluk kakinya, membaringkan kepala kecilnya di atas lututnya. Gaun kecil yang dipakainya terlihat sudah lusuh dan pudar warnanya. Ia memang sering mendengar bahwa anak itu sering ditinggal sendirian oleh ibunya yang tidak jelas apa pekerjaannya. 

"Dek," Panggilnya. Gadis itu menoleh ke arahnya. "Ibu pergi? " Dia mengangguk lesu. "Sini sama mbak, kamu laper kan? Nanti kalau ibu pulang baru kamu pulang." Anak itu pun langsung tersenyum dan mendekat padanya. "Mbak masakin nasi goreng ya, yang cepat. " "Iya mbak, apapun Aya mau, soalnya Aya udah laper banget." "Aduh kasian, memangnya kamu dari mana? Kok ga sama ibu? " Tanyanya sambil menyiapkan bahan untuk nasi goreng. "Ibu ga tahu Aya pergi. Aya kalau pagi ikut ibu Tika yang di lantai satu ke TK, ikut belajar disana." "Oh, kamu udah sekolah? Aya umur berapa sih kok pintar? " "Aya ga sekolah mbak, cuma ikut belajar karena dibolehin bu Tika sama ibu kepala sekolahnya. Aya umur empat tahun." "Loh, udah belajar di sana setiap hari kenapa ga sekalian sekolah? " "Ibu ga mau bayar uang sekolahnya mbak, lagian kata ibu Aya ga punya akta jadi ga bisa daftar sekolah. " Ya ampun, ibu macam apa itu? batin Ara.

"Ya udah, ini nasi gorengnya. Kamu makan dulu ya. Habis itu tidur siang ya." "Iya mbak"

🕰🕰🕰

"Jadi gimana Del, kok dia ga sadar-sadar ya? Udah dua jam nih." Adele, adik Bayu yang seorang dokter di rumah sakit yang dipilihnya, memutar bola matanya malas mendengar kakaknya yang tidak berhenti mengeluh. "Mas ini gimana sih, kan dia lagi shock, ya biarin dia sadar sendiri dong. Kalau disadarkan paksa nanti kasihan mbaknya." Dokter muda itu baru selesai membersihkan luka-luka di tubuh wanita itu dengan antiseptik. Hanya lecet-lecet dan terkelupas sedikit sih, tapi daripada tetanus. "Mas juga sih, pake acara nabrak. Makan dulu sana kalau lapar ada Adele yang nungguin disini." Bayu mengusap rahangnya, memang kalau sedang lapar dia jadi gampang uring-uringan. 

"Pesen aja deh, kan kamar VIP, masa ga boleh makan disini." Bayu memang langsung memasukkan wanita yang ditabraknya ke kamar VIP karena khawatir. untungnya tulangnya tidak patah, hanya terkilir dan biru disana-sini. Dia langsung membuka aplikasi untuk memesan makanan. Bayu memang belum makan malam karena terlalu asyik bekerja. Rencananya tadi ia akan membeli makanan cepat saji dan memakannya di rumah. Tak disangka ia malah hampir mencelakakan orang dan sekarang cacing-cacing diperutnya melancarkan protes berat.

"makanya mas, kalau ga bisa urus diri sendiri itu cari istri. Masa makan malam bisa lupa? nanti kalau kena asam lambung bagaimana?" omel adiknya setelah ia pergi mengambil pesanannya. Wajar Adele mengomel, karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Bayu hanya mendengus. "kamu kan tahu Del, mas lagi sibuk banget dengan pembersihan perusahaan." Adele memutar kursinya menghadap kakaknya "mas Bayu sudah ngomong ke papa mama?" Bayu menggeleng "masih bingung gimana ngomongnya. Kamu tahu sendiri om Guntur orang kepercayaan papa." "tapi mas, aku rasa papa mama udah tahu lho, kan pas ditangkap polisi lumayan ramai di media. Juga tentang performa perusahaan yang sempat menurun." duduknya langsung menegak. "mama ada ngomong sesuatu gitu? " Adele menggeleng. "mama papa kan, masih di Jerman. Baru pulang tadi sore. Mungkin belum sempat lihat berita. Tapi cepat atau lambat pasti ketahuan." kedua orang tua mereka memang berada di Jerman sebulan belakangan ini untuk keperluan pengobatan papa mereka.

" Nggh… " Wanita itu mengerang lalu membuka matanya. "Sudah sadar? Coba ikuti gerakan senter saya. " Adele langsung berdiri untuk memeriksa wanita itu. "Masih pusing ga mbak? " "Iya masih agak pusing." "Oke deh, opname dulu ya mbak, sambil diobservasi. Saya khawatir gegar otak." Mata wanita itu langsung terbuka lebar. "Opname? Ini saya di rumah sakit? Aduh dok, maaf, boleh ga saya di rumah saja, kasihan anak-anak saya sendirian dirumah." " Ada suaminya? " "Saya ga punya suami. Makanya mereka sendirian kalau saya kerja. Ini jam berapa? Aduh, sudah jam 11, Kayla sama Nevan pasti khawatir, biasanya saya pulang buat ngelonin mereka tidur. Aduh bagaimana ini?"

"Udah Del, cuma diawasin aja kan? Biar aku yang awasin, sekalian bantuin dirumahnya. Kan memang aku yang salah." Cetus Bayu sambil mengunyah ayam goreng yang di pesannya tadi. "Tapi mas…" "gapapa, kan mas juga harus bertanggung jawab. Lagian kasihan anak - anaknya besok pagi kalau tidak ada orang dirumah." Adele lalu menghela nafas jengkel "ya udah, terserah mas aja. Aku tulisin dulu deh yang perlu diawasin. "

Sejam kemudian, Ara sudah duduk disebelah orang yang menabraknya dan diantar pulang. "ngomong - ngomong, kita belum berkenalan. Saya Bayu. Maaf ya, sudah membuat kamu terluka." saat mendaftarkan ke rumah sakit tadi ia sempat melihat dari KTP bahwa wanita itu lebih muda darinya. "Saya Ara. Tidak apa-apa mas, malah saya yang berterima kasih sudah ditungguin dan diantar pulang." Bayu tersenyum. "kan memang saya yang salah, Ara." "iya mas, itu rumah saya. Parkir didalam saja ya." kata Ara sambil mengulurkan kunci garasinya.

Terlihat sebuah mobil yang terparkir di dekat pintu menuju rumah. Bayu memarkir mobilnya di sebelah mobil itu, lalu mengangkat Ara masuk ke rumah. Lampu di ruang santai masih menyala. Terlihat seorang gadis kecil yang tertidur meringkuk di sofa. Secara otomatis, Bayu menurunkan Ara di sofa dekat gadis itu. "Kayla? Kenapa tidur disini? Pasti nunggu mama ya? " Bisiknya sambil membelai kepala gadis kecilnya lembut. Bayu memperhatikan Ara yang mengambil selimut rajutan dan menyelimuti putrinya yang tertidur disofa.

"Maaf ya mas, sofa nya dipakai tidur sama Kayla. Kalau mau mas di kamarnya Kayla aja." Katanya. Pria itu langsung menggeleng cepat. "Tadi udah dibilang sama dokter kan, kalau harus diawasin dan dibangunin setiap jam. Jadi harus bareng kamu." "Tapi mas… "" Saya ga bakal apa apain kamu kok. Tenang aja. Saya ga se brengsek itu memanfaatkan orang yang lagi sakit." Katanya sambil meraih tubuh Ara yang tertatih-tatih karena pergelangan kakinya yang sakit. 

"Kemana? " "Ke kamar yang itu dulu ya, mau nengok Nevan" Katanya sambil menundukkan kepala karena malu. "Kamar saya didepan kamar Nevan." " Boleh" Jawab pria itu, menggendongnya ke kamar putranya lalu masuk ke kamarnya.

Terpopuler

Comments

Prasetyani

Prasetyani

Sya suka ceritnya bgauuus...cara pnulsannya jg mudah d mengerti... semangat Thor

2021-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!