Bab 5

Aku terbangun dari tidurku kulihat jam menunjukkan pukul setengah dua belas kulihat ponselku Tak ada panggilan dari Papa. Orang yang biasanya selalu meneleponku disaat jauh dariku. Papa kenapa kau menjadi orang terkejam setelah aku menganggapnya orang yang paling baik sedunia. Kini kau membukakan mataku kau adalah orang yang sangat jahat.

Malam itu aku tidak dapat tidur mataku enggan terpejam. Aku turun dari tempat tidurku dan mengambil air putih di dapur. Kulewati kamar Mamaku kulihat pintunya tidak tertutup sepenuhnya aku mengintipnya. Kudapati Mama sedang duduk di tempat tidurnya.

"Ma kok belum tidur juga?"

Mama kaget melihatku malam-malam menghampirinya.

"Loh Sis kamu gak tidur?" Mama balik nanya kepadaku.

"Mau ambil air putih Ma aku haus." ucapku kemudian.

"Mama juga belum ngantuk."

"Mama mikirin Papa ya?" tanyaku.

"Huuuuuuh enggak lah Sis Papa kan lagi kerja."

"Emangnya Papa kapan baliknya Ma? masih lama ya?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Katanya sih 2mingguan Sis."

Aku menarik nafas dalam-dalam ingin rasanya aku membongkar rahasia Papa tapi tidak mungkin aku tak ingin membuat Mamaku terluka.

"Hey kok bengong?" tiba-tiba Mama membuyarkan lamunanku.

"Eeh gak kok Ma yaudah aku tidur dulu ya." ucapku sambil beranjak dari kamar Mama.

Malam itu adalah malam terburuk yang pernah ada dalam hidupku. Orang yang selama ini aku banggakan ternyata sama sekali gak pantas dibanggakan. Dia adalah orang terjahat yang pernah aku kenal.

...****************...

Pagi itu aku seperti biasanya berangkat sekolah sendiri. Pelajaran hari ini banyak kosongnya karena sebentar lagi kenaikan kelas. Nine mengajakku pergi ke perpustakaan setelah pulang sekolah. Sepulang sekolah aku langsung menuju perpustakaan kota. Aku mengantar Nine membeli buku disana aku bertemu dengan orang yang pernah aku marahin waktu itu. Satria namanya iya aku masih ingat dengannya. Ternyata dia juga masih mengingatku.

"Hey Sis jumpa lagi." ucapnya menyapaku. Aku menganggukkan kepalaku tersenyum kepadanya.

"Lagi apa?" tanyanya dengan menghampiriku.

"Lagi nganterin temen Sat." jawabku menunjuk ke arah Nine.

"Loh itu kan Nine iya kan?" tiba-tiba Satria tau Nine dan ternyata mereka saling kenal. Pantas aja aku kayak gak asing pas ketemu dengannya ternyata temannya Nine. Wajar saja Nine adalah cewek tercantik terpandai di sekolah mangkanya temannya banyak banget apalagi yang cowok .

"Hey kok ngelamun" Satria mengagetkanku.

"Ii i iya maaf" jawabku gugup.

"Oh iya abis ini mau kemana kita makan yuk?" ajaknya.

"Boleh tapi aku ajak Nine dulu ya." aku menghampiri Nine menawarkan dia makan siang.

"Aduh Sis kamu duluan aja deh aku masih lama nih, Sat kamu makan sama Siska aja ya aku mau lanjutin tugasku nih." Nine menolak ajakanku.

Tumben banget dia nolak ajakanku, akhirnya aku makan dengan Satria berdua. Satria menanyakan tentang aku dan Nine.

"Aku sahabatan sama Nine emang udah lama banget Sat bahkan sekarang ini dia hidup sendiri aku pengen banget ajak dia tinggal bersamaku tapi dia nolak." aku bercerita padanya.

"Nine itu orangnya baik kamu beruntung jadi sahabatnya." kata Satria membanggakan Nine.

Disitu aku berpikir bahwa Satria ada rasa sama Nine. Wah gawat nih kak Reyhan ada saingannya nih. Mana wajah Kak Reyhan kalah ganteng sama Satria. Bisa kalah nih kak Reyhan.

"Hey kok ngelamun lagi sih kamu Sis entar kesambet lho." Satria menepuk pundakku aku terbelalak melihatnya.

"Enggak kok Sat cuma lagi kepikiran aja sama ..." aku tidak melanjutkan kata-kataku.

" kepikiran apa Sis?" Satria sepertinya penasaran.

"Enggak Sat gak apa-apa lanjutin makannya aja ya."

dia hanya menganggukkan kepalanya.

"Kamu abis ini mau kemana aku anterin ya?"

"Aku bawa mobil sendiri Sat ngapain diantar." jawabku.

"Yya gak apa-apa aku dibelakangmu."

aku tertawa mendengar jawaban dari Satria.

"Aneh kamu." tambahku sambil tertawa.

Sesampainya di rumah aku melihat kak Reyhan termenung di kamarnya. Kulihat dia sedang marah-marah. Aneh biasanya dia tak pernah marah-marah. Aku menghampirinya kulihat wajahnya dengan jelas .

"Kamu kenapa sih kak?"

"Gak apa-apa Sis." jawabnya singkat.

"Kamu ini aneh jelas-jelas kamu lagi marah tapi bilangnya gak apa-apa."

"Kamu tau Sis ini rahasia kita berdua ya."

"Iya ada apa?" tanyaku penasaran.

"Aku tadi liat Papa jalan sama tante-tante di mall." aku terdiam mendengar kata kak Reyhan. Ternyata kak Reyhan sudah tau apa yang selama ini aku pendam.

"Hey Sis kamu kok diem aja."

"Aku udah tau kak bahkan jauh sebelum kakak tau."

"Apa? kamu udah tau? kok diam aja?"

kak Reyhan melotot ke arahku.

"Aku gak mau Mama tau kak aku gak mau keluarga kita hancur." jawabku sambil meneteskan air mataku.

"Terus apa kita akan tetap diam aja ngeliat kejadian ini?" tanya kak Reyhan.

"Entahlah kak biar waktu yang menjawab." aku melangkah ke kamarku meninggalkan kamarnya .

Kurebahkan tubuhku kulempar tasku hari ini aku benar-benar kacau. Aku pusing mikirin Papa aku benci dia. Gimana kalau suatu saat semuanya akan terbongkar apa yang harus aku lakuin. Disisi lain aku memang benci sama dia tapi disisi lain aku gak ingin keluargaku hancur. Aku gak bisa bayangin kalau harus liat Mama dan Papaku berpisah gara-gara wanita itu.

Kulihat Mamaku menghampiriku segera kuhapus air mataku. Aku tak ingin Mamaku tau apa yang terjadi sebenarnya. Aku mengambil bukuku pura-pura membaca buku.

"Lagi belajar ya?" tanya Mama yang sudah duduk disampingku.

"Iya Ma." jawabku lirih.

"Gimana sekolahnya hari ini?"

"Lancar kok Ma." jawabku seolah-olah semua baik-baik saja.

Aku berusaha menyembunyikan kesedihanku. Berusaha selalu tersenyum untuknya. Begitupun juga kak Reyhan yang sepakat untuk menyembunyikan semua ini dari Mama.

Kulihat Mama sedang menelepon Papa.

"Halo Pa gimana Papa sudah makan?"

"Sudah Mama gimana kabar anak-anak Ma?"

"Anak-anak baik-baik aja Pa mangkanya Papa cepat pulang ya biar kita bisa berkumpul lagi." ucap Mama.

Aku yang daritadi mendengar percakapan mereka rasanya ingin marah. Bulsyit semua perkataan Papa, yang selalu perhatikan anak-anaknya sementara diluar sana dia lagi asyik berdua sama Tante girang.

Aku menutup telingaku malas dengar ucapan Papa yang terdengar dari telepon Mama. Akhirnya aku keluar dari kamar menuju ruang tv. Mereka tetap saja bertelepon di kamarku. Bahkan Mama sempat tertawa digodain Papa. Ughhhh rasanya ingin kuberitahu Mama yang sebenarnya terjadi tapi apalah daya aku tak kuasa jika harus melihat Mamaku hancur. Kupendamkan lagi niatku saat ini. Kutarik nafas panjang sambil mengelus dadaku.

sabar sis sabar nanti akan ada saatnya semua harus terbongkar tapi jangan sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!