Bab 4

Hari itu aku pergi ke sekolah seperti biasanya. Kak Reyhan hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusannya sehingga hari itu aku berangkat sendiri. Pak sopir pun yang biasa mengantarku cuti pulang kampung dan aku harus membawa mobil sendiri. Aku menjemput Nine untuk berangkat ke sekolah bersama. Sampai di jalan menuju rumah Nine aku melihat mobil Papa melaju di depanku

Lho bukannya itu mobil Papa ya tapi kan dia lagi ada di luar kota. Ah mungkin mirip aja kali ya. Tapi nomernya sama gak mungkin kalau hanya mirip. Iya benar itu mobilnya.

Kuikuti mobil Papa dari belakang. Akupun menelpon Nine untuk berangkat sendiri dan aku ijin tidak sekolah. Aku pelan-pelan mengikuti mobil Papa dari belakang. Sebisa mungkin aku jaga jarak agar tidak ketahuan. Mobilnya melaju dengan kencang sekali.

tak biasanya Papa melaju sekencang ini.

Aku masih mengikutinya dan mobil itu berhenti di depan toko. Kulihat yang keluar bukan Papa tapi seorang wanita cantik membeli makanan. Aku makin penasaran siapa wanita itu. Mobil itu melaju lagi dan aku tetap mengikutinya. Kemudian aku terhenti karena lampu merah. Sialnya mobil itu berada di depan dan aku terpisah di lampu merah. Aku tak bisa mengikutinya lagi aku sudah ketinggalan terlalu jauh. Aku berusaha mencarinya dan aku tak dapat menemukannya aku kehilangan jejaknya. Aku bingung harus lurus atau belok karena sudah kehilangan jejaknya.

uhhhggg sial aku kehilangan jejak Papa. Papa tega sekali bohongi Mama bilangnya keluar kota nyatanya masih di kota ini.

Aku akhirnya memutuskan untuk pulang dan sesaat aku terhenti.

aku kan tadi pamitnya sekolah kalau aku pulang sekarang bisa dimarahin Mama nanti

Aku memutar balikkan mobil dan berjalan tak tentu arah. Bingung mau kemana waktuku sudah terbuang sia-sia. Aku menghentikan mobilku di sebuah perpustakaan. Aku masuk perpustakaan berniat untuk membeli buku. Aku membaca buku disana sambil menghabiskan waktu.

menunggu waktu pulang sekolah lama banget ya. bosan juga disini sendirian.

"Boleh duduk disini?"

tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki.

"Boleh" jawabku singkat tanpa menoleh ke suara itu.

"Kamu masih sekolah?" tanya lelaki itu kemudian membuatku membuyarkan lamunanku.

"Iya." jawabku sambil memandang wajahnya yang tak asing buatku.

"Kok sudah pulang?"

" Ehm ehm i iya." jawabku Bingung Karena hari masih sangat pagi.

"Bolos ya?"

Aku tidak menjawabnya dan melanjutkan membaca buku kemudian dia mengulurkan tangannya.

"Aku Satria boleh tau nama kamu?"

"Namaku Siska." jawabku sambil membaca buku dan menjabat tangannya.

"Sekolah dimana?" dia kembali bertanya dan membuatku terganggu aku berdiri berniat meninggalkan dia.

"Gak boleh ya aku nanya sekolah kamu?" dia kembali bertanya kepadaku disaat aku sudah mulai meninggalkannya. Aku melanjutkan langkahku dan mengabaikan pertanyaannya. Hari ini benar-benar badmod aku melangkah menuju mobil dan segera kulajukan dengan kencang. Aku melaju sangat kencang saat itu tiba-tiba ada mobil yang mengklaksonku terus menerus kulihat spionku. Mobil itu menghentikan aku mendadak terhenti seketika. Kulihat anak itu yang ada di perpustakaan.

"Apaan sih kamu bahaya tau." ucapku dengan nada tinggi.

"Maaf ini bukunya ketinggalan." ucapnya sambil menyerahkan buku yang ketinggalan di perpustakaan tadi.

Ya ampun ternyata dia membawakan bukuku yang ketinggalan tadi.

Segera ku ambil bukuku,

"Makasih." ucapku sambil masuk ke mobil.

Dia juga masuk ke mobilnya dan segera melaju. Aku hanya melihatnya dari belakang.

Baik juga ternyata dia siapa ya dia kok kayak gak asing ya,

Aku melirik jam tanganku kemudian aku menelpon Nine.

"Udah pulang a Nin aku jemput ya aku tunggu di halte."

" Iya ini baru keluar Sis emang kamu kemana sih?"

"Udah entar aku ceritain."

Aku segera menutup telponnya dan menuju sekolah. Kutunggu dia di halte ternyata Nine sudah ada disana.

"Sis kamu kemana sih kok bolos?"

"Aku ceritakan dirumah kamu ya Nin."

Sesampainya di rumahnya aku langsung duduk dan menangis. Air mataku yang terbendung sejak tadi pagi akhirnya pecah disana. Nine memelukku menenangkanku

"Kamu kenapa Sis?"

"Papa Nin... Papa... aku tadi liat dia sama wanita lain.. terus aku buntutin dia tapi gagal.. sial deh.. uhhhh."

"Kamu serius Sis? terus siapa dong wanita itu bukan Mama kamu kan?"

"Ya bukanlah jelas-jelas Papa itu pamitnya ke luar kota gila gak sih?" kataku sebal.

"Mungkin dia udah balik terus lagi sama temannya Sis kamu jangan negatif thinking dulu dong." ucap Nine.

"Gak mungkin Nin dia itu belum pulang ke rumah dari kemarin lusa." ucapku sebal.

"Sabar dulu Sis kamu cari tau dulu apa yang terjadi mungkin ada yang disembunyikan." ucap Nine kemudian.

"Aku kecewa Nin gimana kalau Mamaku tau pasti dia sedih banget."

"Jangan Sis Mama kamu gak boleh tau hal ini kasihan dia."

Hari telah sore aku berpamitan untuk pulang dan sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar. Kurebahkan tubuhku di atas ranjangku. Kudengar diluar Mama sudah memanggilku

"Sis sis kamu udah pulang kok gak panggil Mama sih?"

"Iya Ma aku capek banget nih mau istirahat."

"Tumben kamu gak makan dulu? kamu sakit?" tanya Mama sambil memegang kepalaku.

"Enggak Ma." jawabku sambil tersenyum.

"Yaudah Mama tinggal dulu ya." mama beranjak dari kamarku.

maafin aku Ma aku gak tega jika harus memberi tahumu aku tak ingin membuatmu sedih

Sebenarnya aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat tadi. Apa iya orang yang aku kenal sebaik dia seperhatian dia bisa selingkuh. Setahuku Papa gak pernah buat Mama nangis bahkan untuk bentak Mama saja dia gak pernah. Tapi kenapa dia bisa setega itu. Kenapa Papa bisa sejahat itu sama Mama. Aku benci Papa aku kecewa sama kamu Pa.

" piarrrr."

tanpa sengaja aku melemparkan gelas yang aku pegang. Aku kesal sekali saat itu. Sehingga tanpa sadar aku membanting gelas itu yang membuat seisi rumah berlari ke arahku

"Ada apa Sis?" Mama yang dari ruang tv berlari ke arahku.

"Ehm ehm gelasnya jatuh Ma."

"Ati-ati dong sayang, biiiiii tolong beresin ya bi."

"Baik nyonya." jawab Bi Inem sambil mengambil sapu.

Mama kemudian mengelus rambutku.

"Kamu kenapa sayang kamu capek? istirahat sana sayang jangan sampai kamu kecapekan nanti kamu sakit lho." ucap Mama.

"Iya Ma." jawabku sambil menyembunyikan air mataku yang hampir mengalir.

Tuhan sampai kapan aku harus menyembunyikan rahasia ini. Aku tak mungkin menyakitimu Ma aku tak ingin kamu sedih. Aku sangat menyayangimu bagaimana jika suatu saat kamu tau apa yang sedang terjadi. Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi di dalam isi rumah ini.

Terpopuler

Comments

Dinda Natalisa

Dinda Natalisa

Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.

2021-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!