Bab 3

Pagi ini adalah hari pertama tanpa Papa dirumah. Mama seperti biasa telah menyiapkan sarapan dengan Bi Inem. Aku segera menghampirinya di meja makan begitu juga dengan Kakak Reyhan. Kuamati wajah Mama tidak seperti biasanya. Aku hanya berfikir mungkin dia lagi kangen sama Papa. Kulirik wajah Kakak dia juga begitu tak seperti biasanya. Dia lebih banyak diam dari biasanya yang selalu menggodaku. Baru aja pertama ditinggal Papa kok jadi sepi begini ni rumah.

"Ma Mama gak makan?" tanyaku melihat Mama yang melamun.

"Ii iya Sis ini juga mau makan" jawabnya membuyarkan lamunannya.

" Mama sedih ya Papa gak ada?"

"Gak sedih sih tapi agak gimana ya namanya juga sudah terbiasa bersama jadi mikirin makan apa ya Papa hari ini." jawab Mama selanjutnya.

"Telfon aja Ma." kak Reyhan menyahutnya.

"Sudah berkali-kali tapi kenapa ya kok gak diangkat sama Papa." tanya Mama agak resah.

Aku berpandangan dengan Kakakku dan menggelengkan kepalanya. Aku juga agak bingung sih sebenarnya. Gak biasanya Papa jadi lost contack kayak gini. Aku berusaha menenangkan Mama agar Mama tidak berfikir yang aneh-aneh.

"Mungkin Papa lagi sibuk Ma." ucapku.

Mama menggelengkan kepalanya dan kemudian masuk ke kamar. Aku membiarkan dia sendiri supaya agak tenang. Kakak juga begitu kita saat ini sama-sama bingung. Kami berusaha untuk menghubungi Papa dari ponsel masing-masing.

"Dasar bodoh kamu gimana mau nyambung orang telfonnya barengan." kak Reyhan sambil mendorong pundakku.

"Kakak aja deh yang telpon." ucapku sambil berlari ke kamar.

...****************...

Siang itu hari tetap saja sepi tak seperti biasanya. Kulihat kakak dan Mama sibuk sendiri dengan urusannya. Ruang tv pun kosong tak ada suara tv terdengar. Aku mulai menyalakan tv dan kuganti chanel tak ada yang menarik. Entah chanel tv atau pikiranku yang sedang kacau. Tiba-tiba saja aku memikirkan Mama. Kumatikan tv dan ku beranjak dari tempat dudukku menuju kamar Mama, kulihat dia sedang terdiam.

"Belum bisa dihubungi ya Ma?" tanyaku mengagetkannya,

tanpa menjawabnya dia menganggukkan kepalanya. Kupegang tangannya kupeluk tubuhnya untuk sedikit menenangkannya. Baru kali ini aku melihat Mama segelisah ini.

"Ma mama jangan sedih nanti aku ikut sedih."

"Enggak sayang Mama gak apa-apa kok." jawabnya dengan menyembunyikan perasaannya.

Tiba-tiba terdengar ponsel Mama berbunyi kulihat Papa menelepon segera Mama mengangkatnya

"Halo Ma maaf baru bisa menghubungi Mama. Papa lagi ada meeting pagi dan sekarang lagi sama clien Ma. Maaf ya Ma sudah buat semua bingung."

"Iya Pa gak apa-apa yang penting Papa baik-baik saja."

"Mama gimana udah makan?"

"Iya sudah Pa, Papa sudah makan apa belum?"

"Sudah juga Ma gimana anak-anak baik-baik aja kan?"

"Alhamdulillah baik-baik aja Pa, Papa jaga diri baik-baik ya jangan sampai lupa makan." ucap Mama yang selalu perhatian.

"Iya Ma Mama juga jaga diri dan anak-anak baik-baik ya."

Rasanya lega mendengar Papa baik-baik saja.

"Tuh kan Ma Papa baik-baik saja." godaku sambil kusenggol Mama. Dia tersenyum lega.

"Kamu itu belum tau rasanya gimana gak usah godain Mama deh." ucap Mama meledekku.

Aku segera berlari kecil menuju kamarku. Kupandangi langit-langit kamarku berusaha untuk melelapkan mata yang enggan terpejam. Hingga akhirnya aku mulai terlelap dalam tidurku.

" Kkringgggg kringgggg."

aku terbangun kaget dari tidurku kulihat ponselku berdering panggilan dari Nine. Segera aku angkat telponnya.

"Iiya Nin ada apa?"

tak terdengar jawaban darinya tapi kudengar isakan tangisnya.

"Lloh Nin ada apa kamu kenapa?" aku yang mulai panik dengan Nine yang menangis disana.

"Ayah ... a.. yah meninggal Sis."

"Innalilahi wainailaihi rojiun sabar ya Nin aku segera kesan" aku langsung menutup telponnya dan berlari mengajak Kakakku kerumah Nine. Kakakku pun lebih panik dariku, dia langsung mengambil kunci mobil dan bergegas masuk mobil begitupun denganku.

Sesampainya disana aku melihat Nine menangis aku langsung mendampinginya bersama kakakku. Aku memeluknya menenangkannya.

"Sabar ya Nin kamu harus kuat." ucapku lirih.

"Aku sudah tak punya siapa-siapa lagi Sis." katanya sambil menangis.

" Nin kamu gak boleh bilang seperti itu masih ada aku dan Siska yang akan selalu menemanimu." ucap kak Reyhan.

Dia menangis tersedu-sedu, akupun juga ikut meneteskan air mata. Nine sekarang tinggal sendiri dia yatim piatu dan disini dia juga tidak punya saudara. Aku semakin tak tega melihat keadaannya. Bagaimana dia bisa menjalani hidup sebatang kara. Kami mengantarkan jenazah ayahnya sampai ke pemakaman. Kemudian kami kembali kerumahnya. Disana hanya ada tetangga yang bertakziah. Kulihat kanan kiri tak ada satupun saudaranya yang datang. Maklum dia bukan asli orang sini dia adalah pendatang yang merantau. Sampai pada akhirnya dia kehilangan kedua orang tuanya. Sekarang dia harus hidup sendiri di kota ini. Sungguh nasib yang malang tak tega rasanya jika harus meninggalkan dia sendiri.

"Nin kamu harus kuat kamu pasti bisa menghadapi cobaan ini." kata Kak Reyhan disampingnya.

"Iya kak makasih banyak ya kak." dia tersenyum manis melihat kak Reyhan.

Iri rasanya melihat mereka, walaupun mereka belum pacaran tapi aku yakin mereka saling mencintai. Kulihat dari cara mereka berpandangan seperti ada sesuatu disana. Tak ingin mengganggu mereka aku keluar cari udara diluar. Kunikmati pemandangan di depan rumahnya.

"Nin kamu sekarang tinggal di rumah sendiri kalau kamu butuh apa-apa kamu langsung hubungi aku ya?" ucap kak Reyhan padanya.

"Iya kak sekali lagi terimakasih banyak atas perhatiannya." ucap Nine malu-malu.

"Gak perlu makasih Nin udah jadi tugas aku untuk selalu merhatiin kamu." jawab kak Reyhan mulai menggoda Nine.

Melihat kemesraan mereka aku jadi iri deh.

Aku tetap menunggu kak Reyhan di teras rumah Nine. Mereka kemudian muncul di depanku.

"Sis kamu pulang dulu atau disini dulu? aku mau nemenin Nine dulu" tanya kak Reyhan.

"Yaudah kalau kakak mau nemenin Nine disini aku pulang dulu ya kak" jawabku.

"Mobilnya kamu bawa aja biar aku naik taxi nanti pulangnya." ucap kak Reyhan sambil menyerahkan kunci mobil.

Aku menerimanya dan bergegas untuk pulang. Sesampainya di rumah Mama kaget karena aku sendiri

"Hey kakak kamu kemana?" tanya Mama sambil menengok kebelakangku.

"Masih nemenin Nine Ma."

" Loh mereka berdua saja?"

"Iya ma." jawabku.

Mama menggelengkan kepalanya akupun langsung menuju ruang tv. Aku duduk disampingnya

"Ma kasihan Nine Ma dia sekarang hidup sebatang kara" ucapku pada Mamaku.

"Iya Sis kita mau bantu gimana ya?" Mama kemudian balik nanya.

"Entahlah Ma aku pingin sekali bantuin dia tapi gimana caranya Ma aku juga bingung." aku berfikir sambil menggaruk-garuk kepalaku.

Terpopuler

Comments

Margaretha Ellsa

Margaretha Ellsa

cerita nya bagus banget🥰

2021-03-08

1

Hanna Devi

Hanna Devi

like lagi 😁

2021-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!