Adaptasi dan Pcs tes

Bekerja di darat dan di laut jelas beda. Erika perlu beradaptasi. Apalagi makanan yang tersedia juga tidak terlalu enak. Pantas saja crew yang datang ke restoran tempat kerjanya dulu begitu rakus pesan makanan. Karena memang makanan di kapal rasanya tidak terlalu enak. Ia masih harus membiasakan diri bekerja setengah pagi sampai siang, setengah sift lagi dari jam 6 sore sampai tengah malam.

Beruntunglah Manoj bukan atasan yang terlalu keras atau istilahnya hard time. Jika sudah melakukan apa yang disuruh dengan baik, Manoj tak akan menyuruhnya lagi. Ada atasan yang bila anak buahnya selesai mengerjakan sesuatu ia akan menyuruh untuk mengulanginya.

"Erika dan Putu, minggu depan kalian ada Pcs tes. Persiapkan dan belajarlah. Jika kamu tidak mengerti bertanyalah padaku atau Putu. Dia sudah banyak berpengalaman, " jelas Manoj selesai meeting setelah pekerjaan usai. Ia tersenyum melihat Putu yang pura- pura gelagapan.

"Ah bos, kau memberiku hard time saja. Tapi karena Erika cantik, aku tak keberatan jika harus mengajarinya," jawab Putu sembari terbahak. Ia tahu supervisornya sedang bercanda.

"Putu, apa sih Pcs tes?" tanya Erika tidak terlalu tahu.

"Pcs tes untuk mendapatkan emergency card, soal boat drill jika kapal dalam keadaan bahaya, " jawab Putu.

Jawaban Putu tidak membuat Erika puas. Karena Erika tahu, Putu belum makan dan ia ingin segera ke ruang makan.

" Capek ya?" seseorang bertanya saat Erika berjalan di koridor menuju kabinnya.

"Ya lumayan," Erika mengenali suara Jayden.

"Kamu sudah selesai kerja?"

"Aku baru mulai. Shift malam."

"Lalu kenapa kamu disini?"

"Aku sedang mamagayo," Jayden tertawa licik mengingat ia baru saja ngadali supervisornya. (mamagayo adalah bersantai waktu jam kerja)

"Kalau begitu masuklah ke kabinku."

"Seorang cewek mengajakku masuk ke kabinnya...Aaahhh," Jayden memasang wajah mesum.

"Kamu jangan ngeres dulu otaknya. Aku mau tanya soal Pcs tes."

"Ohhh..." Jayden memasang tampang pura-pura bersedih lalu nyelonong masuk ke kabin Erika.

"Kamu ga punya kabin mate?" (kabin mate: teman sekamar) Jayden mengedarkan pandangan ke seliling kabin.

"Ga ada," Erika sibuk membuka sepatunya.

Jayden duduk di satu-satunya kursi yang ada di kabin Erika. menyamankan dirinya lalu bertanya : " Jadi apa yang bisa aku bantu tentang Pcs tes?"

"Bisa mengajariku soal kisi-kisinya?" Erika merajuk. Dan tampaknya Jayden beda dengan Putu yang sedang lapar.

"Pinjami aku emergency cardmu," setelah mendapatkan emergency card Erika, Jayden membacanya, dan berkata : "Kamu hapalkan yang ada disini. Biasanya ini yang aka keluar saat Pcs tes. Misalnya dimana muster stationmu berada. Dimana kamu harus memgambil life jacket cadangan jika kabinmu kebakaran. Kalo kamu sudah hapal lalu pelajari di sebalik emergency cardmu. Peringatan kalo ada api gimana? Misalnya kalo ada api, attention kabin 1026 alpha code, alpha code gtu."

"Jadi cuma begitu?"

"Ya cuma gitu. Kita ini disini kerja bukan untuk mengerjakan tes yang susah-susah. Jika harus dibebani tes yang susah kita pasti sudah stres," kalimat Jayden memang ada benarnya.

"Trimakasih," kata Erika tulus.

"Cuma itu saja? Tidak ada ciuman pelukan gitu?" protes Jayden.

"Baiklah sini kupeluk dan cium," Erika membuka kedua tangannya, ia berencana memeluk dan mencium pipi Jayden. Tapi reaksi yang diberikan Jayden berbeda.

"Aku tadi hanya bercanda. Baiklah aku pergi dulu," pamit Jayden sambil mengacak rambut Erika. Ia melihat telpon yang dibawanya berdering tak henti-henti dan bergegas pergi. ( Dalam suatu grub kerja, biasanya ada seseorang pegawai ato lebih yang di beri telpon genggam. Telpon itu yang digunakan untuk keperluan kerja. Dan kusus di gunakan di dalam kapal. Setelah selesai bekerja, telpon diserahkan ke supervisor lagi)

"Sial! Aku ketahuan bos nih. Mati aku!"

Erika tersenyum melihat Jayden. Dia seperti Mauricio dengan asal berbeda budaya. Dia menyadari Jayden tidak terbiasa dengan pelukan dan ciuman makanya ia menolak, walau di awal Jayden menggodanya.

...***...

Hari Pcs tes pun tiba. Erika datang bersama Putu ke bar kusus crew, dimana Pcs tes diadakan. Bar kusus untuk crew baru buka petang hari. Jadi siang hari kosong. Ruangannya di gunakan untuk Pcs tes. Ada sekitar 6 orang safety officer yang menguji. Baik berpangkat 2nd officer dan 3rd officer. Dan ada 40an crew yang mengikuti Pcs tes.

Karena merupakan pertama kali Erika merasa gugup. Ia takut tidak berhasil. Tapi Jayden bilang kalau tidak berhasil tidak apa-apa, Erika akan mendapatkan training kusus dan mencoba lagi sampai berhasil. Hal itu membuat hati Erika sedikit tenang.

"Erika, kamu mau aku duluan atau kamu duluan?" tanya Putu bersimpati.

"Kamu duluan aja," Erika membiarkan Putu yang maju Pcs tes dulu, supaya Erika bisa lebih tau apa saja yang ditanyakan para safety officer.

10 menit berlalu tiba juga giliran Erika, sedangkan Putu yang sudah lolos, pamit pada Erika untuk pergi duluan.

"Bagaimana pengumuman untuk medikal team?" tanya seorang 3rd officer pada Erika.

"Medical respon team! Medical respon team, location."

3rd officer mengangguk-angguk. Lalu bertanya lagi.

"Kalau kamu melihat api di kapal. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan menelpon supervisorku dan menelpon bridge."

"Berapa nomor telpon bridge di kapal?"

"911"

"Congratulation. You're pass it," 3rd officer tersenyum.

"Thank You sir," Erika dapat bernafas lega.

Lalu ia berlari ke kabinnya. Sambil tersenyum, sepanjang koridor.

"Kamu kenapa? Habis menang bingo?" tanya Martin saat dilorong.

"Aku berhasil dalam Pcs tes," Erika melompat-lompat membuat bertemu Martin terkejut dan kemudian tersenyum.

"Kirain habis menang bingo! Ga jadi minta traktir nih?" Martin terkekeh.

"Besoklah kalo ada uang lebih kutraktir banana pizza."

"Kalo cuma banana pizza sih di pantri juga ada. Gratis lagi."

"Nah itu maksudku, aku tak perlu mengeluarkan uang untuk. mentraktirmu, aha ha ha!" Erika menyeringai licik.

"Dasar kau gadis pelit," Martin menggelengkan kepala.

"Oh iya, ada yang mau kuberikan padamu. Tunggu sebentar ya, jangan pergi sebelum aku berubah pikiran," Erika masuk ke kabinnya dan mengambil sebuah amplop coklat.

"Apa ini?" tanya Martin.

"Itu aku mau nyicil utang padamu."

"Dari mana kamu mendapatkan uang? kan belum payday (gajian)."

"Itu rembuse uang visa dan medikal. Semuanya 500$. Aku lebihkan 20$ sebagai ucapan trimakasih. Sisanya akan kubayar setelah payday. Aku masuk dulu Martin," Erika masuk ke kabinnya. Belum ada 2 menit dia keluar lagi.

"Ada apa lagi?" tanya Martin yang masih berdiri di luar kabinnya.

"Aku lupa kalo aku masih dalam jam kerja. Aku pasti dapat banana nih!" Erika berlari tanpa menghiraukan Martin. Banana disini bukan berarti pisang, tapi banana dalam bahasa kapal artinya mendapatkan omelan/dimarahi.

Martin tersenyum melihat tingkah Erika. "Gadis lucu," gumamnya. Baru kali ini ada gadis yang dengan suka rela mengembalikan uang yang telah dipinjamnya, bahkan melebihkan 20$. Wanita-wanita yang dikenalnya biasanya akan minta traktir, minta dibelikan barang branded dan lainnya, saat mengetahui Martin banyak uang. Apa karena Erika belum tahu siapa dirinya? Jika Erika tahu dirinya banyak uang akanlah Erika berubah jadi matre? Martin penasaran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!