Samawa Till Jannah
Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh... Balik lagi, ini novel lanjutan SSP (Suamiku Seorang Polisi). Beda judul sedikit ya,
Bismillah...
🌷 Happy Reading 🌷
- Jam 04.30 -
Anin dengan pelan-pelan membuka matanya dan melihat sampingnya ada suaminya yang masih mencari mimpi. Akhirnya Anin melepaskan tangan Rifa'i yang menempel di perutnya,
“Huh ini tangan kok kayak gajah aja ya, berat banget.” Gumam Anin, Anin pun beranjak dari ranjang dan mengambil handuk untuk mandi pagi. Anin melangkah keluar dari kamar, ternyata ibunya pas-pasan lewat.
“Astagfirullahalazim ibu,” Anin terkejut. Hampir saja menabrak ibunya,
“Kamu ini nak, kenapa kok buru-buru gitu?” Tanya ibunya yang membawa mukena dan sajadah.
“Hm, nggak papa kok bu. Mau mandi aja, biar seger dikit. Jugaan mau adzan subuh, aku mandi dulu ya bu.” Ucap Anin dan Ibunya mengangguk.
“Nanti kamu nyusul ya ke masjid. Ibu mau sholat jamaah ke masjid dulu,” ucap ibunya dan Anin menjawabnya.
“Iya bu, kalau nggak ada halangan.” Ucap Anin dengan melangkah ke kamar mandi. Ibunya pun berangkat ke masjid dahulu, Anin dan Rifa'i menyusul nanti.
Anin selesai mandi, akhirnya Anin masuk ke kamar. Anin melihat Rifa'i masih tidur, Anin membangunkannya.
“Mas bangun gih udah jam 9 pagi ini lho, mas bangun udah jam 9 ini lho. Kamu nggak mencontohkan sebagai kapolres itu harus taat peraturan, nanti bisa di pecat sama atasan kamu. Emang kamu nggak malu apa?” Omel Anin dan akhirnya dengan buru-buru, Rifa'i bangun dan terbentur kepala Anin.
“Uhh sakit mas, aduh ini sakit banget. Kan semua ini salah kamu, uhh.” Dengan mengelus-elus kepalanya yang terjendot dengan kepala Rifa'i.
“Kamu jugaan udah tau jam 9 pagi, kenapa nggak bangunkan aku?” Dengan melihat jendela.
Ternyata langitnya masih gelap dan Rifa'i berdecak, “Kamu udah ngerjain aku yang. Sini aku hukum kamu sampai kamu minta maaf.”
Akhirnya dua sejoli melaksanakan kehendaknya sendiri-sendiri.
Kumandang adzan subuh pun tiba, dua sejoli sama-sama sudah membersihkan dirinya masing-masing. Anin mau nggak mau dia mandi kembali. Mereka pun melaksanakan sholat subuh berjamaah di rumah karena sudah terlambat bila ke masjid.
Setelah sholat shubuh, Anin membantu ibunya memasak di dapur. Rifa'i bersiap-siap untuk berangkat dinas.
“Oh iya nak, kamu udah mau program hamil belum nak?” Sontak membuat Anin yang sedang minum menyemburkan air dari dalam mulutnya.
“Uhukk.. Uhukk,” Ibunya mengambilkan minum kembali.
“Ehm gimana ya bu? Nanti juga aku akan bicarain sama mas Rifa'i.” Pertanyaan yang begitu terenyuh dan membuat hati Anin merasakan ingin menjadi seorang ibu.
“Ya udah nak kalau begitu,”
Masakkan sudah siap di meja makan, Anin mencuci wajan dan wadah-wadah untuk meletakkan sayuran.
Rifa'i sehabis lari pagi di sekitar rumah mertuanya langsung masuk ke dapur, Rifa'i mengambil gelas. Melihat pemandangan yang begitu mencerahkan baginya karena Anin mencuci wajan dan di sanalah Rifa'i mempunyai ide kinclong. Rifa'i mengambil jurus seribu, akhirnya Rifa'i mencolek bokongnya wajan yang begitu menghitam. Rifa'i menempelkannya ke wajah Anin yang begitu banjir keringat,
“Hahaha, akhirnya ideku berjalan dengan baik. Semuanya telah lurus.” Ucap Rifa'i dengan begitu Anin mengeluarkan jurusnya.
'klontang-klonteng' suara wajan yang begitu merdu, sampai ibunya memunculkan wajahnya ke dapur.
“Astagfirullahalazim nak, kamu ini apa-apaan ya. Untung aja jantung ibu nggak kumat lagi,” Ucap Ibunya Anin dan ibunya Anin
menggeleng-gelengkan kepala karena tingkah Anin. Anin pun cengengesan dan ibunya kembali keluar untuk Menjemur pakaian, sedangkan Rifa'i tertawa terpingkal-pingkal.
“Hahaha kamu ini lucu banget ya yang, udah semuanya menghitam itu lho.” Ucap Rifa'i dengan menuangkan air putih ke dalam gelas.
“Hahaha, hahaha enak aja ya kamu ini mas. Tunggu saja pembalasanku,” dengan begitu Rifa'i menyemburkan air putih tersebut ke wajah Anin.
“Aduh kamu ini mas, awas ya. Jurus andalan seribu,” Sampailah Anin mengejar Rifa'i. Anin mengejar Rifa'i sama saja di kejar anjing. Cukup melelahkan,
“huh-huh-uh. Kamu ini lari cepet amat mas,” Ucap Anin sambil menaik-turunkan napasnya.
“Ya iyalah siapa lagi kalau bukan jagoan papah?” Ucap Rifa'i dengan menyombongkan dirinya.
“Udah lah yang, aku capek. Mau mandi dulu ya yang, siapin baju dinasnya yang. Tolong di bersihkan mukanya tu! nanti bisa nggak jadi cantekkk,” Ucap Rifa'i dan Anin mengerucut bibirnya. Anin membersihkan wajahnya dahulu di kamar mandi dan setelah itu Rifa'i masuk ke kamar mandi.
Anin pun menyiapkan baju dinasnya dan selesai memilih, dia memegang benda yang begitu memewahkan baginya. Anin mengeluarkan dan menumpuknya di bawah baju dinas.
“Hahaha masa yang memewahkan.” Anin tidak mau berpikiran negatif. Anin pun keluar dan melangkah ke teras rumah untuk mengambil sapu. Anin pun menyapu halaman rumah,
“Bu, kasihan banget ya ibunya Anin. Padahal menantunya kaya, masa iya rumahnya masih jelek aja. Nggak infil apa menantunya? Rumah jelek. Udah kaya, mapan, ganteng, terus pangkat naik lagi.” Ucap tetangga yang suka berghibah di depan rumah setiap pagi pasti selalu nggak pernah absen.
“Iya bu kasihan, durhaka banget itu menantu. Pelit, sombong, udah mobilnya di depan rumah. Tapi rumahnya jelek lagi, Wow gitu ya bu.” Ucap satunya lagi, ibu RT ( Ratunya gosip)
“Ehm, ibu-ibu sayang. Mau belanja, apa mau ghibahin anak ibu siti? Nggak malu apa sama anak muda? Pada kerja sama bersih-bersih rumah, ibu-ibu ini sukanya cuma ghibah aja. Hidup itu nggak boleh ghibah bu, mulut ibu-ibu ini seperti harimau semua. Semuanya akan di balik faktanya, nanti semua pada turun gimana? Ha, mau beli sayuran tapi kok setiap hari kumpulnya di sini aja? Nggak pernah yang namanya absen. Kasihan tu bapak sama anak di rumah. Nungguin ibunya masak, malah makanan belum jadi. Cacing di perut pada bunyi semua. Nanti ujung dari kata pasti marah. Ingat bu, Allah pasti mendengar bu. Mau kayak yang sebelumnya bu,” Ibu-ibu pun bubar akhirnya, karena kejadian yang nggak-nggak.
“Seperti bu ustazah aja ni orang, nggak usah ceramah terus. Hidupmu juga belum benerkan, ngurusin hidup orang lain aja.” Ucap bu RT.
“Ehm, bu mau masak apa nggak? Bapak malu bu, setiap hari kerjaannya cuma ghibah aja. Masak dulu bu, tu anak-anak mau sekolah kasihan tu. Buatin bapak kopi, jangan lupa!” Ucap Pak RT yang masih memunculkan wajahnya dari dalam rumah.
“Iya-iya ini mau belanja dulu.” Ucap bu RT sambil memakai sandal. “Kalau begitu saya permisi dulu ya Pak RT. Kebetulan tadi selepas dari warung lewat sini,” Ucap bu Yuni
“Iya,” Ucap Pak RT sambil duduk di kursi yang ada di teras depan rumah. Anin mendengarkan perkataan tetangga makin terenyuh hatinya.
“Yang kamu kenapa?” Tanya Rifa'i yang baru saja keluar dari rumah.
“Nggak papa kok, oh iya kamu mau berangkat?” Ucap Anin melihat penampilan Rifa'i yang sudah siap berangkat dinas.
Bersambung
🌷Jangan lupa untuk like, vote, dan komentar yang positif 🌷
🌷Jangan lupa untuk mampir ke instagram 🌷
@dindafitriani0911
•
•
•
•
# Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Harmini Berkah
yang season 1 judulnya apa ya?
2021-03-18
1
Mak Nurul
Thor kapan mau lanjut nih??
Keburu hilang semua, dah... Emang nggak ada akhlak
😂😂😂
Yuk!! Yuk cepet Thor...
Sekali-kali crazy up gitu lho thor.
2021-01-17
2
🌹Dina Yomaliana🌹
hai kakak👋 aku datang bersama like dan rate❤️
2020-12-27
2