Bab 5

Yusman dan Sukma saling pandang sesaat setelah membaca bersama surat Ambar yang hanya di tulis tangan. Tulisannya begitu rapi. Jelita terhanyut dalam Isak tangis yang begitu pilu. Seakan mengundang berjuta simpati dari siapapun yang ada di sisinya saat ini.

Tak jauh dari Jelita, Dewi juga larut dalam kesedihan. Sebagai anak yang terlahir dari pasangan yang berselingkuh, Dewi sebenarnya tidak menginginkan hal ini. Tapi, bukankah Tuhan punya cara dan alasan tentang masing-masing garis kehidupan yang di bekal kan bahkan sebelum manusia terlahir?

Dewi bingung saat ini.

Sebenarnya, Dewi sangat ingin memulai hubungan baik dengan Jelita, sebagai saudara. Tapi sepertinya, Jelita membangun pagar pembatas dan tembok yang cukup tangguh. Tentunya sulit bagi Dewi untuk meruntuhkan pertahanan Jelita.

Dewi sadar akan posisinya. Ingin sekali Dewi mendekat pada Jelita, memeluk, menenangkan, menghibur, dan jadi pendengar yang setia untuk Jelita. Namun, sikap dingin Jelita membuat Dewi kesulitan untuk meraih Dewi.

"Jelita... Maafkan mama suk......."

"Kau bukan mamaku. Kau tak lebih dari sekedar duri dan benalu dalam keluarga ku. Siapa? Siapa yang memberimu izin memasuki rumah ini? Ini rumah papa dan mamaku".

Yusman mengepalkan kedua tangan di kedua sisinya. Ingin rasanya Yusman marah pada sang putri, Namun apa daya, Berbicara yusman tidak mampu karena nyatanya, tenaganya seperti habis tak bersisa setelah membaca surat milik mendiang Ambar, istrinya.

"Papa mu yang memaksa untuk aku ikut, Lita".

"Bagus. Kalian sama. Jangan harap kau bisa menempati kamar ini, karena kamar ini hanya milikku. Sekarang, keluar! Aku muak meski hanya melihat wajah kalian".

Wajah Jelita tiba-tiba memerah. Emosinya kian naik. Kedua paruh baya itu pun pergi tanpa kata setelah surat Ambar di tarik paksa oleh jelita dari tangan Yusman.

Pikiran Jelita kacau. Sangat kacau.

Dengan pikiran yang berkecamuk, Jelita meninggalkan rumah dan mengendarai motornya menuju suatu tempat. Membelah jalanan ibu kota dengan harapan bisa menenangkan pikiran.

Meski Yusman memiliki bisnis di bidang properti, namun Jelita lebih suka mengendarai motor daripada mobil.

Hingga Perjalanan Lita yang tanpa arah tujuan itu, tiba di sebuah tempat nongkrong dekat dengan rumah teman sebangku Lita di sekolah, Hana nanya.

Lita segera turun, menghubungi Hana untuk menemaninya dan berjalan menuju meja kecil di sudut ruangan.

"Hei Han, kau dimana? Aku di dekat rumahmu tempat biasa kita nongkrong"

"Oh, baiklah. Tunggu sebentar. ini tidak akan lama".

"Hmm".

Dengan langkah gontai karna beban hidup yang begitu besar, seperti memutuskan ribuan syaraf dan mematahkan banyak tulang. Jelita menduduki lantai dengan meja kecil karena sengaja dan memilih tempat lesehan.

Tempat ini begitu nyaman meski terkesan sederhana.

"Hei, sudah lama? Maaf karna aku harus mengantar ibu ku pergi ke suatu tempat". Suara Hana mengejutkan Jelita yang saat itu hanyut dalam pikirannya. Kenangan dan kejadian buruk beberapa pekan ini, membuat Jelita terkadang kurang memperhatikan lingkungan sekitar.

"Oh tidak apa", Jawab Jelita singkat. Senyum manis tidak luntur dari bibir indah Jelita. Seperti Dewi yang menjelma sebagai gadis yang begitu cantik jelita. Jelita lah orangnya.

"Aku turut berduka atas pulangnya mendiang ibu mu, Lita. Aku kemarin datang di pamakamannya, tapi kau tidak ada. Kau kemana?".

Jelita terlihat berpikir. Tidak mungkin bukan, jika Jelita mengatakan bahwa makam itu bukan makam mamanya?

"Oh, Aku sangat terpukul karna itu aku memilih mendiamkan diri di kamar. Ku rasa aku lebih tenang di dalam kamar dengan mengirim doa untuk mendiang ibu. Maaf karna merepotkan mu dan tidak menemuimu".

"Oh, baiklah, lupakan. Ngomong-ngomong kau akan masuk universitas mana setelah ini?", Hana sengaja mengalihkan topik agar Jelita tidak berlarut dalam kesedihannya.

"Entahlah, Aku ikut saja".

"Oh tunggu tunggu. Itu bukankah kakak angkatan kita? Chandra?" Hana memaku tatapannya pada pria yang duduk seorang diri di dekat mereka.

"Oh benarkah?", Jelita yang memang menyimpan rasa suka pada Chandra pun kini ikut memaku tatapannya pada Chandra. Chandra Adi Prama.

Chandra Adi Prama. Adalah seorang pria 19 tahun, putra seorang pengusaha yang bergerak di bidang perhotelan dan pariwisata. Karna keuletan ayahnya, tuan Prama, membuat usaha keluarga Adi Prama banyak mendapat apresiasi dari pemerintahan setempat.

Chandra, Pria berkulit kuning Langsat dengan garis wajah yang begitu tegas, dengan sorot mata tajam dan mampu menatik perhatian lawan jenis hanya dengan sekali lirik. Tubuh yang tinggi dengan bentuk yang begitu athletis, Membuat Prama jauh dipandang lebih dewasa dari usianya.

Menempuh pendidikan semester dua di salah satu universitas ternama di ibu kota, Memiliki kepribadian ramah dan pembawaan kalem, membuat Sang putri, Jelita jatuh hati semenjak Rama masih bersekolah di sekolah yang sama dengan Jelita.

Satu tahun sudah Jelita terpesona dan terpikat akan pria yang begitu lembut ini.

"Ya tuhan, Apa aku mimpi?" Jelita mengucek matanya beberapa kali. Memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.

Kebahagiaan seketika menghinggapi Jelita dengan begitu ringan. Seperti burung yang hinggap pada dahan pohon, membawa kabar gembira dan menghembuskan angin segar pada kegersangan hati Jelita.

Bahkan, sejenak Jelita lupa pada kehidupan di rumahnya. Jelita seperti tersihir akan kehadiran Chandra di depan mata.

Luka yang baru saja Jelita rasakan, seperti menguap entah kemana, terbang terbawa angin yang tiba-tiba datang menyejukkan sanubari.

Hana menjawab.

"Tidak. Ini bukan mimpi. Ini kesempatanmu untuk mendapatkan nomor ponselnya, dan mendekatinya. Ayo cepat kau ha.......",

"Boleh aku duduk? Kebetulan aku sedang sendiri".

Sebuah suara menghentikan kalimat Hana. Hana terkesiap, Begitu juga dengan Jelita.

Hari ini, hari yang cukup baik karna Jelita bertemu dengan sang pujaan hati. Jelita harus berterima kasih untuk langkah kakinya yang membawa Jelita kemari.

"Bo...boleh" Jelita gugup.

"Kalian bukankah adik angkatanku waktu di SMA dulu?", Chandra bertanya dan menatap Hana dan Jelita bergantian.

"Oh iya benar". Hana mengangguk dengan mata yang berbinar. "Aku Hana." Hana mengulurkan tangan kanannya.

"Aku Chandra", Chandra pun membalas jabat tangan yang di mulai Hana. Kemudian chandra mengalihkan tangannya pada Jelita. "Kalau gadis yang cantik ini, siapa namanya?",

"Jelita". Jelita tersipu. Jelita mendadak gugup. Sungguh, ini seperti mimpi. Mimpi yang selalu menghantui Jelita dalam satu tahun terakhir.

Percakapan ringan mereka berakhir dengan saling bertukar nomor ponsel. Setelah di rasa hari sudah siang, Tiga insan tersebut berniat kembali.

"Kuharap bisa berjumpa lagi dengan mu, Gadis cantik", Chandra beranjak pergi menuju motor besarnya. Sungguh, senyum yang selalu memenuhi isi kepala Jelita, kini terasa mampu untuk Jelita raih.

Siapa yang tau takdir kedepannya?

Jelita berharap, Takdir kali ini berpihak padanya.

Hidup bersama Chandra, adalah impian Jelita. Hingga membuat Jelita lupa akan Radhi, Pria yang akan selalu setia di sampingnya.

Dalam hati, Jelita berharap, Kedatangan Chandra kali ini adalah sebagai Jodohnya.

"Jika engkau datang sebagai jodohku oh pria idaman....

Kuharap takdir berpihak pada ku kali ini."

Batin Jelita sambil memejamkan mata sejenak.

🍁🌺🍁

Terpopuler

Comments

Meliala Kolompoy

Meliala Kolompoy

apakah ad karma bwat pa2 jelita dn istri selingkuhannyaaa...?

2021-07-01

1

Botte Chizzy

Botte Chizzy

males baca novel seperti ini...
mengabaikan laki2 yg bener2 mencintainya, malah memilih pria lain...padahal alm ibunya udah berpesan pada si redhi untuk menjaganya, jadi muak sama si lita😜😜😜😜

2021-03-05

2

Anis

Anis

jgn seperti bpkmu lita yg di butakan akan cinta.. yg mendampingipun tak tampak olehnya

2021-02-26

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!