Desah angin di iringi rintik pelan air hujan membasahi bumi. Taburan bunga disertai semerbak harum di atas gundukan tanah dengan batu nisan bertinta emas kecoklatan, mengukirkan sebuah nama seorang yang akhirnya menyerah karna lelah berjuang.
Jangan tanyakan sebesar apa duka yang di derita sang putri. Disaat posisinya tergeser sebagai putri tunggal Yusman Nugroho karna kehadiran putri lain hasil dari hubungan terlarang papanya, di saat yang sama, sang mama jua telah berpulang.
Ibarat kata, sudah jatuh masih tertimpa tangga. Itulah perkiraan yang tepat dengan apa yang di alami Jelita saat ini.
Ribuan tetes air mata dan jutaan sayatan di hati, menjadi saksi hingga membentuk bulatan tekad untuk mengusir Sukma dan Dewi dari rumahnya. Rumah yang sudah delapan belas tahun Jelita tempati. Kenangan masa Jelita, enggan untuk Jelita tinggalkan.
"Non Jelita...? Mari pulang. Non Jelita harus kuat. Tetaplah berada di rumah non Jelita. Jangan beri mereka kesempatan untuk memiliki dan menikmati yang seharusnya milik non Jelita."
"Mas Radhi".
Air mata itu kembali tumpah. Ini lah saat-saat terberat yang di alami Jelita.
"Apa Lita mampu menjalani ini? Papa menolak menjenguk mama meski tau mama akan pergi. Apakah papa akan menerima Jelita?"
"Saya akan buat tuan besar menerima nona. Sekarang buang dulu ego dan harga diri nona. Ini Demi masa depan dan hak nona sebagai putri tertua tuan".
Air muka Jelita kembali menggelap. Hanya dia yang tau sebesar apa Bulatan dendam yang menguasai Hatinya.
*****
Tentang perasaan seorang Sukma......
Di tempat yang sama, Seorang Yusman tengah menunduk sedih. Kilat sesal di matanya Begitu jelas terlihat.
Di sisinya, Sukma dan Dewi, juga menunduk larut dalam goresan luka.
Mereka bertiga larut dalam kesedihan di sebelah gundukan tanah yang katanya.... Pusara Mendiang Ambar Sayu.
Masih teringat jelas dalam ingatan Sukma, saat Ambar mengandung sembilan bulan, Yusman dengan tega menyentak tangan Ambar dan meninggalkannya demi sebuah ambisi agar bisa menikahinya. Bukankah itu keterlaluan?
Sebenarnya, Sukma bukanlah wanita selingkuhan yang jahat pada umumnya. Keadaan dan cinta yang begitu kuat pada seorang Yusman, membuat Sukma buta mata hatinya.
Sukma adalah sosok yang lemah lembut dan penyayang. Hatinya tidak sejahat wanita simpanan lain di luaran sana. Itulah yang membuat Yusman begitu terpesona dengan Sukma yang berdarah Jawa.
Hanya saja, karna mereka saling mencintai, jadilah ketamakan dan ambisi menguasai mereka. Cinta. Ya, mereka mengatas namakan cinta agar bisa saling bersama.
Bahkan di saat istri Yusman tengah mengandung, Sukma dengan tega menerima pinangan Yusman.
Di sanalah, prahara dimulai.
Tiga orang manusia hanyut dalam kesedihan atas kepergian Ambar. Penyesalan jelas terlihat di wajah Sukma dan Yusman yang sudah tidak lagi muda. Mereka tidak tau saja, bahwa sesungguhnya, yang di makamkan di sana adalah jasad orang lain tanpa identitas karna kecelakaan.
Lantas....
Dimana jasad Ambar?
Dan dimana pula Jelita yang tak menampakkan diri di pemakan itu?
Jelita memilih merahasiakan makam ibunya.
Mengapa?
Tentu karena Jelita enggan jika makam ibunya tersentuh oleh tangan-tangan pendosa seperti Yusman, Sukma dan..... anak haram itu tentunya.
"Mas, mari pulang".
Sukma bersuara. Sukma melihat Yusman sedikit pucat. Ia mengerti pastilah suaminya ini terpukul dengan kepergian Ambar yang tiba-tiba tanpa permintaan maaf mereka pada Yusman.
Tanpa menjawab, Yusman bangkit dan meninggalkan pemakaman. Di susul anak dan istrinya yang beriringan di belakang Yusman.
Para kerabat dan relasi bisnis yang tadi datang menghadiri proses pemakaman, telah kembali setengah jam yang lalu.
Setibanya di rumah, Yusman memilih menyendiri di ruang kerjanya. Tempat ternyaman saat ia selesai beradu mulut dengan Ambar.
Mengingat Ambar, Sebenarnya Yusman tidur di kamar terpisah dengan Ambar. Entahlah, apa yang membuat Ambar begitu sabar meski Yusman berkali-kali menikam hati Ambar.
*****
Surat terakhir dari bidadari bumi.....
Waktu terus bergulir, Hari telah berganti.
Jelita.... Meski enggan pulang, tapi tetap saja pulang ke rumah Yusman demi bisa mendapatkan hak atas apa yang dimiliki ibunya di rumah itu.
Bukan karna Jelita haus akan harta, bukan karna Jelita gila akan warisan, Tapi Karna Jelita tidak ingin membiarkan DIA si 'wanita hina' perebut papanya itu bisa hidup tenang.
Jelita datang seperti biasa, tidak seperti telah terjadi apa-apa. Belum Jelita sempat menaiki anak tangga, Sukma datang dengan Dewi menyambutnya dengan senyum hangat dan bahasa yang lembut.
Namun, entah mengapa, Jelita muak dengan sikap mereka yang menurut Jelita..... itu hanya kepura-puraan. Sesungguhnya, Sukma adalah wanita yang baik. Hanya saja, karna Sukma telah merebut Yusman, kebencian dan tekad dendam terbentuk secara kuat di hati Jelita.
"Lita, Sudah pulang nak? Ayo sarapan dulu".
Tanpa menjawab, Lita berlalu dari sana. Menapaki tiap anak tangga dengan kaki yang terasa berat dan wajah yang datar.
Entah darimana asalnya, Yusman tiba-tiba datang. Memanggil Jelita dengan suara lembutnya.
"Lita, sudah pulang nak? Ayo sini sama papa".
"Aku bukan bayi. Mulai detik ini, Kamar utama... Aku yang menempati".
"Tapi papa..."
"Bukankah selama ini papa terbiasa tidur di ruang kerja dan ruang tamu sebelum mama meninggal?". Tatapan tajam Jelita menghunus setiap jengkal kata yang di lontarkan Yusman.
Selanjutnya, Jelita pergi tanpa menoleh lagi pada tiga orang yang terbengong itu.
"Tidak apa-apa, mas. Aku bisa tinggal di kamar lainnya. Lagi pula semua kamar di rumah ini ukurannya cukup besar, kan?".
Yusman menatap istrinya sejenak. Sinar cinta begitu terang dari mata Sukma. Ini lah yang membuat Yusman semakin jatuh hati pada wanita si pemilik mata indah ini.
Yusman beranjak untuk menghampiri sang putri. Yusman sadar, ia telah buruk dalam memperlakukan istrinya. Tidak seharusnya sekarang ia memperlakukan Jelita sebegitu rupa.
Setiba Yusman di kamar utama, pintunya tidak sepenuhnya tertutup. Namun, Yusman tetap saja harus menghormati sang putri.
Dengan hati yang bergetar, Yusman mengetuk pintu sebelum akhirnya masuk dan mendapati sang putri sudah bersimpuh di lantai dengan secarik kertas yang di genggamnya. Matanya berair mata dengan alirannya yang begitu beras. Di sebelahnya, Sukma tak kalah terkejut dengan keadaan Jelita yang begitu lemas.
Di raihnya kertas itu. Dengan Kekuatan yang lebih banyak, Sukma dan Yusman membaca kertas itu. Kertas yang ternyata isinya adalah surat. Surat bertinta sewarna tembaga berkilau.
Aku... Ambar Sayu.
Si wanita pengemis perhatian dari suamiku sendiri.
Pemilik luka parah dan penyakit kronis yang akut sebab tikaman tak kasat mata yang merangkul lalu menusuk ke dalam inti hati hingga menembus sanubari.
Dengan sengaja menulikan telinga, memejamkan mata sebab hati yang terluka dan penuh lebam.
Mengapa?
Mengapa oh suamiku.?
Mengapa aku yang berdarah sedang dia kau rawat dengan cinta.....??
Baiklah.....
Ya sudah.....
Bertahun-tahun lamanya, Aku dan engkau suamiku..... kini telah usang, atau bahkan.....hancur tiada sisa.
Kau baik selama tahun-tahun itu di depan putri kita, Meski tidak demikian padaku.
Namun entah mengapa selama ini....
Dimata ini penghianatan selalu nampak menjijikkan, kebohongan selalu nampak memuakkan...
Sengaja, surat ini kutulis sebelum Tuhan menjemputku untuk kembali pulang.
Sebagai aku......
Karna ketika sebuah kata "KITA" terlalu dekat untuk kita yang terlanjur asing...
Ambar Sayu.
🍁🌺🍁
Neng Tia mohon dukungannya kakak readers tersayang.... mohon supportnya...
mohon kritik dan saran yang membangun.
Jika tidak suka, silahkan tinggalkan. Tapi jangan berkomentar buruk yang membuat neng Tia jadi down ya...
kalau nasehat yang membangun......Neng Tia terima dengan tangan dan hati yang terbuka...
~Salam damai dari neng tia~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
good story ..
2022-10-18
1
nesya
sedih banget...
2022-04-26
1
Henny Piri Tjiang
👍👍👍👍👍👍
2021-12-02
0