Eps 3

"Hana tadi bertemu dengan siapa?"

Deg

Suster merasa gugup mendengar pertanyaan tuannya karena dia sendiri sudah mendapat pesan agar merahasiakan pertemuan Hana hari ini. Dengan ragu-ragu akhirnya menjawab

"Nyonya muda tadi bertemu dengan.. Dengan.. Dengan..."

"Dengan fotografer sebuah majalah sayang, bukankah aku sudah mengatakannya padamu?" potong Hana.

Hana yang baru saja menuruni anak tangga tak sengaja mendengar obrolan suaminya dengan suster langsung mempercepat langkahnya menuju dapur

"Sayang kau sudah bangun?" tanya Freddi mengalihkan pembicaraan

"Apa kau sudah tidak percaya denganku lagi?" ucap Hana sedih

"Aku mengajak Qyara juga karena memang ada project untuk ibu dan anak" imbuhnya

"Aku percaya sayang , aku hanya memastikan saja"

"Ya baiklah"

Mereka pun akhirnya mengakhiri perdebatan dan memilih untuk makan. Hana memiliki kebiasaan terakhir waktu makan sebelum jam 5 sore. Hal itu dia lakukan untuk menjaga tubuhnya mengingat profesinya sebagai model. Freddi pun terbiasa dengan jam makan Hana karena memang dia sendiri merasa itu juga baik untuknya.

Setelah selesai makan keluarga kecil itu berpindah ke ruang keluarga untuk bermain bersama sang buah hati. Freddi sangat senang bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya. Dia sejenak bisa melupakan kesibukannya sebagai CEO di perusahaan.

"Sayang lebih baik kau ajak Qyara ke kamar, aku akan ke ruang kerja memeriksa pekerjaanku"

"Bukankah ini hari minggu? Kau masih saja bekerja. Kemarin kau bahkan tetap bekerja meskipun dari rumah" protes Hana

"Sayang maafkan aku. Akhir-akhir ini kantor sangat sibuk. Aku bekerja juga untukmu dan Qyara"

"Baiklah cepatlah kembali ke kamar"

"Iya sayang aku akan segera kembali" ucap Freddi sambil mengecup kening istri dan juga anaknya

***

Di ball room hotel

Acara sudah selesai 1 jam yang lalu tapi keluarga Cecil masih berada ditempat. Papa Cecil mengatakan akan berbincang-bincang sebentar sebelum pulang. Cecil yang merasa bosan mendengarkan obrolan para orang dewasa meminta izin untuk menyusul Devan di balkon

"Pa.. Ma.. Cecil mau menyusul Devan di balkon ya" izin Cecil

"Mau mama antar nak?" tawar Sarah

"Tidak usah ma.. Cecil sendiri saja, nanti jika sudah waktunya pulang mama hubungi Cecil atau Devan" tolak Cecil halus

"Baiklah"

"Lagipula kenapa kau daritadi disini? Bukankah kau dengan adik tirimu itu sudah lengket seperti sepasang kekasih?" ketus Tante Santi (adik Tomi)

"Benarkah tante? Berarti kami sangat cocok dan harmonis sebagai saudara ya" ucap Cecil seraya meninggalkan kerumunan para orang tua

Sebenarnya perlakuan tante Santi lah yang membuat Cecil jengah. Selalu ada saja ucapan omong kosong yang terlontar dari mulutnya. Mungkin untuk para orang tua itu hal biasa tapi untuk Cecil itu hal yang membosankan

Cecil melangkah menuju balkon tapi tidak ada siapapun disana. Ia menikmati angin semilir di balkon itu dan entah apa yang ada di pikirannya hingga membuat ia melamun

"Cecil" sapa seseorang sambil menepuk pundak Cecil

"Devan" Cecil spontan menoleh

"Sepenting itukah adik tirimu hingga kau tidak mengenali suaraku?" ujar Alex

"Maaf..aku tadi sebenarnya kesini untuk mencari Devan tapi dia tidak ada disini" jawab Cecil

"Kau kenapa masih ada disini?" imbuhnya

"Aku menunggu papa mamaku"

Hening sejenak

"Cecil"

"Ya?"

"Apa kau memiliki kekasih?"

"Tidak" Alex merasa lega dengan jawaban Cecil

"Apa kau tidak membutuhkan seseorang untuk menjagamu? Menemanimu?" imbuhnya

"Devan sudah lebih dari cukup untukku"

"Tapi saudara dengan kekasih itu beda Cecil"

"Maaf Alex sepertinya aku harus turun sekarang" Cecil enggan menanggapi ucapan Alex lagi

"Kau mau kemana Cecil? Maafkan aku jika perkataanku membuatmu tidak nyaman"

"Tidak masalah Alex" ucap Cecil sambil tersenyum

"Hm.. Baiklah Aku akan mencari Devan dibawah" imbubhnya tapi tetap pada posisinya

"Baiklah aku temani" ucap Alex lalu mecoba merangkul Cecil tapi langsung ditepis oleh seseorang dari belakang

"Tidak perlu repot-repot menemani kakakku, dia bukan siapa-siapamu" ujar Devan sambil memasangkan jas miliknya untuk Cecil membuat Alex panas melihatnya

Devan sangat tidak suka jika ada seseorang mencoba merayu atau bahkan mencoba menyentuh kakaknya. Meskipun dia bukan adik kandungnya tapi dia merasa telah diberi tanggung jawab oleh Papanya untuk menjaga kakak tirinya tersebut.

"Aku tadi kesini untuk mencarimu tapi kau tidak ada disini" keluh Cecil

"Maafkan aku kak, aku tadi sebenarnya tidak benar-benar ke balkon. Aku ke basement parkir mengambil ponselku yang tertinggal di mobil.Tapi saat aku kembali ke ruang pertemuan mereka bilang kau ke balkon"

"Baiklah ayo turun" ajak Cecil

"Terimakasih atas tawaranmu Alex" imbuhnya

"Bukan apa-apa Cecil turunlah"

Akhirnya Cecil dan Devan turun meninggalkan Alex sendiri di balkon.

"Pa.. Ma.. Apa masih lama?" tanya Devan

"Devan, Cecil kalian bisa pulang dulu, papa masih ingin disini sampai jam makan malam" ucap Tomi

"Oh romantisnya kakak adik ini, kalian benar-benar cocok sebagai sepasang kekasih" melihat Cecil mengenakan jas milik Devan seakan menjadi bahan untuk tante Santi bergosip

"Pa.. Ma.. Tante.. Dan om semua yang ada disini, Cecil dan Devan pamit pulang dulu ya, Cecil ingin istirahat dirumah" pamit Cecil kepada semua yang ada di ruangan pertemuan tanpa menghiraukan ucapan tante Sarah

"Baiklah kalian hati-hati dijalan" ucap Tomi

"Kami pamit pulang dulu Pa..ma.. Tante.. Om" Devan ikut pamit

"Kalian hati-hati di rumah berdua tanpa orang tua" ujar tante Santi

"Tante tidak usah khawatir kami berdua sudah biasa tidur bersama, bye tante sayang" ketus Cecil sambil melenggang pergi dan tak lupa Cecil menggandeng tangan Devan dengan mesra untuk mebuat tantenya semakin panas

Para orang tua hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Cecil yang centil dan mulai bisa melawan perkataan tante tukang gosip itu.

Tanpa sadar sampai di basement parkir Cecil masih tetap menggandeng tangan Devan

"Sampai kapan kau akan menggandeng tanganku seperti ini" ketus Devan

"Hei setidaknya bukakan pintu untukku dahulu"

Tanpa menjawab, Devan langsung membukakan pintu mobil untuk kakaknya

"Kau ini sungguh manja" ucap Devan seraya mengusap kepala kakaknya sebelum memasuki mobil

"Aku merasa kasihan pada diriku sendiri yang tidak pernah merasakan indahnya memiliki seorang kekasih" ucap Cecil sebelum pintu mobil berhasil ditutup oleh Devan.

Devan tersenyum mendengar ucapan kakaknya seakan-akan itulah keinginan terbesarnya saat ini.

Bahkan aku sendiri merasakan kau bukanlah kakakku melainkan kekasihku. Aku benci pikiranku. Batin Devan

Tanpa sadar ada sepasang mata yang memperhatikan keduanya.

"Kenapa dengan Devan saja bisa mesra seperti itu?"

.

.

.

Siapakah yang menguntit?

Lanjut next episode ya...

Jangan lupa like, comment, vote, dan favoritkan juga untuk update episode barunya

Happy Reading😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!