Budayakan untuk selalu tap like, dan berikan komentar mu ya guys. Jangan lupa vote dan berikan hadiah bunga untuk mendukung karyaku. Terima kasih, Happy Reading!
" Kamu bekerja di tempatku aja, Sin." saran Adit karena ingin mencegah Sintya, untuk bekerja di tempat sepupunya Mira.
" Atau, aku renovasi toko kue milik mamamu?"
" Lalu, membuatnya menjadi besar?" ucap Adit memberikan pilihan dan terus merayu Sintya agar mengurungkan niatnya bekerja di perusahaan itu.
" Dit, aku mau mencari pengalaman dulu. Bolehkan?" pinta Sintya dengan wajah yang memelas ke arah Adit.
Aditya Putra sangat protektif, terhadap Sintya .
Karena sudah 5 tahun lamanya, Aditya menjalin persahabatan. Dan dia sudah sangat memahami, karakter Sintya yang keras kepala.
Setelah Sintya menerima dia sebagai kekasihnya. Adit menjadi begitu posesif, dia tidak ingin ada hal-hal yang buruk terjadi menimpa Sintya.
" Baiklah, akan aku antar kamu ke tempat magang. " Kata Adit menyerah. " Kalau sudah selesai interview, aku mau mengajak kamu makan." lalu Adit sudah menyalakan mesin motornya.
" Oke, bos. " sahut Sintya sambil mengangkat dua jari ke arah dahinya.
Kemudian Adit melajukan motornya, menuju perusahaan tempat Sintya mendapat panggilan kerja.
Diperjalanan Adit selalu mewanti-wanti Sintya, agar dia bisa menjaga diri. Adit tidak ingin, Sintya terjebak pada rencana Mira.
Dia yakin sekali, jika Mira yang merencanakan soal panggilan kerja. Namun Adit tidak bisa menuduh, karena tak ada bukti jika Mira terlibat.
Sintya hanya mendengarkan celotehan Adit, dia tahu kalau Adit begitu sangat posesif.
Tetapi niat Sintya adalah ingin bekerja, membantu kedua orang tuanya. Dia ingin masuk kuliah dengan biaya sendiri, dan tak ingin merepotkan kedua orang tuanya.
Dan Adit pun mengalah, demi keyakinan Sintya yang ingin mencapai cita-citanya.
Akhirnya mereka pun sampai, tepat di depan kantor Riki.
" Bos, mau nunggu dimana? " tanya Sintya kepada Adit sambil membuka helmnya.
" Aku, menunggu di kafe sebelah gedung ini." jawab Adit sambil menunjuk kafe, yang bersebelahan dengan kantor yang memanggil Sintya untuk bekerja.
" Oh oke, selesai interview aku langsung kesitu. " kata Sintya seraya memberikan helmnya pada Adit.
Kemudian Sintya berjalan, masuk ke dalam gedung, dengan membawa surat panggilan kerja.
Sintya menekan tombol lift, menuju lantai 12. Karena di surat lamaran tertulis, lantai nomor 12.
Perasaan nya campur aduk, antara gugup dan bahagia. Sintya sangat takut, jika dirinya tak bisa menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh pihak perusahaan.
Pintu lift terbuka, terlihat suasana kantor sudah sangat sepi. Sepertinya para pegawai sudah berada di meja kerja masing-masing. Karena jam menunjukan pukul setengah sembilan pagi.
Sintya mulai melangkahkan kakinya, menuju ruang resepsionis.
" Permisi Mbak, kemarin aku mendapat surat panggilan kerja dari perusahaan ini." sapa Sintya seraya memberikan surat panggilan kerja.
" Oh, mari saya lihat." ucap resepsionis yang berada di depan kantor. Dia menerima amplop coklat, yang Sintya berikan lalu membukanya.
" Iya betul, ini dari perusahaan Riki Collect Corp. " kata resepsionis yang membaca blanko surat.
" Sebaiknya, Nona tunggu di ruang tamu. Silakan lurus saja dan belok kiri. Di situ ada tulisan waiting room, Nona masuk saja." ucap resepsionis dengan sopan.
" Baik, Mbak. " sahut Sintya yang langsung menuju ke arah waiting room.
Sintya pun berjalan, sesuai petunjuk yang diberikan oleh resepsionis. Kemudian Sintya memasuki ruangan waiting room.
Selang beberapa menit kemudian, terdengar ada yang datang dan membuka pintu dengan perlahan.
" Anda, Sintya? " sapa laki-laki dengan stelan jas berwarna hitam yang sudah masuk ke waiting room.
" Iya..." jawab Sintya yang langsung berdiri dari duduknya, dan langsung mengulas senyum manisnya.
Seketika Riki yang awalnya ingin membantu Mira balas dendam, ternyata terpesona oleh senyuman Sintya.
" Wow, penampilannya beda sekali, sekarang lebih cantik." celoteh Riki yang memuji penampilan Sintya dalam hatinya.
" Maaf Pak, apa betul-" ucap Sintya yang terpotong oleh perkataan oleh Riki.
" Betul, tapi jangan panggil aku dengan sebutan Pak. " ujar Riki yang mulai menggoda Sintya.
" Lalu, aku harus memanggil apa Pak, eh ops Mas atau Tuan?" ucap Sintya gugup.
" Panggil saja Kakak, toh wajahku juga gak tua-tua amat." ucap Riki sambil tersenyum licik.
" Oh seperti itu, oke Kak!" ujar Sintya yang mengiyakan.
" Lalu, aku bekerja di bagian apa, Kak? Di surat panggilan kerja, tidak ada tulisan posisi penempatan." tanya Sintya sambil menyodorkan surat yang di kirimkan oleh Riki.
" Kamu, jadi sekertaris pribadiku." sahut Riki tanpa ekspresi di wajah yang tampan.
" Sekertaris, tapi aku belum ada pengalaman Kak!" ujar Sintya tercengang.
" Kamu pernah magang disini tiga bulan, pasti kamu sudah tahu bagaimana proses kerjanya."
" Jadi sekarang, yang aku butuhkan adalah posisi sekertaris." papar Riki yang menjelaskan secara rinci.
" Kamu bisakan, Sin? " tanya Riki penuh penekanan.
" Aku usahakan, tapi soal gaji gimana, Kak?" tanya Sintya yang langsung menanyakan soal upahnya.
" Kamu akan saya gaji UMR, mengikuti anjuran pemerintah. " sahut Riki. " Diluar jam lembur akan ada bonus. " rayunya.
Tanpa pikir panjang, Sintya pun langsung menerima tawaran dari Riki.
" Baik Kak, aku terima. Dan kapan mulai kerjanya?" tanya Sintya seraya menjabat tangan Riki dan menyetujui persyaratan.
" Sekarang juga boleh! " balas Riki dengan senyuman liciknya.
" Sekarang? " kaget Sintya.
" Tapi Kak, aku belum mempersiapkan diri. Dan ada temanku yang sedang menunggu dibawah. "
" Bagaimana kalau besok pagi, Kak? " pinta Sintya yang memohon untuk bekerja besok pagi.
" Pasti Adit ya, yang menunggumu Sin? Besok, aku akan kerjain dia. " ujar Riki dalam hati dengan tersenyum licik.
" Besok, baiklah jam 8 harus sudah di kantor ya. Jangan sampai terlambat. " perintah Riki. Kemudian dia bergegas meninggalkan Sintya.
" Baik, Kak." sahut Sintya dengan ekspresi wajah yang bahagia.
Lalu Sintya pun pergi, meninggalkan ruangan tempat dia di interview. Dan besok sudah mulai bekerja.
Sintya langsung menuju kafe, yang berada persis di sebelah kantornya. Dia pun sudah masuk ke dalam area kafe.
Sintya mencari keberadaan Adit, yang sedang berada di dalam kafe. Kepala Sintya menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tidak nampak batang hidung Adit.
Tiba- tiba terdengar suara nyanyian, dari arah panggung.
-
-
Adit bikin surprise untuk Sintya. Kira-kira Sintya suka gak ya? Cek episode berikutnya 🙏
Dukung terus karya author dengan cara like, vote dan berikan komentar yang membuat author lebih bersemangat ya para reader 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Laili
🤗
2021-05-03
1
Laili
😁
2021-04-26
1
Laili
🤗
2021-04-21
1