Keikhlasan Hati

Hari penyelidikan ke 1

Renata mendatangi dokter forensik yang kemarin memintanya datang ke Layanan Forensik Nasional. Ia berjalan menyusuri lorong gedung. Hampir tidak ada ruang tertutup. Ruang kerja disana terlihat seperti ruang kaca yang bisa dilihat oleh siapapun ketika ada yang bekerja. Renata melewati ruang lab, karena ruangan itu kaca, Renata bisa mengamatinya dari luar ketika seorang petugas melakukan uji coba terhadap sebuah sampel.

"Cari siapa?" tanya seseorang mengenakan jas putih.

Renata menoleh dengan kaget.

"Maaf, saya kesini atas permintaan dokter ini." Renata menyodorkan sebuah kartu nama dengan logo LFN dipojok kiri atas. Orang itu melihat kartu nama yang Renata bawa.

"Dokter Azri? Dia sedang ada di ruangannya. Saya antar."

Renata mengikuti langkah orang yang memakai jas putih itu untuk menuju ruangan Dokter Azri. Entah bagaimana ia harus memanggil namanya. Tapi kantor LFN ini tampak sepi. Jauh dari kata ramai.

Orang berjas putih itu membuka ruangan Dokter Azri. Terlihat Dokter Azri sedang tidur dan wajahnya ditutupi oleh sebuah buku.

"Hari ini dia jadwal autopsinya sedikit. Karena ada satu jasad yang belum diautopsi dan dia belum mendapat persetujuan walinya." katanya.

"Mungkin karena ada jadwal senggang dia bisa tidur." tambahnya.

"Memang sehebat apa Dokter Azri untuk mengautopsi?" Renata menjadi sedikit penasaran.

"Dia disebut dokter gila. Autopsi yang dijalaninya selalu berlangsung lama. Dia juga sangat teliti dalam setiap autopsinya."

Renata mengangguk. Dan orang itu masuk ke ruangan Dokter Azri, membangunkannya.

"Dokter Azri, ada yang datang mau menemuimu." panggilnya dengan mengetuk mejanya.

Sesaat Dokter Azri terbangun.

"Oh ya siapa?" Dokter Azri sedikit kaget dan bangun dari tidurnya dengan terburu-buru. a

"Katanya kemarin kau menyuruhnya datang?"

Dokter Azri meletakkan bukunya dan bangun dari duduknya.

"Oh kau yang kemarin itu. Masuklah dan duduk." Dokter Azri mempersilakan Renata masuk dan orang berjas putih tadi keluar dari ruangan Dokter Azri.

Renata duduk di ruang Dokter Azri. Ruangannya tampak terlihat banyak buku dan file kertas yang menumpuk dan dipenuhi dengan buku tentang kedokteran forensik.

"Siapa namamu?" tanya Dokter Azri mulai duduk di hadapan Renata.

"Renata, Dok."

"Jadi begini Renata. Saya tidak bisa langsung menyimpulkan penyebab kematian Ibumu hanya melihat dari jasadnya saja. Dengan kata lain saya harus membedahnya." Dokter Azri mengatakannya dengan blak-blakan membuat Renata sedikit protes dengan perkataannya.

"Kenapa Dokter bicara begitu? Saya kan bilang jangan diapa-apakan Ibu saya!" Renata protes pada Dokter Azri ini.

"Saya memang belum ngapain-ngapain. Tapi dari jasad Ibumu, terdapat lilitan di lehernya di depan dan belakang leher.yang artinya jauh dari kata bunuh diri jika Ibumu bunuh diri dengan kain yang terikat. Dan juga sayatan di tangan kiri Ibumu terdapat dua sayatan di dekat urat nadinya. Tapi saya belum bisa memeriksa lebih lanjut seberapa dalam sayatan itu. Apakah hanya menutupi motif pembunuhan atau Ibumu benar-benar putus asa melakukannya."

Renata terdiam mendengar penjelasan Dokter Azri. Ia bergidik ngeri dengan apa yang ia dengar sejauh ini. Tetapi Renata mencoba mengendalikan emosinya.

"Lalu, apa yang Dokter lakukan jika Dokter mengautopsinya?"

"Saya bisa menemukam hal lain dari dalam tubuh Ibumu." kata Dokter Azri.

"Maksud Dokter?"

"Jasad yang sudah mati memang tidak bisa bicara. Tapi, apa yang ada dalam tubuh Ibumu ketika kubedah nanti, mungkin kenyataannya bisa berbicara lain." jawab Dokter Azri sangat santai bicara dengan Renata. Sepertinya Dokter Azri sering menghadapi kasus seperti ini.

Renata memainkan jemarinya. Ia bingung harus menjawab apa.

"Apakah Ayahmu tidak ada? Apakah aku harus bicara dengan Ayahmu?" tanya Dokter Azri. Tapi Renata langsung bereaksi.

"Jangan libatkan Ayahku. Tolong, lakukan saja apa yang terbaik untuk Ibuku."

Dokter Azri sedikit terkejut dengan jawaban Renata tapi ia harus menghargai keputusan Renata tanpa banyak bertanya.

"Baiklah, saya akan melakukan autopsinya." jawab Dokter Azri.

Renata terlihat gelisah. Tapi ia pun juga penasaran dengan perkataan Dokter Azri. Mengapa ada lilitan di sekitar lehernya jika Ibunya bunuh diri dengan kain yang terikat? Hal ini sangat mengganggu Renata.

***

Mahendra baru saja sampai di lokasi TKP. Rumah yang digaris polisi itu tampak sepi dan sunyi. Ketika ia memeriksa ulang TKP, ia selalu berkata dalam hati bahwa tidak boleh merusak TKP. Mahendra menyusuri ruang tamu. Ia memeriksa mulai dari meja di ruang tamu dan membuka lacinya. Ia juga mencari-cari sesuatu di belakang sofa. Ia tidak menemukan apapun.

Lalu ia menyusuri ruang kamar yang terletak di ujung lorong. Ada dua kamar. Kamar pertama yang Mahendra masuki adalah kamar yang rapi dengan beberapa piala dan piagam yang ada di meja belajar dan dinding. Ia meyakini kamar itu adalah kamar anaknya. Renata. Foto Renata yang terbingkai rapi diatas meja memancarkan aura bahagia bersama Ibunya.

Mahendra kemudian memasuki kamar kedua. Kamar itu tertata sangat sederhana dengan tidak terlalu banyak barang. Meja riasnya tidak penuh dengan berbagai perawatan wajah. Dan lagi-lagi Mahendra menemukan foto berbingkai Kinanti bersama anaknya, Renata. Hanya berdua.

Jika Mahendra perhatikan, dirumah ini hanya terlihat foto Kinanti dan Renata. Tidak ada satupun foto suaminya. Tapi Mahendra menemukan satu foto keluarga dimana ada Kinanti, Renata dan seorang pria setengah baya di ruang tengah. Foto itu terletak di dinding dan dicetak dengan ukuran yang agak besar.

Mahendra kembali menyusuri dapur dan kamar mandi di rumah itu. Ia juga memeriksa pisau dapur yang sekiranya digunakan Kinanti untuk menyayat pergelangan tangannya. Tapi ia yakin, pisaunya sudah disita oleh LFN.

Ketika ia membuka laci bufet yang ada di dapur, ia menemukan sebuah buku di lacinya. Mahendra memeriksa buku itu. Buku yang berisi anggaran rumah tangga serta ada rincian uang yang diterima olehnya setiap bulan. Apakah uang itu berasal dari suaminya?

Mahendra membawa buku itu untuk diperiksa lebih lanjut.

****

Renata melihat jasad Kinanti dibaringkan di ruang autopsi khusus. Lampu besar diatasnya dengan kedua orang asisten yang mendampinginya.

Renata sangat pilu melihat jasad Kinanti akan dibedah oleh dokter forensik. Itu berarti ia harus rela jika organ-organ Kinanti dikeluarkan dari tubuhnya.

"Hari ini, hari Selasa tanggal 12 Maret pukul 10.46, autopsi jasad Kinanti Waluyo, akan dimulai."

Renata cemas melihat semua yang terjadi walaupun Dokter Azri belum membedah tubuh Kinanti. Renata sudah merasa sangat gemetar. Ia hanya seorang diri. Tidak ada satu orangpun yang bisa menguatkannya saat ini. Renata benar-benar menyaksikan pembedahan tubuh Ibunya dengan mata kepala sendiri.

***

PLAKK!!

Seorang pria paruh baya sekitar usia enam puluhan awal menampar wajah wanita yang berusia sekitar empat puluhan dengan sangat keras.

"Apa yang kau lakukan? Kau mengambil perhiasan Kinanti tanpa sepengetahuanku? Apa aku memberimu uang sangat kurang sampai kamu ngambil barang-barang Kinanti?"

Wanita itu memegangi pipinya yang merah. Ia menatap tajam lelaki itu.

"Aku ingin menjadi istrimu seutuhnya! Aku akan melakukan apapun untuk membuat Kinanti terpuruk!"

"Kau gila, Nina! Kau terobsesi apa sih sampai saat ini? Kinanti itu sudah mati! Apa yang mau kamu lakukan lagi?"

"Baguslah kalau dia mati. Tidak akan ada lagi saingan dalam hidupku. Dia memang saingan terbesar yang memang harus hancur!!" balas Nina dengan egoisnya.

"Aku menikahimu dan meninggalkan anak istriku. Itu masih belum membuatmu puas. Kamu benar-benar gila, Nina!!"

Lelaki itu meninggalkan Nina di ruang tamu dan memasuki kamarnya. Ia benar-benar kesal dengan tingkah laku Nina yang semakin sulit dimengerti.

"Candra! Candraaa!!"

Nina semakin emosi karena Candra, suaminya, dengan seenaknya memukulnya seperti itu. Disisi lain, Nina sangat sesak ketika harus bahagia ketika tahu Kinanti sudah meninggal. Entah bagaimana ia mengekspresikan perasaannya. Ia hanya bisa memandangi perhiasan Kinanti yang kini berada di tangannya.

Terpopuler

Comments

evita vita

evita vita

2 org inikh tersangkanya

2023-02-28

0

suharwati jeni

suharwati jeni

siapa pembnunuh kinanti ? suaminya atau nina?

2022-01-09

0

Isnaaja

Isnaaja

pembunuhnya suaminya sendiri??

2021-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!