...☘Cinta bukan lagi melukai,...
...tapi rasa memberi ketulusan☘...
Masih dalam kelanjutan masalah Vava dan Lingga. Simak baik-baik, agar tidak salah menerka.
München 9 pagi, terbaring lemas dan berselimut tebal. Sosok tampan dan hanya memandangi gadis bermata sipit itu. Lingga hanya diam, tangan kanannya, meraih tangan kanan Vava.
"Vava, kamu harus kuat." Ucap Lingga, dengan suara pelan.
Seorang dokter wanita sudah memeriksa Vava, dan tidak ada yang mengkhawatirkan. Vava terlalu banyak hal yang dipikirkan, dia kurang istirahat, dan tekanan darahnya cukup rendah.
Di ruang tamu tampak terlihat Vanesa dan Evan, berkenalan dengan Langit Mahatma. Setelah saling mengenal, Langit cukup diam, dia tidak banyak berkata, tidak seperti saat berkenalan dengan Vava.
Jakarta, jam 15.00 WIB
Di saat yang ada di ujung jauh dari Jakarta, dan masih terbaring lemah. Britney sudah mendapat kabar tentang Vava dari Evan. Saat ini Evan telah menelfon Britney. Nanti malam Evan berangkat ke Jakarta, bersama Nicholas. Britney cukup terkejut, mendengar tentang Lingga dan kondisi Adiknya.
Evan sangat lama saat menelfon Britney. Evan juga mengatakan, kalau pernikahan Vava akan segera dilaksanakan.
"Vava sayang, kakak akan selalu mendo'akan agar semua baik-baik saja." Ucap Britney yang masih duduk di kursinya, dan kedua tangannya masih memegang ponsel itu, menatap lekat foto Adiknya. Evan tadi juga mengirim foto Vava, karena Britney yang memintanya.
Tidak lama setelah Britney mendapat kabar, dari Evan tentang Vava. Pras datang ke RM, dan dia langsung ke ruangan istrinya.
"Mas kamu sudah datang." Ujar Britney, dan mulai berdiri dari kursinya.
Pras berjalan mendekati istrinya dan berkata "Iya, aku selesai bertemu klien langsung kesini."
Britney yang mendekat, dan memeluk suaminya dengan erat, lalu berkata "Mas, aku lagi sedih. Vava sakit lagi. Tadi dia pingsan."
"O iya, kamu belum cerita sama aku soal Vava. Kemarin Nicholas aku telfon. Dia bilang, kalau Vava sudah hamil." Ucap Pras, yang memeluk istrinya tercinta.
"Iya Mas, maafin aku belum sempat cerita sama kamu. Sekarang pemuda itu, sudah datang ke Jerman. Dia bukan Jonathan Mas, makanya Nicholas ingin menikahi Vava. Jonathan waktu itu tidak tahu apapaun tentang Vava. Aku sedih Mas, aku menyesal. Aku tidak memantau adikku, malah aku mendukung dia untuk pergi ke Paris. Aku juga bilang sama Om Angga, untuk membiarkan Vava ke Paris sendiri. Malah jadi begini, aku nyesel banget Mas. Aku merasa berdosa, dengan hal ini Mas." Ucap Britney, dengan rasa sesak di dalam dadanya.
"Emss, sayang kamu tidak bersalah. Vava sudah dewasa. Semua akan baik-baik saja. Aku yakin Vava bisa menghadapinya. Makanya, aku juga nggak suka, kamu ikut mengatur Vava dan membela Vava berlebihan. Biarkan Om Angga dan Tante Vanesa, yang mengurus anaknya sendiri. Sekarang kita harus pulang, jemput Alishba. Nanti bisa terlambat lagi seperti waktu itu." Ucap Pras.
"Kamu benar Mas." Balas Britney.
Mereka dengan cepat bergegas untuk menjemput putri kecilnya. Sepanjang perjalanan, Pras mendengarkan cerita Britney tentang Vava dan pemuda yang menghamili Vava.
"Siapa tadi kamu bilang? Lingga Mahatma??" Tanya Pras.
"Iya Mas, Lingga Mahatma. Anak dari pengusaha ternama, pemilik Mahatma Corporation." Jawab Britney.
Mereka berdua dalam perjalanan, dan Pras menyetir dengan santai, jalanan cukup lenggang, tidak terlalu ramai.
Britney menoleh ke suaminya dan bertanya "Mas kenapa? Apa Mas kenal sama Lingga, atau pemilik Mahatma Corporation itu?"
Pras yang tampak menghela nafas berkata, "Aku kenal Lingga, dia yang membeli Golden Mansion yang ada di Jakarta Barat."
Britney tampak terkaget, lalu bertanya "Golden Mansion? Yang baru itu?? Bukannya itu baru selesai dua bulan yang lalu?"
"Aku bahkan ke rumahnya. Dia cukup baik, ya awalnya dia tidak banyak bicara. Tapi setelah kenal lumayan kocak juga." Ucap Pras.
"Jangan-jangan Mas yang waktu itu mencoba mobil ferrari itu, Punya dia?" Tanya Britney.
"Hemms, Iya. Itu mobilnya." Jawab Pras.
"Tapi Mas, cuma bilang klien. Tidak bilang Lingga."
"Memang klien, untuk apa aku bilang namanya." Ucap Pras dengan santai. Lalu berkata lagi, "Nanti aku telfon dia,... Hemms, Lingga."
"Buat apa Mas telfon Lingga? Dia bilang akan secepatnya menikahi Vava."
"Ya, mau bilang aja, selamat sudah mau jadi Papa."
"Mas kamu?!! Mas ini masalah besar. Masalah Adik aku. Kamu malah santai begitu. Kamu malah bercanda."
"Terus buat apa panik? Lingga mau bertanggung jawab, memang benar dia mau jadi Papa. Buat apa kamu terlalu gelisah. Wajar aja Vava sakit, karena memang ibu hamil kan begitu. Kamu saja yang terlalu lebay."
"Mas bilang aku lebay?!!" Dengan suara sensi.
Tangan kiri Pras mulai mengelus rambut istrinya, dan berkata "Pikirkan anak dan suamimu, jangan pikirkan Vava lagi, dia sudah mau jadi istri orang. Ingat! Kalau Vava sudah berumah tangga. Kamu jangan ikut campur masalahnya."
Britney sudah cemberut, perasaannya dongkol, tapi apa yang dikatakan sang suami memang benar.
Pras yang menyetir mobil merasa istrinya menjadi jutek atas perkataannya. Lalu dia berkata "Sayang, bukan maksud aku begitu. Aku tahu kamu sangat menyayangi Vava. Sudahlah, jangan telalu baper."
Pras menoleh ke Britney dan masih diam saja. Lalu dia menjelaskan lagi " Sayang, Vava bukan lagi anak kecil yang harus kamu suruh begini begitu. Sekarang kamu sudah tahu, kalau Vava akan menjadi Ibu, dia sudah dewasa dan akan menikah. Biarkan Vava dengan dirinya sendiri, biarkan dia bertanggung jawab atas masalahnya sendiri. Aku yakin, Lingga tidak akan menyakiti Vava. Aku cukup mengenalnya, dia bukan pria playboy. Bisa saja, sebuah kesalahan akan membuat keduanya jadi semakin bijaksana, dan mereka berdua pasti akan menjadi orang tua yang baik. Jadi kamu harus percaya. Berikan Vava dan Lingga kesempatan untuk mengurus masalah mereka sendiri. Jadi aku mohon sama kamu. Jangan mengatakan ini itu kepada Vava. Pasti dia bisa membuat keputusannya sendiri."
Britney masih diam dan hanya memandangi sisi kiri jalanan ibukota. Pras mulai berkata lagi " "Sayang, sudah dong...jangan marah. Aku begini, karena aku sayang sama kamu, aku juga peduli sama keluarga kamu."
Britney masih kesal, tapi dia bisa berfikir. Benar juga apa yang dikatakan suaminya. Saat ini, Vava dan Lingga sendiri yang harus mengurus masalah mereka berdua. Tidak ada salahnya memberikan kesempatan, untuk mereka bertanggung jawab atas kesalahannya.
...Di sebuah kediaman mewah....
"Ternyata Ayah sudah pulang." Ujar Limar, dengan gaya yang sangat keren, karena dia memang putri dalam keluarga Mahatma.
Limar Mahatma adalah Kakak Lingga dan dia sangat cantik. Dia juga wakil direktur dari Mahatma Corporation.
"Limar, apa kamu tidak punya sopan santun?" Ujar Ayahnya dengan tatapan dingin.
"Apa Limar Mahatma ini kurang sopan santun, kepada Ayahnya tercinta?" Tanya Limar dan perlahan memeluk sang Ayah.
"Hemms. Kamu ternyata sudah membantu Adikmu dengan lancar. Kalian semua bahkan menutupi masalah Lingga dengan kompak."
Limar dengan tersenyum manis, dan duduk di dekat Ayahnya, lalu bertanya "Apa maksud Ayah? Aku tidak mengerti.
"Adikkmu akan menikah, terus kamu? Eyang kamu, Bunda kamu juga, kalian semua menutupi dari Ayah."
"Bunda? Memang Bunda sudah tahu? Bukannya Ayah dan Bunda pergi ke Jogja, siapa yang sudah memberitahu Bunda??" Tanya Limar, dengan sorot mata yang terbelalak.
"Bunda Siska."
"Sejak kapan dia jadi Bunda?? Huftt! Tolong Ayah jelaskan! Bahkan aku tidak setuju. Cuma Bundaku saja yang terlalu baik. Aku disini, demi Bunda dan juga Eyang. Kalau tidak! Aku sudah pergi seperti Lingga." Ucap Limar dengan tegas.
Ayahnya tersenyum melihat anak perempuannya yang dia sayangi menggerutu, dan tampak kesal. Walaupun Ayahnya sudah menikah lagi. Tapi dia sangat menyayangi anak-anaknya.
Yuda Mahatma adalah Ayah Lingga Mahatma, dia sosok pria yang berkharisma dan dia sangat terkenal dalam dunia bisnis.
"Iya, Tante Siska. Barusan dia bilang sama Ayah, soal Lingga yang akan menikah."
"Jadi dia menguping pembicaraanku dengan Eyang dan Lingga?? Hems!! Orang asing tetap orang asing, dia tidak tahu malu."
"Limar...jaga bicara kamu!! Siska istri Ayah, jadi kamu harus sopan sama dia."
Sebuah ruang baca yang sangat mewah, dan Limar menjadi diam. Ayahnya mengerti perasaan Limar saat ini, dia mulai mendekatinya, dan memeluk putrinya dengan rasa sayang.
"Maafin Ayah, Ayah tidak bermaksud meneriaki kamu. Ayah sebagai orang tua, harusnya kalian bilang sama Ayah. Kenapa tidak bilang sama Ayah. Pernikahan itu sangat penting, apa kalian semua menganggap Ayah ini sudah tiada?"
Limar dengan berkaca-kaca dan berkata "Ayah dan Bunda kemarin masih di Jogja. Lingga sudah berbuat salah, dan dia harus bertanggung jawab. Limar sudah meyakinkan Eyang, agar memberi restu untuk Lingga. Ayah pasti tahu sendiri, Eyang masih percaya perhitungan jawa, jadi Limar hanya berusaha membantu Lingga. Lagian istri Ayah sudah lancang. Padahal aku datang kesini, untuk memberitahu Ayah, tapi ternyata Ayah sudah tahu dari istri Ayah."
Ayahnya bertanya "Lingga berbuat salah? Apa maksud kamu?"
Istri keduanya hanya memberitahu kalau Lingga akan segera menikah, tapi tidak tahu kalau Lingga sudah menghamili seorang gadis.
"Lingga menghamili anak orang. Mereka tinggal di Jerman. Saat ini, dia sudah mengandung anak Lingga. Jadi sebentar lagi, Ayah akan memiliki cucu dari putra kesayangan Ayah."
Pintu ruangan itu tampak terdorong, seorang wanita yang begitu anggun masuk ke dalam, melihat putrinya yang sudah menangis dan pelukan suaminya.
"Limar, ada apa?" Tanya Bunda, yang mendekati dan suaminya hanya menggeleng saja.
Yuda melepaskan pelukannya dan Limar berlari memeluk sang Bunda, isak tangisnya semakin menjadi. Bagaimanapun Limar anak pertama mereka, belum reda masalah Ayahnya yang mulai membawa istri mudanya ke rumah, tapi Limar yang belum menikah, harus didahului oleh Adiknya.
"Bunda, Limar nggak bisa tinggal di rumah ini. Ayah semakin menyakiti perasaan Limar." Ucap Limar dan memeluk erat sang Bunda. Tidak biasa Limar Mahatma menangis begitu tersedu-sedu, bahkan ini kali pertamanya Limar menangis.
Hesti Meheswari adalah Bunda Lingga Mahatma, dia begitu anggun dan sosok yang sabar. Hesti sangat tegar dan sangat menyayangi ke tiga anaknya.
"Sayang, apa yang kamu bicarakan? Bunda tidak mau kamu pergi. Lingga sudah pergi meninggalkan Bunda, apa kamu juga akan seperti dia dan menjauh dari keluarga."
"Tapi Limar_" Belum selesai Limar berkata, sang Bunda sudah menatapannya dengan tatapan teduh, dan berharap Limar tidak akan pergi meninggalkannya.
"Iya, iya, Ayah yang salah. Ayah akan mengantar Siska ke apartemennya. Dan tidak akan tinggal disini lagi." Ucap Yuda dan Limar mulai tersenyum.
Limar pandai berakting, dan masalah Lingga sudah membuat keuntungan baginya.
"Ayah, bukan maksud Limar begitu. Dia memang lancang, sudah tidak sopan. Harusnya Limar yang memberitahu Ayah lebih dulu."
"Limar, ada masalah apa? Apa maksud kamu?" Tanya Bunda.
"Bunda sebentar lagi akan punya cucu?" Jawab Limar, dan mulai mengusap air matanya.
Bunda yang terkejut menatap suaminya dan Yuda Mahatma hanya tersenyum, dari situ Bunda jadi bingung.
"Limar sayang, apa maksud kamu? Kamu hamil?" Tanya Bunda yang bingung dan mulai melihat ke perut Limar.
Limar dengan perhalan duduk dan bundanya masih bingung. Limar lalu berkata "Bukan Limar, tapi Vava, gadisnya Lingga. Dia sudah hamil dua bulan. Itu semua karena Ayah."
Yuda semakin menggeleng saat melihat putrinya, yang masih saja menyalahkan Ayahnya.
"Lingga? Kamu bilang Lingga?" Tanya Hesti, yang sangat tidak percaya.
Limar menatap sang Bunda berkata "Iya Bunda. Lingga, putra kesayangan Ayah dan Bunda. Kalau saja waktu itu Ayah tidak mengajak wanita itu ke rumah kita. Lingga tidak akan pergi, dan pastinya tidak akan terjadi hal seperti ini."
Hesti sangat tidak menyangka, bahwa putranya yang selalu diam, tidak memberontak dan marah kepada Ayahnya. Perlahan pergi dan terjadi hal seperti ini. Putra kesayangannya, yang selalu dia banggakan, sudah berbuat dosa dan Hesti baru tahu soal keadaan putranya tercinta.
"Limar, kamu serius sayang?" Tanya Hesti dengan berkaca-kaca, dan Yuda perlahan mendekati sang istri yang sudah gemetar, tangannya meremas sisi gaun yang dia kenakan.
Perasaan seorang ibu sangat terluka. Putra yang dibesarkan dengan kasih sayang, bisa berbuat keji dan Hesti merasa rapuh. Apa yang dibuat Lingga sang putra tercinta, sesungguhnya perbuatan keji.
"Kamu yang tenang, Lingga sudah dewasa. Biarkan saja sesuka hatinya." Ucap Yuda.
Dengan tatapan serius Hesti berkata "Mas, aku bisa sabar atas tindakan kamu. Tapi kali ini, kamu yang membuat putraku jadi pendosa. Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apa kamu akan bertindak sebagai Ayahnya?"
Hesti dengan rasa berkecambuk dan pergi dari ruangan itu. Lingga adalah putra yang baik bagi Hesti, perasaan Ibu kandung yang tidak pernah salah, lalu bagaimana bisa putranya khilaf dan berbuat dosa.
Sekarang putranya sudah menghamili gadis, bahkan mereka belum menikah. Hal yang sangat tidak bermartabat, dan sangat memalukan bagi keluarga besar Mahatma.
"Limar, Ayah tinggal pergi dulu. Kamu tunggu Ayah disini." Ucap Yuda dan pergi menyusul istrinya.
"Ayah hanya sibuk sendiri, jadi Ayah tidak tahu tentang putra kesayangannya." Gumam Limar, lalu melihat ponselnya, yang sudah bergetar karena sebuah pesan, dari pria yang sangat tampan.
Limar keluar dari ruangan itu, setelah membalas pesannya. Siska, sang ibu tiri telah menyapanya, tapi Limar tidak mempedulikannya.
"Ada apa dengan dia? Kenapa pergi begitu saja." Siska yang cantik hanya berlaku piguran di rumah itu, tapi tidak masalah bagi seorang Siska.
Kembali ke Pras dan Britney. Mereka sudah tiba di sekolah Alishba. Menyapa bu guru Alishba, saat menjemput putri kecilnya. Britney juga bertanya tentang kegiatan putrinya.
"Mama, Papa mana?" Tanya Alishba, yang baru keluar dari ruang berlajarnya.
Britney menggandeng tangan kiri Alihsba, dan berkata "Papa ada di mobil sayang, kamu kenapa nyariin Papa?"
"Papa sudah janji mau jemput Alishba." Ucapnya, dengan suara yang menggemaskan.
Sangat senang dan begitu ceria. Bahkan Alishba tampak bernyanyi, dan Britney sangat gemas mendengar suara Alishba, yang bernyanyi begitu ceria.
"PAPA!" Teriaknya, dengan nyaring saat melihat sang Papa yang bersandar di sisi mobil, dan Alishba segera berlari.
Pras dengan tersenyum manis, dan menghampiri putri kecilnya.
"Sayangnya Papa." Ucap Pras, lalu menggendong Alihsba, dan menciumi pipi gemas itu. Lalu Pras berkata "Ayo, kita beli es krim."
Britney kembali tersenyum manis, setelah selama perjalan cukup sengit dengan suaminya. Britney bersyukur. Suaminya yang begitu muda, tapi dia sangat bijaksana, dan menjadi Papa yang baik untuk putri kecilnya.
"Aku mencintaimu, Mas Pras. Maafkan aku."
Semoga kalian suka cerita dalam bab ini ya.
Mas Pras ✌😎.
*Buat yang mau lihat Mas Pras naik Ferrari Merah, bisa cek ke IG Othor : vie_gv05.
loppe loppe seabrek semuanya 🤗😗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
kalea rizuky
knp bokapnya lingga nikah lgi
2024-10-16
0
EsterEka.
alishba, anak'e papa pras sm mama britney bibir unggul je.
2021-05-02
0
ARSY ALFAZZA
spam like 👍❤️
2020-12-23
1