Panggil Aku Mas Lingga

...☘Beri kesempatan sekali saja,...

...untuk menghapus kenangan lama☘...

Masih berlanjut masalah Vava, tolong simak baik-baik saat membacanya, agar mudah memahaminya.

München pukul 6 dini hari. Duduk bersandar di sebuah kursi taman. Langit masih tampak biru gelap, karena mentari disana belum terbit, dan menyinari kota itu.

Gadis bermata sipit tampak memandangi gereja St. Ludwig München. Vava masih dalam dilema hatinya.

"Kamu masih disini." Ucap Lingga, dengan suara pelan dan cukup mengagetkan Vava yang dari tadi hanya diam.

Vava yang menoleh ke arah Lingga Mahatma, dan bertanya "Bagaimana kamu bisa tahu, kalau aku ada disini?"

"Aku sudah lama menyuruh orang, untuk selalu mengawasimu." Jawabnya, perlahan mulai duduk di sebalah Vava kanan Vava.

"Jadi kamu menyuruh orang. Pasti kamu sudah tahu semua tentang aku." Ujar Vava, dengan rasa tidak senang.

Lingga membawa mantel bulu tebal ditangan kirinya, mulai menyelimutkan pada sebagian badan Vava.

"Kamu sangat keras kepala." Ucap Lingga, yang tidak basa basi.

Vava yang menoleh dan merapikan mantel bulu itu, lalu berkata "Bahkan kamu sudah tahu, kalau aku keras kepala."

Mereka dalam diam, Lingga tidak banyak bicara. Sebenarnya Lingga bukan tipe pria yang mudah perhatian. Tapi saat ini, gadis yang ada di sebelah dia, sudah mengandung anaknya. Dan itu menang darah dagingnya. Jadi Lingga Mahatma harus memperhatikan anaknya, yang ada dalam kandungan Vava.

"Kamu kenapa kesini?" Tanya Vava, yang mulai bicara, cukup canggung dan tidak nyaman, dengan suasana hening.

"Aku baru bangun tidur, dan mendapat kabar. Kalau ada gadis yang duduk sendirian." Jawab Lingga.

"Semenjak kapan kamu mengawasi aku?" Tanya Vava.

"Mulai dari saat kita di Paris. Aku merasa tidak tenang." Ucap Lingga dengan suara yang pelan dan mulai menatap Vava.

"Jadi kamu tahu aku hamil, lalu kamu ke Jerman? Iya, begitu?? Terus kenapa baru datang?" Tanya Vava dengan tidak senang. Ingin sekali meneriaki pria itu, tapi dirinya juga sangat merasa bersalah.

Lingga dengan tatapan mata yang aneh, ada senyuman tipis di wajah tampannya, lalu berkata "Aku tahu ketika kamu pingsan, dan aku langsung kesini. Tapi aku menunggu waktu yang tepat, agar kamu pulih dan mampu menahan kondisi kamu. Aku tahu kamu punya pacar dan aku tahu ada sahabat kamu, yang sangat menyukai kamu. Tapi aku tidak peduli, saat ini hanya bayiku yang paling penting. Aku akan menikahi kamu secepatnya." Ucap Lingga dengan jelas.

"Menikah, sangat mudah kamu mengatakannya. Kalau aku tidak mau bagaimana?" Vava dengan tatapan yang sangat tajam, suara Vava yang terdengar jelas dan cukup percaya diri.

"Aku akan mengambil anakku, setelah kamu melahirkannya. Pastinya, aku yang akan memenangkannya." Balas Lingga, dengan angkuh dan menyombongkan dirinya.

Vava semakin jengkel, rasanya tidak ingin kalah. Tapi dirinya memang bersalah, baru saja dirinya menyeseli perbuatannya, dan mulai merima apa yang telah terjadi pada dirinya.

"Baik, kita akan menikah. Tapi dengan satu syarat." Ucap Vava, dengan suaranya yang begitu serius.

Lingga menghela nafasnya, dan mulai berdiri dari kursi taman itu, lalu dia bertanya "Syarat apa yang kamu minta dari aku?"

"Aku mau cinta. Hatiku tidak ada cinta. Hatiku terluka karena cinta. Bisakah kamu, memberikan hatiku ini sebuah cinta??"

Lingga menyeryitkan dahi, dan kedua tangannya masuk ke dalam saku mantel hitamnya.

"Cinta? Aku tidak bisa memberikan cinta. Aku sendiri juga tidak tahu, apa itu sebuah cinta. Yang aku tahu, cinta hanya akan menyakiti saja, kamu sudah terluka, bagaimana aku memberi luka lagi kepadamu." Ucap Lingga.

Vava sangat tidak percaya, omong kosong apa yang pria itu ucapkan kepada Vava. Cinta, mana mungkin dia tidak tahu apa itu cinta dan hanya akan menyakiti hatinya saja.

"Aku Lingga Mahatma, usiaku 27 tahun. Aku anak ke dua dari 3 bersaudara. Ayahku pengusaha yang cukup sukses, Bundaku hanya seorang ibu biasa, dan Ayahku punya dua istri. Semenjak Ayahku menikah lagi. Aku hanya tinggal sendiri. Bundaku dan kedua saudaraku, masih tinggal dengan Ayahku, dan istri kedua Ayahku. Jadi, apa aku harus tahu apa itu cinta. Itulah keluargaku, mereka semua juga tinggal di Jakarta. Kamu tahu, aku tidak akan mengenalkan diriku dihadapan orang lain. Kamu sudah mengandung anakku, jadi kamu harus tahu tentang aku." Jelas Lingga, yang tidak basa basi.

Vava cukup diam, dan hanya memandangi sosok Lingga Mahatma.

"Tapi aku mau cinta. Aku tidak mau, hatiku jadi mati rasa." Ucap Vava.

"Aku akan memberi kamu cinta. Tapi aku masih tidak tahu, bagaimana caranya aku memberikan kamu cinta." Ucap Lingga dengan kesungguhan.

Vava menunduk dan mengelus perutnya dengan pelan, perasaannya masih aneh. Lingga menoleh ke arah Vava, dan mengerti perasaan Vava, yang saat ini masih mencerca apa yang telah terjadi.

"Aku akan pulang ke Jakarta, dan menyiapkan semuanya. Aku mohon sama kamu, agar menerima aku, dan demi bayi yang ada dalam kandunganmu." Ucap Lingga, yang berdiri dan menatap jauh gereja St. Ludwig München.

"Apa kamu ingin menikah di gereja? Disini? Atau di Jakarta?" Tanya Lingga, dan masih menatap gereja itu.

Vava yang tadinya menunduk dan menoleh ke arah Lingga Mahatma. Lalu berkata "Aku ingin menikah di Jakarta. Disana ada Kakekku, aku ingin Kakekku menyaksikan pernikahanku."

Mengingat sang Kakek sudah lanjut usia, dan hanya duduk di kursi roda, Vava tidak mungkin meminta Kakeknya untuk datang ke Jerman. Bagaimanapun, sosok orang tua yang dikenal Vava selain Abah Ferdi dan Evan, dan sangat menyayanginya adalah Kakek Restu.

"Baiklah, aku akan mengurusnya." Ucap Lingga, yang tampak biasa saja.

Mereka berdua menganut keyakinan yang sama, Lingga Mahatma juga setiap minggu ke gereja.

Lingga dengan menawan dan mendekati Vava, lalu berkata "Ayo pulang, sudah pagi. Mama kamu pasti sudah bingung mencari kamu."

Vava yang masih sendu lalu berkata "Iya."

Lingga menerima mantel bulu yang diberikan Vava, dan mereka berdua berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

"Panggil aku Mas Lingga." Ucap Lingga.

Vava menoleh dan berkata "Kenapa harus Mas? Aku tidak terbiasa."

"Mulai sekarang kamu harus membiasakannya. Eyangku tidak suka gadis yang membangkang, jadi bersikaplah sopan, bila bertemu dengan Eyangku. Kalau untuk Ayah dan Bundaku, kamu tidak perlu takut padanya. Aku harap, kamu bisa dewasa."

Berjalan beringingan dan mereka berdua cukup serasi. Walaupun rasanya masih aneh, dan Vava masih tidak menyukai hal ini.

"Ada Mbak Limar yang akan membantumu nanti, dia belum menikah, sepertinya kamu sama arogannya." Ucap Lingga.

Tidak ada salahnya bila memberitahu Vava, tentang keluarga besar Mahatma.

"Mbak Limar?" Tanya Vava.

"Iya, dia Kakakku, dia sangat keras kepala, tapi dia perfeksionis. Dia pilih-pilih, bahkan sangat detail. Makanya sampai sekarang dia belum menikah. Dia yang membantu aku, untuk meyakinkan Eyang. Di keluarga Eyang Dewi, tidak ada yang menikah mendahului Kakaknya. Mbak Limar juga kekeh belum ingin menikah. Karena aku sudah bersalah, jadi Mbak Limar membujuk Eyang Dewi. Sebelum aku kesini, hanya Mbak Limar dan Eyang yang tahu. Kalau Ayahku, aku tidak peduli." Jelas Lingga.

"Eyang? Nenek kamu?" Tanya Vava.

"Hemms, dia nenekku. Eyang kakung sudah tiada, hanya Eyang putri yang masih ada. Kalau Bunda tidak ada siapa-siapa kecuali Budhe. Soalnya dari kecil Bunda sudah ditinggal kedua orang tuanya. Tapi kamu tidak perlu takut. Eyang juga biasa saja, cuma dia tidak suka sama gadis yang tidak punya sopan santun. Entahlah, aku juga tidak mengerti. Setiap Mbak Limar bicara dengan keras, Eyang juga tidak suka."

"Iya, aku mengerti, kamu sepertinya dari keluarga yang menjujung tata krama dan sopan santun. Ucap Vava.

"Tidak juga, cuma Eyang saja yang masih disiplin, buktinya Ayahku menikah lagi, jadi dia tidak ada tata krama, Eyang juga tidak peduli, hanya aku yang diperhatikan Eyang." Ucap Lingga yang cukup biasa saja.

Vava mulai tersenyum "Jadi aku nanti kalau di depan Eyang kamu, harus menjaga tata krama."

"Benar, jadi kamu harus sopan sama aku. Kamu harus panggil aku Mas Lingga." Ucap Lingga.

"Mas, Mas, sangat kuno."

"Kenapa?"

"Aneh aja, aku tidak terbiasa."

"Aku keturunan jawa tulen. Eyang tidak suka bila ada yang memanggilku Abang, Kakak atau apalah. Entah, adikku juga panggil aku Mas. Adikku juga kuliah di sini."

"Adik kamu?"

"Iya, namanya Langit. Tapi sama juga keras kepala, lebih sulit diatur. Dia kuliah seperti jalan-jalan keliling Eropa. Nanti aku kenalin, mungkin kalian akan akrab."

"Emss. Mobil kamu dimana?" Tanya Vava.

"Aku tadi naik taxi." Jawab Lingga.

Tidak lama, ada mobil tiga mobil yang melaju, mendekat ke arah Lingga dan Vava.

Mobil sport merah dan dua Mobil sedan hitam yang begitu berkelas. Mobil itu berhenti tepat di hadapan Lingga, dan dia hanya menyernyitkan dahi.

Vava tampak menoleh ke arah Lingga, dan bertanya "Kenapa kamu berhenti? Ayo jalan."

"Kita sudah di jemput, untuk apa naik taxi."

Vava yang belum mengerti. Terlihat ada beberapa orang yang mengawal pemuda tampan. Gayanya yang bak aktor hollywood dan di kawal beberapa bodyguard profesional. Sangat menakjubkan, dia adalah Langit Mahatma.

"Mas Lingga. Aku datang." Ucapnya, dan sangat menggemaskan saat berhadapan dengan Lingga.

Lingga terdiam dan menggeleng saja, benar saja duitnya selalu habis, apa yang telah dia perbuat, bodyguard, mobil berkelas, apartemen mewah.

"Mas Lingga, aku tahu kamu disini. Bahkan aku tahu kamu akan segera menikah. Apa dia Mbak baruku?" Suara Langit begitu datar, dan sangat tidak menyenangkan.

"Mbak kenalin, aku Langit Mahatma, aku adiknya Mas Lingga, aku sangat tampan, aku tidak suka diatur, aku baru berusia 22 tahun. Aku juga suka berjalan-jalan dan menghabiskan duit Mas Lingga dan juga Mbak Limar. Tapi sepertinya, jatah dari Mas Lingga untuk aku akan berkurang, biasanya orang yang sudah menikah, akan lupa sama adiknya sendiri." Ucap Langit yang memperkenalkan dirinya, dengan sok asyik. Tapi memang itu sikapnya Langit.

Vava menoleh ke Lingga dan bertanya "Dia adik kamu?"

Lingga hanya mengangguk, dan tampak biasa saja. Tidak melihatkan ekpresi bahagia ataupun tidak senang. Sangat datar dan sorot matanya tampak dingin.

"Aku Vallezia Varrez. Panggil aja Vava." Ucap Vava, dan mulai menjabat tangan Langit. Karena dari tadi, Langit sudah menjulurkan tangannya, untuk berkenalan dengan calon kakak iparnya.

Langit tampak tersenyum setengah saja, gaya dia selalu menawan, bahkan dia sama seperti Vava, yang mementingkan keagungan dirinya, bila di hadapan orang lain.

"Mas, kamu tidak suka aku yang menjemput kamu? Aku sudah bersusah payah memanggil pengawal kebanggaanku. Aku tahu kamu pergi, dengan segera aku menyusulmu kesini." Ucap Langit dengan pelan, di hadapan Lingga.

"Iya, aku senang adikku cukup perhatian. Tapi jangan meminta uang dariku lagi, untuk membayar mereka semua." Bisik Lingga.

Langit tidak berhenti disitu saja, dia tampak menoleh ke arah Vava dan bertanya " Mas Lingga, jadi benar dia istrimu? Kamu sudah memikirkan apa yang akan terjadi, bila dia masuk ke dalam keluarga Mahatma?"

"Aku sudah memberitahunya, bahkan kamu akan menjadi Om, Om Langit Mahatma." Ucap Lingga.

Langit tampak terkejut dan memandang Vava begitu lekat. Apa kakaknya tidak salah, bisa menghamili gadis biasa, apalagi tidak tampak sexy. Kalau cantik saja, rasanya tidak mungkin sampai hamil. Pasti ada kesalahan dalam otak kakaknya.

"Mas Lingga serius??" Tanya Langit, yang hanya tahu kalau kakaknya itu akan segera menikah, tapi dia tidak tahu, apa yang sudah terjadi dengan calon kakak iparnya.

Lingga mendekat dan berkata "Aku serius, kamu harus bersikap baik sama Vava, atau kamu akan menderita tanpa uang dariku."

Langit yang begitu menawan, mulai mendekati Vava, dan dia berkata "Mbak Vava, kulo nyuwun pangapunten."

(Mbak Vava, aku minta maaf.)

Vava dengan bingung, tapi sedikit tahu kalimat bahasa jawa itu, lalu berkata "Iya, tidak apa-apa. Aku juga sama seperti kamu."

"Aku asli Jogja Mba Vava." Ucap Langit.

Lingga hanya mengangguk saja, dan mendekati Vava.

"Eyang kakung dan Eyang putri, asli dari Jogja, bahkan kita bertiga, sering ke Jogja. Aku juga lahirnya di Jogja." Ucap Langit, dan mulai dengan gaya sok akrab.

Vava hanya memandang aneh sosok Langit, yang sepertinya berbeda dari Lingga. Vava berkata "Iya, aku juga keturunan dari Surabaya dan Surakarta. Tapi aku lahir dan besar di Jakarta."

Sesama dari keturunan jawa, tapi bertemu di Jerman. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nantinya, Vava sudah mulai menerima Lingga, dan mereka mulai mengenalkan diri mereka. Saling mengenalkan tentang keluarga mereka yang memang begitu adanya, tanpa ada yang ditutupi dari keduanya.

Lingga yang sudah mengenal Angga dan Vanesa, tapi belum mengenal keluarga Vava yang lainnya.

"Mba Vava, kita akan mengantar Mbak Vava sampai di rumah." Ucap Langit yang terlihat menawan dengan senyuman manisnya dan mungkin hanya terpaksa saja.

Vava dengan tersenyum mengangguk, dan mulai berjalan menuju mobil sedan yang mewah.

Dalam perjalan menuju ke apartemen, Vava terlihat sangat gelisah, Lingga yang duduk di sebelah kiri menoleh ke arah Vava, tampak memperhatikan Vava.

"Vava kamu kenapa?" Tanya Lingga, dengan suara pelan.

"Aku cuma pusing." Jawab Vava.

Sebenarnya Vava dua minggu ini, sudah merasa sering pusing, bahkan sebelum dirinya pingsan, dan di larikan ke rumah sakit saat itu. Vava sudah sering merasa pusing.

"Kamu perlu ke dokter, kamu sudah pucat." Suara Lingga terdengar khawatir.

Vava tampak menahan sesuatu, sepertinya dia sudah menahan rasa pusingnya.

"Aku hanya pusing biasa." Ucap Vava.

Lingga meminta dengan sopir mobil itu untuk cepat melaju, agar segera sampai di apartemen. Setelah sampai di apartemen itu, Vava berjalan dengan pelan, dan Lingga masih memperhatikan Vava. Langit juga tampak mengukuti mereka berdua yang berjalan di depannya.

"Aku baik-baik saja." Lirih Vava.

Tadi Lingga sangat tidak tahan, saat melihat cara berjalan Vava yang seperti orang lemah. Akhirnya Vava dalam gendongan tangan Lingga.

"Mas, Mbak Vava kenapa?" Tanya Langit dengan cemas.

Vava sangat terlihat pucat dan matanya mulai terpejam dalam dekapan Lingga Mahatma.

_____________________

Terima kasih untuk kalian yang selalu setia, dan ini hanya sepenggal cerita awalan "PANGGIL AKU MAS! Season 2.

Semoga kalian suka cerita bab ini. 🤗😘

Hallo pembaca setia Mas Pras, salam kenal dari saya pria tampan tapi bukan idaman.

Mas Lingga 🙏🤗.

Terpopuler

Comments

EsterEka.

EsterEka.

tambah seru mbk vie lakone, cerita ini ingetin aki ttg keluarga besar ke dua org tua yg dtng dr beda keyakinan dan beda adat istiadat darah, jd klo sdh kumpul kumpul keluarga rasa indonesia raya, mama papa Ku asli dr semarang, keyakinan kt kristen, dr keluarga mama ku bnyk yg muslim, kel papa mayoritas kristen. om ku menikah dgn tante Ku aslinya dr Bali dn kel besar nya penganut hindu, tp tante ikut keyakinan ya sm seperti om ku.tp kami saling menghormati dn menghargainya perbedaan masing2,begitu kt merayakan besar agama, lebaran, natal, di galungan kt salong mengunjungi dn kumpul keluarga, jd bc ceritanya na mbk ini bt aku pribadinya inspiratif bgt, cerita dgn keseharian yg hampir sama dan kehidupan nyata, nyuwun sewu .nggeh mbk vie nek kulo rodo cerito sitik..matur sembah nuwun. 🙏🙏🙏

2021-05-02

0

Noejan

Noejan

😍

2021-01-18

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

next next 👍

2020-12-23

2

lihat semua
Episodes
1 Menolak Kenyataan Pahit
2 Suasana Dengan Jutaan Rasa
3 Panggil Aku Mas Lingga
4 Perasaan Sensitif Perempuan Cantik
5 Pria Tampan Juga Bisa Cemburu
6 Setelah Pernikahan Lingga & Vava
7 Kejutan Untuk Suami Tampan
8 Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
9 Tidak Bisa Menahan Diri
10 Perasaan Dengan Harapan Manis
11 Masih Bersama Senja
12 Moment Bersama Bu'e Tercinta
13 Hanya Sedikit Cerita Yang Ada
14 Cinta Tidak Mengenal Aturan
15 Keluarga Kecil Prasetya Wardana
16 Makan Malam Tanpa Ayah
17 Perasaan Seorang Papa Muda
18 Semangat Di Hari Senin
19 Limar Mahatma Hanya Mengagumi
20 Pertemuan Limar dan Mas Pras
21 Bukan Cinta Yang Tak Berharga
22 Roso Tresno Ora Neko-neko
23 Pertemuan Yang Menyakitkan
24 Perasaan Ini Nyata Adanya
25 Karena Ulah Sang Ayah
26 Bukan Malam Yang Hareudang
27 Perasaan Manis Berubah Sendu
28 Kecemasan Anak Dan Cucu
29 Perasaan Britney Saat Ini
30 Mulai Menata Hati Dan Perasaan
31 Cukup Meresahkan Perasaan
32 Vava Yang Pergi Sendirian
33 Perasaan Cinta Lingga Untuk Vava
34 Adik Cantiknya Mas Pras
35 Bos Limar Yang Bermain Manis
36 Mengusik Perasaan Aldo
37 Luka Hati Dan Perasaan Limar
38 Suasana Yang Tak Terbayangkan
39 Obrolan Adik Dan Kakak
40 Ini Semua Karena Ayah Yuda
41 Menyembunyikan Rasa Malu
42 Jambu Air, Oh Jambu Air!
43 Harapan Cinta Seorang Bunda
44 Harapan Manis Akan Tercapai
45 Nyali Untuk Sebuah Keinginan
46 Perasaan Limar Mulai Luluh
47 Suasana Duka Yang Penuh Luka
48 Kesedihan Menimpa Keluarga Pras
49 Ada Yang Takut Di Racun
50 Adik Yang Menyayangi Kakaknya
51 Seseorang Harus Membayarnya
52 Hal Lalu Terusik Kembali
53 Ada Yang Tidak Beres
54 Kondisi Vava Yang Mengkhawatirkan
55 Ini Bukan Film Action Aldo
56 Kelanjutan Dari Ini Bukan Film Action
57 Berakhir Sebelum Menyatakan Cinta
58 Tiada Yang Tahu Isi Hati Seseorang
59 Obrolan Anak Dengan Orang Tua
60 Mas Pras Akhirnya Datang Juga
61 Dalang Dari Semua Kejadian Vava
62 Obrolan Malam Di Sebuah Kamar
63 Peringatan Serius Untuk Prasetya
64 Malam Yang Menghantui Lingga
65 Pertemuan Ini Sungguh Hareudang
66 Akhir Tragis Menimpa Yuda Mahatma
67 Kisah Cinta Limar Mahatma
68 Ternyata Alishba Sudah Jadi Kakak
69 Sebuah Rasa Yang Berharga
70 Ini Bukan Akhir Dari Cerita Mas Pras
71 PENGUMUMAN TULISAN BARU OTHOR VIE-GV
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Menolak Kenyataan Pahit
2
Suasana Dengan Jutaan Rasa
3
Panggil Aku Mas Lingga
4
Perasaan Sensitif Perempuan Cantik
5
Pria Tampan Juga Bisa Cemburu
6
Setelah Pernikahan Lingga & Vava
7
Kejutan Untuk Suami Tampan
8
Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
9
Tidak Bisa Menahan Diri
10
Perasaan Dengan Harapan Manis
11
Masih Bersama Senja
12
Moment Bersama Bu'e Tercinta
13
Hanya Sedikit Cerita Yang Ada
14
Cinta Tidak Mengenal Aturan
15
Keluarga Kecil Prasetya Wardana
16
Makan Malam Tanpa Ayah
17
Perasaan Seorang Papa Muda
18
Semangat Di Hari Senin
19
Limar Mahatma Hanya Mengagumi
20
Pertemuan Limar dan Mas Pras
21
Bukan Cinta Yang Tak Berharga
22
Roso Tresno Ora Neko-neko
23
Pertemuan Yang Menyakitkan
24
Perasaan Ini Nyata Adanya
25
Karena Ulah Sang Ayah
26
Bukan Malam Yang Hareudang
27
Perasaan Manis Berubah Sendu
28
Kecemasan Anak Dan Cucu
29
Perasaan Britney Saat Ini
30
Mulai Menata Hati Dan Perasaan
31
Cukup Meresahkan Perasaan
32
Vava Yang Pergi Sendirian
33
Perasaan Cinta Lingga Untuk Vava
34
Adik Cantiknya Mas Pras
35
Bos Limar Yang Bermain Manis
36
Mengusik Perasaan Aldo
37
Luka Hati Dan Perasaan Limar
38
Suasana Yang Tak Terbayangkan
39
Obrolan Adik Dan Kakak
40
Ini Semua Karena Ayah Yuda
41
Menyembunyikan Rasa Malu
42
Jambu Air, Oh Jambu Air!
43
Harapan Cinta Seorang Bunda
44
Harapan Manis Akan Tercapai
45
Nyali Untuk Sebuah Keinginan
46
Perasaan Limar Mulai Luluh
47
Suasana Duka Yang Penuh Luka
48
Kesedihan Menimpa Keluarga Pras
49
Ada Yang Takut Di Racun
50
Adik Yang Menyayangi Kakaknya
51
Seseorang Harus Membayarnya
52
Hal Lalu Terusik Kembali
53
Ada Yang Tidak Beres
54
Kondisi Vava Yang Mengkhawatirkan
55
Ini Bukan Film Action Aldo
56
Kelanjutan Dari Ini Bukan Film Action
57
Berakhir Sebelum Menyatakan Cinta
58
Tiada Yang Tahu Isi Hati Seseorang
59
Obrolan Anak Dengan Orang Tua
60
Mas Pras Akhirnya Datang Juga
61
Dalang Dari Semua Kejadian Vava
62
Obrolan Malam Di Sebuah Kamar
63
Peringatan Serius Untuk Prasetya
64
Malam Yang Menghantui Lingga
65
Pertemuan Ini Sungguh Hareudang
66
Akhir Tragis Menimpa Yuda Mahatma
67
Kisah Cinta Limar Mahatma
68
Ternyata Alishba Sudah Jadi Kakak
69
Sebuah Rasa Yang Berharga
70
Ini Bukan Akhir Dari Cerita Mas Pras
71
PENGUMUMAN TULISAN BARU OTHOR VIE-GV

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!