Aku tak pernah menunggumu. Kamu pun tak pernah sengaja datang kepadaku. Tapi kita sengaja dipertemukan oleh Tuhan. Entah untuk saling berdampingan atau saling memberi pelajaran. Yang jelas saat kini kita duduk bersama di pelaminan. Alin
Akhirnya acara resepsi yang sangat membosankan selesai. Alin merasa kelelahan setelah seharian berdiri di pelaminan bahkan tangannya terasa keram karena bersalaman dengan ribuan orang dan giginya hampir mengering karena terpaksa harus tersenyum dan meladeni foto dari para tamu undangan dan photografer.
"Alin, mulai hari ini kamu sah jadi seorang istri. Ingat pesan nenek kamu harus patuh dan hormat sama suami kamu," rasanya Nenek begitu berat untuk berpamitan dengan Alin.
Alin menghambur dalam pelukan neneknya, "Iya Nek, Nenek tenang aja Alin gak akan mengecewakan Ayah dan Nenek,"
"Nak Ken, Nenek titip Alin. Tolong jaga dia, tolong maklumi dia kalau dia masih suka manja dan ceroboh," nenek mengelus pundak Keenan.
"Iya Nek, sekarang Alin sudah jadi tanggung jawab saya. Nenek tenang saja."
"Ayah sama Nenek tidak ikut nginap di hotel?"
"Tidak Nak, Kamu jaga diri baik-baik kami pamit dulu," Pak Adi mencium kening putri kesayangannya meskipun sebenarnya dia berat melepas anak gadis manja kesayangannya itu .
Keenan dan Alin memasuki kamar Hotel. Keenan berjalan mendahului Alin dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar. Kamar yang sudah di dekorasi lengkap dengan bunga-bunga serta lampu remang-remang membuat suasana begitu romantis untuk pasangan pengantin baru. Kamar yang seharusnya dia tempati dengan Laura kekasihnya. Kamar yang seharusnya menjadi saksi bisu penyatuan cinta mereka yang selama 5 tahun di rajut dengan begitu indah. Tapi itu hanya menjadi sebuah angan karena pada kenyataanya kamar itu kini menjadi saksi bisu bagaimana rasanya kekecewaan, dan rasa sakit yang tak bisa di jelaskan.
"Om! Handphone nya bunyi," Suara nyaring Alin membuyarkan lamunan Keenan.
Keenan segera memgambil ponsel dan menerima panggilan masuk. "Bagaimana sudah ada kabar? Ok tunggu saya segera ke sana sekarang," Kemudian Keenan mengakhiri panggilannya. "Saya ada urusan dan harus segera pergi. Sudah larut malam sebaiknya kamu tidur dan jangan lupa mengunci pintu," ucap Keenan kemudian pergi meninggalkan kamar.
"Orang dewasa emang ribet, udah tau ceweknya gak mau masih aja di cari-cari," Alin menggeleng-gelengkan kepalanya. Alin memanglah sudah sah menjadi istri Keenan tapi tidak ada rasa cemburu sedikitpun bahkan terkesan acuh saat mengetahui Keenan masih berusaha keras mencari Laura mungkin itu karena mereka belum mengenal satu sama lain.
Kemudian Alin memutuskan untuk membersihkann diri dan beristirahat.
***
"Widiih pengantin baru bukannya malam pertama malah datang kesini," Ledek Randy sahabat Keenan. Sebenarnya Randy merasa bersimpati kepada Keenan atas menghilangnya Laura di hari pernikahan namun dia juga tak habis pikir bisa-bisa nya Keenan menikah dengan gadis di bawah umur begitu pikirnya.
Keenan tidak menanggapi celotehan Randy, kemudian duduk di sebelah Randy. "Apa sudah ada kabar mengenai Laura?" tanya Keenan kepada kedua sahabatnya.
"Sepertinya Laura masih berada di sekitaran sini, gue udah cek ke seluruh bandara dan mencari keberangkatan atas nama Laura tapi tidak ada hasil," ucap Sean.
"Bisa jadi dia pakai identitas oranglain," Randy sedikit curiga.
"Bisa aja. Emang lo ada masalah apa sih sama Laura?" tanya Sean penasaran.
Keenan mengacak rambutnya frustasi. " Gue gak ada masalah apa-apa. bakhan semalam komunikasi kita baik-baik saja."
"Udah rezeki lo dapet tu bocil. enak tuh masih segel," Randy tertawa puas meledek Keenan dan hal itu berhasil mendapatkan lemparan bantal dari Sean.
"Lo pikir gue pedofil. Pokoknya Gue gak mau tahu, kalian harus bantuin cari Laura sampe ketemu," ujar Keenan berapi-api.
"Udahlah Ken, gak usah cari dia lagi. Lo fokus aja sama bocil lo, eh bini maksud gue," tambah Randy lagi.
"Kita bakal bantu lo, tapi apapun hasilnya lo jangan kecewa," ucap Sean meredam suasana.
Dan malam ini Keenan tidur di Apartemen Sean lebih tepatnya Basecamp bagi tiga sekawan tersebut.
***
Pagi hari Keenan dan Alin telah bersiap-siap pulang kerumah Alin untuk membawa beberapa baju dan perlengkapan lainnya yang Alin butuhkan saat tinggal di rumah Keenan. Pak Wira meminta Keenan untuk tinggal di rumah utama untuk beberapa hari sebelum menempati rumah yang sudah Keenan siapkan.
Alin mengemasi beberapa barang keperluannya. Dia melihat setiap sudut kamar yang tertata rapi dengan barang-barang kesayangannya rasanya dia tidak ingin meninggalkan kamar kesayangan yang sudah hampir 10 tahun dia tempati banyak sekali kenangan di kamar ini. Ia ingat betul bagaiman bahagianya saat sang ayah untuk pertama kali mengajaknya pindah ke rumah ini dan memberikan kamar yang Alin inginkan selama ini.
Setelah mengambil barang-barang Alin mereka pun menuju Rumah utama Keenan.
Kedatangan Alin dan Keenan di sambut hangat oleh seluruh penghuni rumah terkecuali mama Vero. Mama Vero tetap belum bisa menerima gadis kecil itu menjadi menantunya.
***
Malam hari, setelah menonton pertandingan tim sepak bola kesukaannya Alin merasa bosan. Terlebih dari tadi Keena hanya fokus dengan ponsel dan laptopnya. Sedari tadi mereka berada di kamar yang sama namun tidak ada percakapan di antara keduanya.
"Om Alin laper," rengek Alin yang tiba-tiba duduk di sebelah Keenan.
"Kalo laper ya makan tinggal ambil ke dapur ngapain mesti laporan," jawab Keenan datar.
"Tapi Alin malu om," jawab Alin cengengesan.
"Masih punya malu juga kamu, orang rumah pasti udah pada tidur ambil aja sendiri," Keenan masih fokus dengan Laptop di pangkuannya.
"Sabar ya cacing punya suami kok pelit banget aku laporin ke komnas perlindungan perempuan baru tahu," ancam Alin mengelus perut ratanya yang sedari tadi sudah berdemo.
Keenan merasa tidak tega membiarkan gadis itu kelaparan terlebih lagi suara perutnya begitu sangat mengganggu.
"Yaudah ayo," Keenan berjalan keluar kamar kemudian di ikuti Alin dari belakang.
Sesampainya di dapur Keenan membuka tudung saji di atas meja makan.
"Alin mau makan mie instan," ucap Alin dengan tidak tahu malu nya.
Keenan membuka laci penyimpanan makanan dan mencari mie instan, terdapat benerapa merk dan rasa mie instan di situ.
"Pilih," ucap Keenan ketus.
Alin memilih satu mie instan yang menggiurkan seleranya.
"Tapi Alin tidak bisa masak mie instan om," Ucap alin malu-malu menutupi wajah dengan mie istan yang di pegangnya. Alin memang terbiasa di layani dan di manjakan oleh sang nenek dan Ayahnya sehingga memasak mie instan saja dia tidak bisa.
Dengan sangat malas Keenan mengambil Mie instan dari tangan Alin kemudian memasaknya.
Alin hanya tersenyum dan duduk manis melihat Keenan yang sedang memasak untuknya.
Mata Alin begitu berbinar melihat mie instan di hadapannya rasanya dia tak sabar untuk menikmatinya.
"Emmm wangi banget, makasih ya om," Alin menghirup asap yang masih mengepul dari mangkuk tersebut, kemudian segera meniup dan mencicipinya.
Keenan kemudian mengambil satu bungkus kopi instan kemudian menyeduhnya lalu duduk di depan Alin.
"Om kalau malam-malam gini tuh gak boleh ngopi nanti gak bisa tidur," Alin mencairkan suasana karena sedari tadi Keenan hanya diam.
"Biarin aja," ucap Keenan datar.
"Kemarin tetangga Alin ngopi jam segini, eh pagi nya di temukan meninggal sama warga," ucap Alin menakit-nakuti.
"Mungkin dia punya penyakit, atau faktor usia." jawab keenan sekena nya.
"Bukan! dia sehat kok, masih muda rajin olah raga pula."
"Terus?"
Alin menyuapkan satu suapan penuh mie kedalam mulutnya, "Iya soalnya dia ngopi nya di perlintasan kereta api udah gitu pake Headphone dan setel musiknya kenceng hahahahaha" Alin tertawa lepas walaupun candaanya sangat garing menurut Keenan bahkan tidak ada ekspresi sedikitpun dari wajah Keenan.
"Uhukk, uhukk," Alin tersedak.
Keenan segera mengambilkan air minum. dan begitu kaget melihat Alin yang entah bagaimana bisa mi instan itu keluar dari hidungnya.
"Heyy jangan di hirup," Ucap Keenan sedikit berteriak melihat betapa jorok gadis di hadapannya yang mencoba menghirup kembali mie instan itu kedalam hidungnya.
"Gimana ini om idung Alin panas," Alin mengibas- ngibaskan tangannya terlihat jelas hidung dan matanya memerah namun membiarkan mie instan itu masih menggantung di hidungnya karena Keenan melarang untuk menghirup kembali kedalam.
"Buang mie nya," perintah Ken
"Sayang Om mubazir, buang-buang makanan dosa hukumnya," masih sempat-sempatnya Alin berceramah.
"Bukan yang di mangkuk tapi ini," Karena kesal dan gemas Keenan terpaksa menarik mie yang menggantung di hidung Alin kemudian melemparkannya kesembarang tempat kemudiam dia berjalan ke wastapel untuk memcuci tangan.
"Makasih ya Om hehhe," ucap Alin polos dengan wajah tanpa dosa.
Ikutin terus tingkah konyol Alin yaa....
Jangan lupa, Like, komen dam vote....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
bhunshin
🤣🤣🤣untung cuma mie yg keluar dari lubang hidung bukan sendoknya🤣🤣🤣
2024-11-14
0
Widia Aja
Lain kocak...😂😂😂
2023-01-17
0
⏤͟͟͞R ve
Yaelahh Keenan...dah nikah sama Alin, masih aja nyari mantan 😔
#Alin gokil
2022-01-24
0