Sayup-sayup Rachel membuka matanya perlahan-lahan, kesadarannya belum pulih seutuhnya. Samar-samar dia melihat langit-langit kamar berhiaskan lampu gantung kristal klasik berwarna gold yang tidak asing, dia edarkan pandangan ke sekitar terlihat wallpaper serta beberapa perabotan yang terlihat senada,
di dinding sebelah kanan terdapat banyak frame potret dirinya tergantung. Diapun akhirnya tersadar tengah berada di kamar tidurnya sendiri.
Rachel melihat penampakan dirinya, masih melekat baju yang sama.Dia mencoba mengingat kejadian kemarin... dan.....
"Oh my god!!! Bagaimana caranya aku bisa sampai di kamar ini??" Ujarnya Sambil menepuk
Pelipisnya. Dengan segera dia bangkit menuju ke toilet membersihkan diri. cukup lama waktu yang Rachel habiskan dalam memilah-milah pakaian lamanya, beruntung ukuran tubuhnya masih sama seperti dulu hingga beberapa dress masih sangat pas di tubuh nya.
Sementara diruang bawah, tepatnya di ruang makan telah berkumpul Pak.Wijaya, Ny.Amitha dan Mahavir tengah menikmati sarapan pagi sembari berbincang-berbincang.
"Bik'.. Coba tengok Rachel udah bangun apa belum!!" Perintah Pak Wijaya kepada Bik Santi asisten rumah tangganya yang tengah beberes-beres.
Belum sempat Bik Santi beranjak dari tempatnya terlihat Rachel berjalan turun menapaki anak tangga. Kaki jenjangnya yang putih dan mulus terekspos dengan indah, sementara dress mini berwarna Lemonade Pink dengan bukaan lebar di bagian punggung dan aksen tali dibagian belakang, melekat sempurna di tubuh rampingnya
Rachel berjalan mendekat ke arah ruang makan yang terletak tak jauh dari tangga.
"Morning mom, dad... " Sapa Rachel kepada daddy dan mommy nya ketika mulai mendekat ke meja makan tanpa memerhatikan kehadiran satu orang lagi. Begitu menarik kursi untuk duduk, barulah dia melihat wajah Mahavir dengan jelas.
"Astaga... Kamu mengagetkan ku!! Apa yang kamu lakukan disini?" Tanyanya pada Mahavir yang hanya dibalas dengan senyuman. Tadinya Rachel berfikir yang duduk di samping daddy nya itu Bryan, adik laki-laki semata wayang nya. Tapi ternyata malah orang yang tidak diharapkannyanya itu.
"Rachel...Yang sopan dong..." Ucap Ny.Amitha sambil mengupas buah.
"Oh iyya bagaimana caranya semalam aku sudah berada di kamarku, bukankah terakhir kali aku berada di mobilmu?" Tanyanya kepada Mahavir "kau tidak macam-macam denganku kan?" Lanjutnya lagi sambil melotot ke arah orang yang saat ini berhadapan dengannya.
"Hush...Sebentar lagi kalian akan menikah, jangan suka berantem." Ujar daddy melerai "semalam kamu sudah ketiduran, jadi daddy yang menyuruhnya untuk menggendong mu ke kamar."
Mendengar penjelasan daddy nya Rachel hanya terdiam. "Sepercaya itu kah daddy pada pria dihadapanku ini??" Gerutunya dalam hati sambil menatap tajam ke arah Mahavir yang lagi-lagi hanya dibalas dengan senyuman. Entah mengapa setiap Rachel melihat senyuman Mahavir ada perasaan bergejolak di hatinya. Rachel kemudian menyambar gelas yang ada di hadapannya kemudian meneguk airnya.
"Daddy sudah mengurus pernikahan kalian, besok pagi kalian akan menikah disini, dan mengenai resepsinya daddy serahkan pada kalian akan menggelar nya dimana". Ucap Pak Wijaya tegas.
Mendengar ucapan daddy nya,membuat air putih yang tengah turun ke kerongkongannya tiba-tiba terasa naik kembali dan berhasil membuatnya tersedak.
"Besok?" Ucap Rachel bersamaan dengan Mahavir lalu kemudian mereka saling tatap tak percaya dengan perkataan Pak Wijaya barusan.
"Paman bukannya itu terlalu... " Ucap Mahavir terpotong ,ada sedikit guratan keraguan di ekspresi wajahnya.
"Iyya besok, makin cepat makin bagus kan, atau kalian mau hari ini?? Daddy bisa mengatur nya kalau mau.. " Ujar Pak Wijaya membuat Rachel dan Mahavir setengah tak percaya dengan perkataannya.
"Iyya dad.. Bukannya ini terlalu terburu-buru, kan banyak yang perlu dipersiapkan."
"Emangnya mau mempersiapkan apa baby?? Besok kan baru nikahnya dulu, yang penting itu kalian nikah dulu. Mengenai resepsinya kan bisa seminggu, atau dua minggu kemudian. tergantung dari kalian." Ucap Ny Amitha enteng.
"Hah???" Rachel semakin tak berdaya dengan jalan pikiran orang tua nya. Tubuhnya lemas seketika, seakan tak punya tenaga untuk membantah lagi. "Terserah kalian saja, aku sudah tidak mau pusing, toh bagaimanapun juga aku harus menikah dengannya kan?"
Rachel pasrah, terpaksa menyerah dan mencoba mengikuti kemauan mereka.
Rachel memandang ke arah Mahavir mencoba menanyakan pendapat nya tapi diurungkan begitu melihat Mahavir tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Mahavir dengan tenang menyantap sarapan nasi gorengnya tapi jelas terlihat dia juga sedang memikirkan sesuatu. Perkataan Pak Wijaya barusan sukses membuat Mahavir tersentak kaget, sama kagetnya dengan Rachel.
"Kami akan menikah besok katanya?" Batin Mahavir mengulang perkataan Pak Wijaya, Mahavir tahu dia akan menikah tapi tidak menyangka akan secepat ini. Bukannya dia tidak menginginkannya, malahan ini adalah impiannya sejak dulu. Tidak, bahkan membayangkan nya saja itu sudah sangat membahagiakan untuk Mahavir, tapi klo secepat ini...hatinya juga belum siap, sungguh keadaan yang serba salah untuk Mahavir.
"Nah gitu dong...Jadi Putri daddy yang manis" Puji Pak Wijaya pada keputusan putrinya. Rachel hanya mendengus kesal, sama sekali tidak merasa senang dengan pujian tersebut.
"Bryan mana? Kok gak keliatan dari kemarin?" Tanya Rachel mengubah topik pembicaraan.
"Adikmu itu lagi liburan ke rumah temannya. Mungkin besok sudah pulang." Ucap Ny.Amitha, Rachel hanya mengangguk tanda mengerti.
"Kamu sudah cantik begitu mau kemana sih?" Tanya Ny. Amitha kepada Rachel.
"Mom kan tau kemarin aku gak bawa apa-apa, dilemari ku cuma ada baju-baju yang udah ketinggalan jaman, aku mau belanja kebutuhan ku selama disini. Sepertinya aku juga butuh ke salon dan mengunjungi beberapa tempat."
"Biarkan Mahavir yang mengantar mu." Perintah Pak Wijaya yang kemudian dibalas anggukan tipis oleh Rachel. Rachel sudah menerkanya, sangat bisa tertebak dengan mudah jalan pikiran daddy nya saat ini.
Rachel menatap ke arah Mahavir, dia masih saja terlihat tidak fokus seperti tengah memikirkan sesuatu. Tapi juga ikut mengangguk pelan atas instruksi Pak Wijaya, yang sangat bisa dipastikan dia sendiri tidak menyimak pembicaraan tadi. Entah apa yang dipikirkan nya. Kalau bisa berharap, Rachel ingin Mahavir berubah pikiran dan membatalkan pernikahan mereka.
"Ok, kalau gitu kita jalan sekarang?" Tanya Rachel ke Mahavir dan sukses membuat lamunannya terhenti. Mahavir menatap Rachel heran.
"Are you ready?" Tanya Rachel sekali lagi, dan sekali lagi Mahavir hanya mengangguk.
"Kalau begitu saya pamit dulu paman dan bibi, anaknya pasti akan saya jaga dengan baik." Ujar Mahavir berbasa-basi membuat Rachel merasa geli dengan perkataannya.
* * *
Mereka kembali berduaan di dalam Porsche hitam yang telah melaju dengan santai membelah jalan dipagi hari yang cerah, beberapa ruas jalan terlihat sudah mulai padat karena aktivitas rutin orang-orang yang bersiap memulai harinya. Dan mereka? Ya,masih terdiam sejak tadi!
Mahavir masih berkutat dengan alam pikirannya
Bermacam-macam rasa khawatir menenggelamkan dirinya, membawa pikirannya jauh berlabuh ke masa lalu...
Rasa takut selalu datang membayangi pikirannya.
Bagaimana kalau Rachel mengetahui diriku yang sebenarnya...?
Bagaimana kalau Rachel sadar kalau aku adalah orang yang paling dia benci, yang untuk melihatku saja dia tak sudi...?
Bagaimana kalau akhirnya Rachel tidak bisa menerima diriku...?
Pikiran-pikiran buruk semakin menguasai nya, kesiapan batinnya seolah terpuruk kedasar yang paling dalam.
Semakin berpikir semakin membawa nya jauh dari kenyataan yang ada, membuatnya melupakan kehadiran Rachel yang sejak tadi berada bersama nya.
Rachel melirik kesal ke arah laki-laki yang sedang menyetir itu. "Rasanya kok jengkel ya dicuekin gini" gerutu Rachel dalam hati karena sedari tadi Mahavir tidak menggubris nya.
Diam-diam Rachel mengganti musik yang tengah mengalun lembut dengan musik yang sedikit menghentak serta meninggikan volumenya.
"BUT I'M BAD LIAR.. BAD LIAR...NOW YOU...."
Seketika seluruh isi Porsche hitam itu ikut bergetar karena getaran suara yang cukup kuat hingga memilukan gendang telinga
Mahavir tersentak kaget, tanpa sadar melotot tajam ke arah Rachel. Bunyi lirik lagu yang terdengar malah seakan menyindirnya.
"Kamu akan jadi pria melankolis kalau sering dengerin musik lembut terus" Ledek Rachel dengan setengah teriak karena suara musik menggema dengan kerasnya.
Mahavir hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan perasaan gusar dia mengecilkan volume pada musik player.
Seakan ingin menantang kesabaran Mahavir, Rachel meninggikan kembali volume musik tersebut. Mahavir menarik nafas panjang kemudian kembali mengecilkannya,
Tak mau kalah Rachel kembali lagi meninggikan dan Lagi-lagi dengan sabarnya Mahavir mengecilkan kembali.
Rasa jengkel Rachel sekarang sudah naik ke ubun-ubun, tak mau kalah kemudian kembali meninggikan volume musik di batas maksimalnya.
"RACHEL!!!" Teriak Mahavir kemudian berusaha mematikan musik tersebut. Tanpa sadar tangan mereka saling bersentuhan pada layar musik player tersebut.
Rachel tersentak kaget, ada suasana sedikit mencekam pada wajah Mahavir yang membuatnya membatu seketika. Mahavir seperti bukan dirinya yang kemarin yang selalu penuh dengan senyuman.
Tangan Mahavir masih berada di atas tangan Rachel, telapak tangannya terasa dingin. Akhirnya Rachel mengalah dan mengecilkan volume musik hingga nyaris tak kedengeran. Rachel kemudian mencoba menarik tangannya tetapi di tahan oleh Mahavir dengan keras. Pelan-pelan Mahavir membalikkan punggung tangan Rachel dan menautkan jari-jarinya ke sela jari-jemari Rachel.
Tanpa aba-aba dari otaknya, jari-jari Mahavir kini telah saling terpaut dengan jari-jemari Rachel dan yang membuat kebahagiaan terpancar kembali dalam hati Mahavir karena Rachel tidak menepisnya sama sekali.
Ada perasaan aneh yang menghampiri Rachel, entah mengapa hatinya tak kuasa untuk menolak genggaman tangan Mahavir. Tangan nya seakan telah terbiasa berada dalam genggaman pria itu. Diam-diam Rachel melirik Mahavir yang hanya memegang stir dengan satu tangannya. Wajahnya terlihat serius dengan pandangan lurus kedepan, tak tahu dengan apa yang ada dalam benak nya.
Porsche hitam itu terus melaju mengitari jalan-jalan ibukota, Tangan mereka masih saling terpaut satu sama lain diantara keheningan yang tercipta. Rachel merasakan jari-jemari Mahavir mulai menghangat, wajah nya mulai kembali terlihat normal. Dia pun memberanikan diri untuk membuka suara...
"Apa keraguan muncul menyelimuti pikiran mu?"
"Maksudnya?" Ucap Mahavir bertanya balik.
"Yah... Soal pernikahan kita yang mendadak, it's not too late to cancel" Jawab Rachel.
Mahavir tertegun sejenak,
"Ya... Aku tidak boleh menjadi pengecut lagi...
Aku akan berusaha membuatmu menerima diriku yang sekarang dan pelan-pelan membuat mu menerima diriku yang dulu.... " Ujar Mahavir dalam hatinya.
Mahavir kemudian menatap wajah Rachel dengan lembut, mencoba menembus manik matanya, memberikan sinyal akan ketulusan hatinya. Tanpa ragu lagi dia tarik genggaman tangan Rachel ke depan bibir nya,
"Tak ada sedikit pun keraguan untuk dirimu." Ucapnya, kemudian mengecup punggung tangan Rachel. Dengan Refleks Rachel menarik tangannya dari genggaman Mahavir, wajah nya dia palingkan ke arah jendela sambil menggosok punggung tangannya bekas kecupan tersebut hingga terlihat punggung tangannya memerah.
"Ehmm...Se..sepertinya Mall belum buka di jam segini,...jadi antar aku ke salon langganan mommy dulu. Ra..rambut ku sepertinya butuh creambath." Perintah Rachel secara terbata-bata mencoba mengalihkan suasana, dia masih saja menghadap ke jendela enggan berbalik memperlihatkan wajah nya. Hingga Mahavir hanya mampu melihat punggung mulusnya.
"Ok,Tunjukkan jalan ke arah mana Salon itu."
Ucap Mahavir yang hanya dibalas dengan sebuah anggukan kepala dari Rachel.
Mereka pun kembali terdiam, terhanyut dengan pikiran masing-masing. Kesunyian kembali membentang diantaranya.
* * *
~Terima Kasih sudah membaca 🙏 jangan lupa like, vote dan komen yaa 🤗🤗 Supaya Author juga semangat nulisnya... 🥰🥰
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
lalalisa
Hai kak ceritanya menarik aku suka, udah aku like juga. Btw jangan lupa mampir yah ke karya ku, judulnya :
"pengagum kakak santri"
2021-01-11
3