'Mahavir Pov'
"Sial.. " Umpat ku kesal karena bagasi ku terlambat muncul. Dengan cepat kutarik koper troli ku dan berlari menyusul Rachel. Sebisa mungkin aku harus berada di dekatnya,diluar pasti akan ada orang-orang yang mengambil potret nya diam-diam.
Begitu melihat sosok nya didepan aku semakin mempercepat langkahku.
"Per... Permisi nona! " Panggil ku memberanikan diri untuk menyapanya. Kutarik nafas panjang mencoba menetralkan pernapasanku yang sedikit ngos-ngosan setelah berlari tadi.
"Yes...??you call me??" Jawabnya lembut sambil membuka kacamatanya. Hatiku langsung bergetar, jantung ku berdegup tak karuan. Aku bicara dengannya... Aku bicara dengannya... Batinku gembira bukan kepalang.
"Oh Haii..." Ucapku. Entah mengapa semakin mengatur nafas aku semakin merasa ngos-ngosan,
jantungku bekerja samalah... Kumohon...!!
"Tadi kita satu pesawat dan mungkin tujuan kita berikutnya sama." Ucapku tanpa sadar.
astaga...apa yang barusan aku ucapkan? Mahavir bodoh!!! Kau malah akan dianggap pria aneh!!!
"What...??" Ekspresinya tiba-tiba jadi dingin.
Sudah kuduga dia pasti pikir aku ini pria macam-macam.
Semakin ingin aku berbicara banyak dengannya semakin aneh kata-kata yang terlontar dari mulut ku, bukannya memulai perkenalan yang baik aku malah menanamkan persepsi yang buruk tentangku di benaknya.
ingin rasanya ku teriak, kenapa tiba-tiba otak dan mulutku tidak sinkron??
Sekian banyak dan beragam investor asing telah kutemui selama ini tapi tak pernah sekalipun aku gugup bahkan kehilangan kata-kata seperti ini.
"Ya Tuhan kuatkanlah aku...."
Kucoba memanggilnya sekali lagi tapi dia hanya semakin menatapku tajam dan berlalu pergi dengan cepatnya menghindariku.
Setelah melihatnya naik ke sebuah mobil, akupun bergegas menuju parkiran. Disana telah menunggu Manajer dari Calister Hotel yang merupakan salah satu anak cabang dari Alister Hotel, setelah memberikanku kunci mobil dia pun izin pamit kembali ke kantor.
Mobil Porsche hitam itupun melaju dengan gagahnya membelah jalan Ibukota. Menyusuri tiap jalan-jalan raya yang diapit gedung-gedung pencakar langit. Sebuah lantunan musik merdu mengalun lembut menemani perjalananku menuju kediaman Rachel.
Sekitar 65 menit berkendara akhirnya aku sampai ke sebuah Mansion bergaya Eropa. Mansion tersebut terletak didalam kompleks perumahan mewah dibagian pusat kota. Tempat ini tidak berubah sama sekali seperti terakhir kali aku melihatnya 10 tahun yang lalu.
Kusiapkan hati dan pikiranku, lalu melangkah masuk menapaki anak-anak tangga yang menghubungkan teras depan.
Pintu depan terbuka lebar, seorang Asisten rumah tangga terlihat menjemput ku memberitahu bahwa kedatangan ku telah dinanti oleh Pak Wijaya. Di Ruang depan terlihat satu keluarga sedang berbincang serius.
Dengan sedikit keberanian aku masuk dan menyapa paman dan bibi
"Kamu..?? " Rachel terlihat kaget,mencoba mengenaliku. Akupun menyapanya Lalu dibalas dengan tatapan heran. Dia terlihat shock. Disaat aku mulai berbincang dengan paman dan bibi pun dia masih terlihat kebingungan, bahkan dia tidak menyadari kalau aku sudah duduk berdekatan dengannya.
Paman dan bibi betul-betul terlihat begitu serius, aku bahkan kaget dan terkagum-kagum dengan bakat akting dari pasangan paruh baya itu. Andaikan paman dan bibi seorang aktor pasti telah mendapatkan banyak Piala Oscar. Aku sampai tidak enak melihat Rachel yang seperti dipermainkan oleh orang tuanya sendiri. Paman menyodorkan sebuah foto dan Diam-diam memberi kode untukku.
Selama pembicaraan berlangsung Rachel hanya membelalakkan matanya tidak percaya akan apa yang terjadi saat ini, pun ketika dia mendengar lamaran dariku...
"Saya akan menikahi Rachel Sasmita Wijaya" Ucapku percaya diri.
Aku bahkan tidak percaya bisa mengucapkan kalimat ini, akhirnya aku melamarnya....aku melamarnya...yah...aku melamarnya....girangku dalam hati.
Berkali-kali kulihat Rachel dengan ekspresi syok, memukul-mukul kepalanya. Baru kali ini wanita angkuh itu mati kutu. Tiba-tiba dia menarik lenganku dan menyeretku keluar rumah, mendorong tubuhku masuk ke mobil ku sendiri.
* * *
Remang malam dihiasi tebaran lampu jalanan menjadi pemandangan malam ini, ku mencoba mencairkan suasana yang canggung dengan menyalakan musik. Kupilih lagu Forever in love dari Kenny G untuk memecah kesunyian, tapi alunan lembut suara saxophone itu malah menambah suasana menjadi canggung.
Kebisuan masih membentang diantara kami. Tak pernah sekalipun aku membayangkan bisa berduaan begini dengannya. Jantung ku masih sama, masih saja berdebar didera rasa tak percaya, berdetak kencang tidak karuan.
Diam-diam kulirik ke arahnya, entah apa yang ada dalam pikiran nya saat ini. Aku pun mencoba menggoda nya dengan memberi pertanyaan-pertanyaan aneh, tapi tetap dia balas dengan dingin. Kecantikan wajah nya tidak pudar sedikit pun walau sedang kesal dan cemberut, bibir nya merengut dengan tatapan mata yang tajam melihat lurus kedepan. Sungguh menggemaskan....
Mobil Porsche hitam ini pun terus melaju tanpa tujuan, ku tengok arloji ku ternyata telah menunjukkan pukul 09.00 malam. Perut ku sudah mulai bergejolak,memberontak meminta diisi. Atas persetujuannya aku berhenti disebuah Restoran seafood. Aku mencoba memesan makanan yang sudah lama kurindukan, sementara dia seperti kebiasaan yang kulihat di pesawat, hanya segelas juice buah.
Saat melihat-lihat daftar menu tadi aku mendapati matanya diam-diam memandangi wajah ku, sepertinya dia sedang mengagumi diriku. "Aku tampan ya??" Tanyaku menggoda nya. Tiba-tiba dia tersentak kaget dan gelagapan mencoba mengalihkan pandangan.
Ah, ternyata benar dia sedang memandangiku. Andai 10 tahun yang lalu engkau mau melihat diriku walau hanya sekilas...aku tidak akan sesakit ini Lirihku.
Aku terus memandangi wajahnya dalam, tidak pernah membayangkan bisa sedekat ini. Saling berhadapan dan saling mengobrol.
"Aku Mahavir Alister" Ucapku memperkenalkan diri disusul uluran tanganku tanda ingin berjabat tangan dengannya. Mungkin ini bisa dikatakan sedikit modus dari ku, dengan begini aku bisa menyentuh kembali tangan lembutnya.
Maaf Rachel Aku terpaksa berbohong saat ini....Aku sengaja menyebutkan nama ke dua pemberian dari Ayahku, identitas baru yang tidak kamu kenal sama sekali. Andaikan kamu mendengar nama asliku mungkin saat ini kamu akan langsung kabur dari hadapanku....
Izinkan aku berbohong untuk beberapa waktu hingga kamu betul-betul bisa menerima diriku yang sekarang.....hanya hingga saat itu, aku akan membuka jati diri ku yang sebenarnya!!
Dia terus mencerca ku dengan berbagai macam pertanyaan tapi semuanya bisa ku atasi dengan mudah hingga jawabanku menyudutkan dirinya. Aku sudah memperkirakan sebelum nya pertanyaan-pertanyaan aneh seperti apa yang akan dia berikan. Wanita angkuh sepertinya akan diam tak berkutik begitu disuguhi kemewahan dan kesempurnaan. Tadinya kupikir dia sudah puas dengan rasa penasarannya hingga akhir nya terlontar dari mulut nya pertanyaan yang menusuk.
"Do you Love me?" Tanyanya. Jantungku langsung berdetak kencang, kerongkongan ku tiba-tiba terasa kering ,kulihat seorang pelayan mendekat membawa sebuah nampan, dengan cepat kusambar segelas air di nampan itu dan meneguknya hingga setengah. Ingin rasanya aku menjawab nya..
Ya....aku sangat mencintaimu bahkan lebih daripada yang kau bayangkan....
Rasa sayangku ini bukan rasa yang baru muncul kemarin, tapi rasa yang telah tertanam hingga berakar di lubuk hatiku. Rasa Rindu luar biasa yang hanya dapat kupendam sendiri selama 10 tahun.
Malam semakin larut saat kami memulai kembali perjalanan pulang menuju kerumah nya. Sepanjang perjalanan dia hanya terdiam menikmati suara musik yang keluar dari audio mobil. Tak satupun pertanyaan terlontar lagi dari bibir manisnya, aku pikir mungkin dia sudah kehabisan kata-kata. Tapi begitu ku tengok ke samping ternyata dia tengah tertidur.
Kutepikan mobil ke bahu jalan lalu mencoba menurunkan sandaran kursinya, berusaha membuat tidurnya terasa nyaman.
Sesaat wajah kami hampir bersentuhan, hembusan nafas nya begitu terasa di wajahku,
ku pandangi wajahnya dalam-dalam
kulihat bibir merah merekahnya yang begitu menggoda iman....
Bisa-bisa nya dia terlelap seperti seorang bayi...
Tak sadar kah dia kalau sedang bersama seorang pria??
Andai aku tak bisa menahan diri mungkin saat ini sudah kulumat habis bibirnya itu...
Pelan-pelan kutautkan jariku di jari jemari nya.
Dengan menggenggam tanganmu saja sudah mengobati dahaga di hati ku....
Pagar besar rumah Rachel sudah tampak dari kejauhan, tapi rasanya aku belum mau berpisah secepat ini. Akhirnya kuteruskan Porsche hitam ini melewati rumahnya, terus melaju mengitari sudut-sudut kota menembus sepinya jalanan dini hari. Tanpa kusadari waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Pelan-pelan kulepaskan genggaman ku dari tangannya dan dengan cepat ku banting setir mobil lalu kembali mengantarkan nya pulang ke rumah.
Kini kami sudah berada dihalaman Rumah. Tapi sang putri tidur ku masih tertidur dengan lelapnya. Ku coba membangunnya pelan-pelan tapi tak juga dia terganggu...
"Ternyata hobimu itu tidur ya??" Candaku dalam hati.
Tiba-tiba ponsel ku bergetar, kulihat dilayar tertulis "Paman Wijaya Langdon"
Mati aku!!! Pasti aku dikira nyulik anaknya, Pikirku. Baru akan ku angkat telepon paman tapi kemudian terputus,dan sebuah chat dari paman masuk ;
"Dia tertidur? kebiasaan lama.... Tidak usah membangunkan nya langsung gendong saja masuk!!"
Perintah dari paman membuatku serba salah. Mau tidak mau terpaksa aku menggendong nya masuk ke dalam, sambil berdoa semoga saja dia tidak terbangun saat ku angkat seperti ini. Seorang asisten rumah tangga yang terlihat menahan kantuk membantuku membuka pintu dan mengarahkanku ke kamar Rachel.
Jangan tanya di mana letak kamarnya..!
Ya...Di lantai 2 paling ujung!!
Kubaringkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size. Setelah melepaskan heels nya akupun segera keluar dengan mengendap-endap kemudian menutup pintu nya dengan pelan tanpa mengeluarkan suara.
Beberapa lampu ruangan telah padam, hanya beberapa titik yang memang sengaja diberi penerangan. Aku menuruni tangga menuju lantai bawah sambil memutar-mutar pergelangan tanganku yang sedikit pegal akibat menggendong Rachel tadi. Tiba -tiba paman menepuk dari belakang mengagetkan ku...
"Aduhh.... Paman!! Bikin kaget saja, aku kira.... "
"Hantu?? " Ucap paman terkekeh. Aku hanya tersenyum malu.
"Kamu pulang ke mana?"
"Ke Calister Hotel paman, Manajer di sana sudah mempersiapkan kamar untukku."
"Sekarang sudah dini hari, perjalanan kesana juga butuh waktu kurang lebih sejam. Kamu nginap disini saja, toh kalian juga akan menikah"
Aku melotot kaget mendengar tawaran paman.
"Heh jangan salah sangka!!" Ucapnya lalu menepuk pundak ku sekali lagi. "Yah...Di kamar terpisah lah... " Ujarnya lagi terkekeh-kekeh.
Aku hanya tersenyum kecut, "kirain..... Heheh"
"Sudah, kamu naik lagi sana! Bi Santi akan tunjukkan kamarnya" Ucapnya lalu memanggil seorang asisten rumah tangga.
"Istirahatlah..besok adalah hari yang panjang buatmu!!" Lanjut paman kemudian berjalan menuju ruang kamarnya.
"Hari yang panjang???"
* * *
~Terima Kasih sudah membaca 🙏 jangan lupa like, vote dan komen yaa 🤗🤗 Supaya Author juga semangat nulisnya... 🥰🥰
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Catharina GaniRosa
Bagus thor ceritanya tapi aq ga suka visual Mahavir kliatan kaya Ajushi hehe.. ya selera orang beda" sih yg penting jalan ceritanya. sorry ya cuman pendapat aja.
tetep semangat
2021-02-18
1
Ade Yayuk
Hadir thor
2021-02-17
1
Darma Keisya
Lanjut cit, tanggung Lg seru2x
2020-12-14
1